BAB 2 - Lantai Dua

35K 171 1
                                    

"Brrrr ... segeerrrr!"

Aku mengibas rambutku yang masih lembab dengan perlahan. Mandi pagi selalu membuatku merasa dingin seluruh tubuh.

Tak langsung berpakaian, aku memandangi terlebih dahulu seluruh tubuhku di sebuah cermin panjang. Ini bukanlah hal yang aneh. Aku memang melakukan ini setiap hari selepas mandi. Kata orang tua dulu, kalau sering bercermin maka kita akan awet muda. Alasannya pun tak lupa ku tanyakan. Mereka menjawab ketika kita bercermin maka kita akan tahu bagaimana bentuk wajah dan tubuh kita. Dengan itu, kita tahu harus merawat diri seperti apa agar tetap segar.

Ku akui fantasi ku terhadap hal-hal yang berlendir memang ada, tapi aku tak pernah sekalipun melakukan masturbasi dengan cara-cara yang pernah ku lihat di internet. Remas dada dengan brutal sampai menggunakan jari untuk mengelus miss V ku yang cantik ini, aku tidak pernah.

Pijat payudara dan meremas payudara dengan tujuan ingin 'sange' itu berbeda.

"Ros ... eee ..."

"Apa yang kamu lakukan di sini?!"

Sontak aku bertanya dengan nada yang cukup keras melihat Nimo tiba-tiba muncul dari luar. Pintu kamar ku tak pernah tertutup rapat karena aku hanya tinggal berdua dengan tanteku.

"Tubuhmu ... putih ... Rose." ucap Nimo tanpa berkedip. Ia kaku bagai patung melihatku tanpa satupun benang yang menempel.

Aku hanya dengan tanganku berusaha menutup kedua puting payudaraku. Kakiku ku lilit berbentuk huruf X untuk menutup miss V ku. Aku tahu usahaku ini tak memberikan efek besar. Payudaraku yang bulat serta miss V ku yang sedikit berambut tetap terlihat oleh mata Nimo.

"Sayang, keluar lah dulu. Aku ingin pakai baju. Kalau tante ku sampai lihat, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi." ucapku memohon.

"Ia sedang keluar ke pasar, makanya aku berani untuk naik ke sini."

Puting ku entah mengapa mulai menegang dan Vagina ku kurasakan mulai melembab. Aku bahkan tidak disentuh oleh siapapun selain diriku sendiri.

"Nimo, apa yang kau lakukan?!"

"Memelukmu." jawabnya singkat.

Kepalanya mulai berpindah dan tepat berada di depan wajahku. Hidungnya memiring dan ku rasakan ia mengulum lembut bibirku. Ini adalah kali pertama ku berciuman. Lebih parahnya lagi tanpa menggunakan busana apapun. Tubuhku telanjang di depan mata Nimo yang membuatku semakin menegang.

"Nimo, jangan, tanganmu ..."

Ucapanku yang lembut tak didengarkan olehnya. Satu tangannya berpindah dari punggungku ke tepat payudara sebelah kiri ku. Tanganku dihempaskannya walau tak kasar. Tangannya mulai meremas kecil payudaraku yang putingnya benar-benar ku rasakan sangat keras.

"Mmphh ... jangan ... Nimo." larang ku dengan bibir masih beradu.

"Sedikit saja." pintanya.

Tanpa kata-kata, aku tak bisa menolaknya. Satu tangannya bukan hanya meremas payudaraku, namun juga memelintir puting ku. Rasanya gatal, rasanya nikmat.

Fantasi ku menuntun tanganku bergerak, mulai mengelus penis Nimo yang masih utuh terbungkus celana dengan telapak tangan. Penisnya tegang dan berdiri. Semakin ku elus, semakin liar remasan yang dilakukan Nimo kepada Payudaraku hingga keduanya ia remas senada.

Bibirnya ia lepaskan dari ku namun bukannya berhenti, ia tiba-tiba mengulum penuh puting kiri susu ku. Sebelah kanan diremasnya dan dipelintir nya. Payudaraku rasanya ingin sekali meledak akibat kenikmatan yang tak pernah ku rasakan sebelumnya. Desahan pelan tiba-tiba luar dari mulutku. Semakin aku mendesah, semakin kuat isapan yang dilakukan Nimo padaku.

"Nimo, berhenti. Aku sangat basah di bagian bawah." minta ku

"Apakah kita akan melakukan seks?" tanya Nimo padaku seketika membuatku mematung. Aku tak tahu harus menjawab apa.

"Aku tidak ingin jika kamu menolaknya." lanjut Nimo kemudian memelukku yang sudah lemas.

Fantasi liar ku menuntunku lebih nakal. Ku rendahkan tubuhku, ku buka celana Nimo dan ku kulum pelan penis Nimo hingga memenuhi mulutku. Hal ini benar-benar membuatku penasaran dan rasanya tak seburuk itu.

"Ahhh, Rose ... kau benar-benar ... hebat!" ucap Nimo dengan napas yang memburu.

"Aku penasaran, aku ingin mencobanya." jawabku dengan penis yang masih berada di dalam mulutku.

Ku isap terus hingga cairan Nimo keluar di dalam mulutku. Tak ingin meninggalkan jejak, ku jilat habis cairan nakal Nimo hingga tak berbekas. Penisnya perlahan melemas, tak tegang seperti sebelumnya yang menonjol ke atas. Penis besar yang ukurannya mungkin sekitar 17 cm. Penisnya panjang dan benar-benar besar.

Nimo kembali mengulum puting susu ku sebelah kanan.

"Mmmpphh ... sayang .... Aaahhh!" desahan ku membuatnya semakin liar.

"Kita akan ketahuan tanteku kalau terlalu lama di sini."

"Baiklah, aku akan berhenti." jawabnya sambil tertawa kecil.

Ku rebahkan tubuh lemasku di kasur. Nimo menatapku dengan senyuman. Celananya ia naikkan kembali dan mencium ku dengan lembut.

Ku rasakan selangkangan ku sangat basah dan mengalir.

Aku pikir semuanya akan berakhir, namun Nimo melanjutkan memasukkan sesuatu tepat di dalam Vagina ku. Ia menggunakan jari tengahnya. Rasanya sakit sekali bercampur sedikit nikmat.

"Aaaaahhhhh!!! Nim .... sakit!!!"

"Aaaahhhh .... Mmmppphhh .... Ssshhh!!!"

Dimasuk-keluarkan jarinya dengan tempo yang makin cepat membuat ku merasakan ingin pipis.

"Nimo!!!"

Tiba-tiba ku bangunkan tubuhku dan memeluknya dengan sangat erat. Vaginaku mengeluarkan cairan yang kurasakan seperti sedang pipis.

S3X TAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang