Sebab, setelah tanggung jawab ayahku kau ambil. Baktiku padamu haruslah sepenuhnya.
***
Hari ini aku bahagia sekali.
Tepat hari ini, dua Minggu setelah aku dikhitbah aku melakukan prosesi akad di rumahku, sedikit gemetar, gugup, senang, sedih karena sebentar lagi aku tidak akan tinggal dengan ibuku lagi dan tanggung jawab ayahku diambil alih oleh suamiku. Ah, rasanya campur aduk yang menyenangkan.Pukul 7 pagi
Rombongan mas Sufyan telah datang, aku sedang dirias di kamarku. Sesuai kesepakatan awal karena kami juga masih terikat adat jadi saat akad aku duduk di samping mas Sufyan.
***
Air mataku menetes, untuk alasan yang aku sendiri nggak tau, setelah lafadz akad ter lantun dengan merdu dan hanya sekali tarikan nafas aku mematung, sampai kesadaran kembali padaku. Mengingatkan aku bahwa kini bakti ku telah berpindah tangan.
Dengan hati-hati aku menoleh pada suamiku, ah menyebut kata suamiku saja hatiku sudah berdesir.
Dia menatapku sambil tersenyum kecil, ma syaAllah senyumnya sungguh indah, aku nggak bohong karena semenjak memutuskan untuk mendalami Islam aku hampir nggak pernah berani natap mata lelaki seperti sebelum aku hijrah.
Perlahan kuambil tanganya, kucium sambil memohon padanya
"Mas, bantu aku capai surgaku padamu, aku juga akan membantu kamu mencapai surgamu pada ibumu"
Kemudian, dia membacakan doa dikeningku, aku mengaminkannya sambil merasakan bahwa dia mengangguk di puncak kepalaku.Ini nyata kan?
***
Aku sebenarnya nggak sepenuhnya percaya kalok aku telah resmi sebagai seorang istri. Ah rasanya seperti berbeda.
Kemarin setelah akad aku hanya sampai sore di rumah orang tuaku karena ternyata aku harus langsung ikut kerumah suamiku.
Memang, acara pernikahanku tanpa resepsi karena suamiku tidak menyukai hal hal yang berlebihan dan akupun hanya mengikuti kemauannya saja.
Setelah membereskan barang-barangku dikamar suamiku-kamar kita maksudnya- aku segera membantunya untuk bersiap karena meskipun mengambil cuti selama 1 Minggu, namun ternyata ada pekerjaan mendadak yang mesti dia kerjakan.
Setelahnya aku turun kedapur, kulihat suamiku sedang duduk di ruang tamu.
Sampai dapur lekas aku buatkan teh, karena mas Sufyan kurang suka kopi.Setelah selesai aku menghampirinya di ruang tamu, ternyata ia sedang murajaah.
Perlahan aku duduk di sampingnya sambil meletakkan teh.Setelah lima menit, mas Sufyan mengakhiri bacaannya.
" Tehnya mas" ucapku seraya tersenyum
"Terimakasih ya dek" jawabanya membalas senyumku."Berangkat jam berapa mas?"
"Sebentar lagi ba'da dhuhur, kamu nggak apa apa kan mas tinggal?" Tanya suamiku dengan nada khawatir
"Iya nggak apa, oh iya, di kulkas kayaknya nggak ada bahan makanan, nanti sekalian pulangnya anter Aisyah bisa nggak mas?" Aku sebenarnya nggak enak, tapi ya gimana daripada suamiku tidak makan?
"Boleh, nanti kalok sudah deket rumah mas telfon ya biar langsung"
"Na'am mas"
Setelahnya mas Sufyan beranjak bersiap untuk pergi bekerja.
***
Jazakillah khayr yaaJangan lupa, sebaik baik bacaan adalah Al Qur'an ❤️
Follow Ig ana juga ya sahabat @septiani_ambar yang mau curhat juga mangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kutulis Untukmu, Imamku.
SpiritualHai, Ini tentangku, Aisyah Zahra Nirmana. Wanita akhir zaman yang senantiasa berusaha untuk taat. Bukan hanya tentang indahnya biduk rumah tangga, tetapi tentang seberapa besar pula tantangan di dalamnya. Tentang masa lalu yang ikut menghadiri masa...