"Aku mencintaimu, Rose." ucap Nimo padaku.
Sontak aku kaget dengan ucapannya yang tiba-tiba mengatakan ia mencintaiku. Selama ini ia tak pernah ... bukan tidak pernah sama sekali, lebih tepatnya Nimo tak pernah terlihat ingin memiliki ku. Ia seperti teman laki-laki ku pada umumnya. Hanya "hang out" bareng sambil sesekali kerja tugas kuliah yang ribet nan mempesona ketika dicoret oleh dosen.
"Apakah kamu sayang padaku?" tanya Nimo padaku.
"Tentu saja!" Refleks ku menjawab. Sudah setahun belakangan ini aku menyimpan perasaan padanya.
Tinggi badannya ideal ku banget. Otot dada dan perutnya pun beberapa kali mampu membuatku berfantasi yang tinggi. Aku pernah melihatnya waktu kami segerombolan pergi jalan-jalan di pantai.
Bahu dan lengannya tak usah ditanya lagi. Tegap dan lebar. Aku pernah sekali menyandarkan kepalaku di bahunya, rasanya nyaman banget.
"Syukurlah kalau kamu merasakan yang sama denganku. Aku sudah menunggu momen malam ini. Bulan bulat sempurna, bintang berhamburan terang di langit dan aku rasa aku tak bisa menahan perasaan ini lebih lama."
Suasana menjadi lebih hangat di bawah langit malam ini. Dua tangannya menyentuh bahuku dengan lembut. Ingin ku memeluknya namun tak mungkin ... aku wanita, tak mungkin memulai.
Tiba-tiba Nimo menarik tubuhku dengan cepat dan memelukku. Hangat rasanya namun badanku masih mematung. Tanganku masih kaku untuk bergerak membalas pelukannya. Aku pernah merasakan bahagia, namun tak pernah sebahagia ini.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu." ucap Nimo berbisik pelan di telingaku.
Entah kekuatan darimana, tanganku langsung membalas pelukannya setelah mendengar bisikan indah itu.
Di taman sepi ini, aku benar-benar hampir kehilangan akal ku.
***
Hangat pelukan Nimo semalam masih bisa ku rasakan di kamar ku. Halusinasi indah ini terus menghantui kepalaku. Pagi ini aku rasanya tak ingin mandi. Wangi parfum tubuhnya tak ingin ku hilangkan dengan air. Bersamaan dengan niatku ini, tante ku tiba-tiba memanggil dari lantai dasar rumah, menyuruhku untuk mandi.
"Tunggu-tunggu-tunggu! Kalau Nimo memelukku dengan erat semalam, berarti ... dadaku ini menempel di tubuhnya?! Aaaahhh!!!"
Pikiranku semakin kacau mengingatnya. Ku rasakan wajahku memanas dan bibirku senyum-senyum sendiri. "Nimo pasti memiliki fantasi!" Dengan ukuran payudara 38D ini, aku yakin pikiran Nimo pasti tidak dapat mengelak.
"Rose, mandi!" teriak tante ku membuyarkan total semua khayalanku.
"Oke, aku akan mandi sekarang." jawabku membalas teriakannya.
"Cepatlah, ada temanmu di bawah." tanteku kembali bersuara.
"Siapa?"
"Nimo katanya." jawab tante membuatku sontak kocar-kacir di dalam kamar.
"Untuk apa ia ke sini pagi-pagi seperti ini? Aaahh!!!"
Dengan cepat aku langsung lompat ke kamar mandi tanpa sempat mengambil handuk terlebih dahulu. Bersamaan dengan lompatan ini, ku copot semua benang yang ada di tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
S3X TAPE
RomanceSexual Warning! +21 Aku berpikir bahwa aku spesial untuknya. Aku mencintainya karena ia menunjukkan cinta padaku. Apakah ini benar-benar cinta?! Ambisi dan fantasinya tak terbayangkan. Apakah "panah kenikmatan" itu benar-benar menusukku dengan cinta...