0 ° beruhigend

3.4K 251 11
                                    

Bintang menyebar di langit dengan indahnya, menyiratkan seolah-olah malam ini adalah malam paling indah. Namun bintang-bintang di langit jelas kalah dengan entitas manis bertabur konstelasi di pipi yang duduk di samping, seraya menggenggam mug berisi coklat panas, selimut naruto tersampir apik di pundak.

Retinanya tampak mengagumi eksistensi sang bintang, binar serta merta hawa di sekitarnya terlihat nyaman. Bibirnya tidak berhenti menyesap rasa manis cairan dalam mug, dan tidak ada niat untuk berhenti karena suasana malam ini sangat cocok jika diiringi dengan coklat panas.

Demi tuhan, Chris Reyandra Melviano bersumpah, tidak ada yang lebih indah daripada Felix Rava Melviano. Pujaan hatinya, juga orang yang lahir dari rahim ibunya. Adiknya yang cantik, melebihi alam semesta. Pusat kehidupannya.

"Ung.. kakak ngapain lihat Rava terus?" Kemudian gelagapan sendiri setelah terpergok mengamati keindahan tuhan yang dicipta, untungnya untuk dia, hanya dia seorang. "Ng- nggak, sayang, kakak lagi lihat malaikat, kok." Felix bungkam, bingung ingin membalas apa, karena jelas-jelas dia tau maksud yang dituturkan kakaknya.

Maka dari itu untuk mewakilkan pernyataan sang kakak, tubuhnya yang bereaksi. Pipi tembam yang mula-mula berwarna putih pucat kian menjadi merah. Lalu setelah sadar, kepalanya ditelungkupkan kedalam selimut, membentuk buntalan lucu. "Rava malu, kakak selalu bikin pipi Rava merah."

Kekehan lolos dari mulut sang kakak.  Kemudian menarik buntalan di sebelah mendekat. Membubuhkan tepukan teratur di atasnya, mata Felix sayu-sayu tertutup, rasa kantuk mendominasi pikiran. "Rava jangan pernah dengarkan kata-kata orang, ya?"

"Rava itu peri penyembuh kakak"

"Rava itu rumah kedua kakak"

"Rava itu segalanya untuk kakak"

"Kakak sayang sekali sama Rava, makannya, jangan pedulikan kata-kata sampah orang yang ditujukan untuk kita."

"I love you, Rava, more than you know," tepat setelah itu, mata Rava tertutup sempurna dibalik selimut, dengkuran halus terdengar rungu yang lebih tua. Lantas, berinisiatif, Chris menggendong adiknya menuju kamar mereka.





















‹ to be continued ›








Note » guess what?

It's Chanlix yass










Next-in jangan, gusy?

Clarity · ChanlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang