BAB 3 - Ground

25.9K 158 0
                                    

"Rose? Rose?! Belum turun? Bukankah kau harus ke kampus?" Terdengar suara teriakan tanteku yang memanggil dari lantai dasar.

Aku dan tubuhku yang lemas serta sedikit mengejang masih terkulai lemas di atas tempat tidur akibat 'kerjaan tangan' Nimo. Ku rasakan Vagina ku melebar, tak seperti biasanya setelah ditusuk oleh jari Nimo.

"Aku akan segera turun!" jawabku.

Setelah membersihkan selangkangan dan pusing susu ku yang baru saja dihisap oleh Nimo, tak terlalu banyak sarapan aku langsung berangkat bersama Nimo menuju ke kampus.

"Kamu tidak apa-apa? Wajahmu terlihat lemas." tanya Nimo setelah kami berdua berada di dalam mobil.

"Aku tidak apa-apa. Cuma lemas karena ulahmu tadi." jawabku dan Nimo hanya tertawa.

Ia memajukan kepalanya dan mengecup bibirku dengan lembut. Aku hanya tersenyum dibuatnya.

Ku turunkan jok mobil Nimo lebih rendah agar bisa berbaring selagi Nimo menjalankan mobilnya menuju ke kampus. Sesekali tangan kirinya menggenggam tangan kananku saat mobil berada di posisi jalanan lenggang ataupun saat berhenti akibat lampu merah.

Nimo terkesan romantis dan semoga saja keromantisan ini bukan cuma sementara. Aku pernah pacaran, aku pernah merasakan romantisme, tapi hanya sesaat saja dan hilang akibat rasa bosan yang melanda. Bukan aku yang bosan, tapi dia dengan perilakunya yang semakin hari semakin cuek.

×××

Perkuliahan telah usai. Nimo masih berada di kelasnya karena memang kami tidak berada di kelas yang sama. Ia ganteng saat sedang belajar.

"Udah?" tanyaku saat Nimo baru saja keluar dari dalam kelas.

"Umm!" angguk Nimo. "Yuk pulang!" ajak Nimo

"Pulang?" tanyaku cemberut.

"Lalu? Ingin ke mana memangnya?"

"Jalan-jalan ke alun-alun kota kek, ke Mall kek, taman kek atau ke mana aja gitu? Masa di rumah mulu. Bosan aku." Keluh ku memasang wajah lebih cemberut. Nimo hanya tertawa kecil sambil mengacak-acak rambutku seperti anak kecil.

"Yuk ke Mall. Kita makan siang di sana." Ajak Nimo langsung membuatku bersemangat. Pengen rasanya buat memeluk, tapi tidak mungkin di kampus.

Lagi-lagi, di dalam mobil Nimo ku baringkan sedikit tubuhku. Aku bukan gampang lemas atau capek tapi memang hobi rebahan. Aku satu dari sejuta umat yang memiliki hobi yang sama ... tapi bukan nolep.

Mobil Nimo terparkir di parkiran bawah tanah Mall. Remang-remang terlihat karena tak ada cahaya matahari lagi yang menyinari. Nimo yang tanpa suara tiba-tiba mengecup bibirku dan mengulum bibir bagian bawahku. Lidahnya mulai berusaha membuka bibirku yang masih rapat, yang masih melindungi lidah.

"Nanti ada orang, sayang." ucapku pelan.

"Sedikit aja gapapa. Jangan banyak gerak biar mobil tidak bergoyang." Nimo menutup ucapannya dengan tawaan kecil.

Tanpa perlawanan karena aku pun memang ingin, ku ladeni permainan Nimo. Lidah kami mulai beradu. Air liur bercampur dan saling tarik menarik.

Tubuhku di pelukan dengan erat, aku pun demikian. Wangi parfum Nimo khas sekali.

Tiba-tiba jari-jari Nimo terasa satu persatu membuka kancing bajuku hingga terlihat dalaman yang menutup payudaraku. Aku tidak memperdulikannya, ia sudah pernah melihatnya tanpa penutup.

"Kalau ada yang lihat bagaimana?" tanyaku

"Tidak ada. Kaca mobilku tak tembus pandang, sedangkan kita berhadapan dengan tembok. Aku ingin ...-"

Tiba-tiba Nimo menyelipkan tangannya di sela-sela BH ku dan menariknya ke atas. Payudaraku diremasnya sebelah kanan sedangkan yang kiri mulai dikulumnya lagi seperti bayi.

"Mmpphh! Aaahhhh ... geli." Desahku tak tertahankan.

"Aaahhh, aaahh ... Mmpppsshhh ... sayang, celana dalamku basah." ucapku dengan nada terputus-putus.

"Maukah kamu mengisap penis ku seperti pagi tadi?" tanya Nimo yang masih menyusu seperti bayi.

Tanpa jawaban, aku meraih ikat pinggangnya dan mulai melorotkan celananya hingga penis tegang berdiri ke atas terlihat. Ku isap penisnya dengan perlahan dan tempo yang semakin bertambah.

Penis Nimo berdenyut, Nimo meraung keenakan. Ku teruskan isapanku hingga ada cairan yang menembak dalam leherku. Rasanya asin dan banyak sekali. Sperma Nimo keluar penuh dalam mulutku. Nimo menarik kepalaku hingga mengulum penisnya habis sampai ujung.

Aku melakukan ini karena aku tak ingin membuatnya merasa 'tergantung'. Jika penis laki-laki sudah memuntahkan spermanya, yang aku tahu ia sudah lemas dan puas.

Setelah penisnya bersih dari cairan cintanya, Nimo mengisap kembali puting susuku dengan perlahan. Fantasi ku ingin sekali melakukan seks, tapi posisi saat ini tak mungkin untuk melakukannya. Aku takut akan ketahuan oleh orang lain.

"Puas, sayang?" tanyaku setelah Nimo melepaskan bibirnya dari puting susuku.

"Kamu belajar dari mana cara oral seks seperti ini?" tanya Nimo yang terlihat curiga.

"Entahlah, aku tiba-tiba tahu soal ini saat pagi tadi." jawabku dan Nimo hanya tersenyum. Ia tahu aku tak pernah seliar ini sebelumnya.

Fantasi seksual ku benar-benar keluar saat bersamaan Nimo. Aku tidak menutup kemungkinan akan melakukan seks bersamanya. Fantasi terliar ku adalah seks dengan posisi digendong dan disandarkan ke dinding, kemudian dengan kencang Nimo menyodok lubang kenikmatan ku. Fantasi liar yang ingin sekali ku lakukan.

Suasana sedikit hening dan aku langsung maju duluan mengecup bibir Nimo.

"Jangan tinggalkan aku." pintaku dan Nimo mengangguk sambil tersenyum. Ia membalas ciumanku. Setelah siap, kami berdua keluar dari dalam mobil dan menuju Mall untuk makan siang.

×××

Suka ceritaku? Suka aku?
Vote dan follow aku di wattpad!
Jangan lupa komentar :)

DM jika ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku.

"Jangan basah sebelum saatnya."

S3X TAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang