BAB 4 - Kenapa Aku?

23.2K 125 3
                                    

Bibirku senyum-senyum sembari berjalan mencari stand makanan yang cocok. Entahlah, tapi aku benar-benar menikmati semua itu bersama Nimo. Maksudku, oral sex itu tak seburuk yang aku pikirkan. Kalau nonton sih mungkin rasa jorok pasti ada, tapi pas ngelakuin itu, enak sih menurutku.

"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Nimo padaku yang hanya memandang ke bawah sambil menyentuh ujung bibir kiriku dengan jari telunjuk.

"Gapapa, hehehe. Aku senang bersamamu." jawabku sambil melempar senyum ke arahnya.

"Aku sayang padamu." ucapnya pelan diiringi genggaman tangannya yang semakin erat.

Cintanya nyata di depan mataku. Cintanya murni di dalam hatiku. Ia pun tak pernah memaksa ku untuk melakukan sex sampai saat ini. Semua yang kami lakukan adalah hal yang aku inginkan juga.

"Nanti, kamu mau anak berapa dari aku?" tanyaku dan tiba-tiba Nimo menampakkan wajah yang kaget.

"Eh?! Anak? Aku belum memikirkan hal itu." jawabannya sambil tertawa kecil.

"Kamu mau kan nikah sama aku?" tanyaku memastikan.

"Tentu saja!" jawabnya tanpa ragu.

Cukup dengan dua kata itu bibirku tak mampu berkata lagi. Tak ada lagi pertanyaan yang terpikirkan. Aku bahagia dengannya yang tanpa ragu denganku.

"Makan Pizza mau?" tanya Nimo yang mulai berjalan melambat di dekat Pizza HUT.

Aku menggelengkan kepalaku, "pengen makan nasi aja. Yang murah-murah aja." jawabku.

"Ayam?"

"Ayo!" jawabku dan kami berdua menuju lantai 4 mall. Bukan tidak bukan lain, lantai 4 mall terdapat satu tempat makan ayam favorit Nimo. Aku tau lah, ini bukan kali pertama ku jalan-jalan di mall bareng Nimo.

Eh, tapi ini adalah kali pertama ku jalan berdua bareng Nimo. Hanya ada aku dan dia. Kalau dulu biasanya jalan bareng anak-anak geng. Palingan singgah makan selepas kerja tugas.

×××

"Pulang?" tanya Nimo setelah kami berdua menutup pintu mobil.

"Jangan dulu deh." jawabku yang bersandar di bahu kirinya.

"Masih pengen bareng aku?" tanya Nimo menggodaku. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Ku rasakan wajahku memerah.

Tanpa banyak pertanyaan, Nimo hanya mengecup bibirku dan langsung menjalankan mobilnya keluar dari parkiran mall.

Putar-putar keliling kota macam orang ga ada kerjaan ternyata seru juga. Sesekali kami terjebak macet. Sesekali juga terlihat wajah Nimo yang emosi akibat pengendara motor yang asal-asalan nyalip dan hampir menyerempet mobilnya.

Aku dengan kepintaran ku sebagai seorang pacar tentu dong refleks mendinginkan kepalanya. Aku mencium pipinya. Aku juga mengelus kedua pipinya ketika ngedumel. Sesekali ia membalas mengecup bibirku, namun bukan kecupan saja yang dilancarkannya, tapi juga ciuman panas hingga lidah saling beradu.

Mataku mulai lelah, ngantuk di jalan hingga akhirnya tertidur di dalam mobil yang tempat duduknya sudah ku rendahkan.

×××

"Di mana kita?" tanyaku yang masih berbaring dan setengah sadar.

"Kost-an ku." jawab Nimo yang wajahnya tepat berada di depanku. Hembusan napasnya terasa. "Parkiran dan lingkungan kost tadi sepi, jadi aku menggendong mu sampai ke dalam sini."

S3X TAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang