𝙷𝙰𝚁𝙸 𝚂𝙸𝙰𝙻

2.3K 402 68
                                    

.

*

.

" 𝙢𝙮 𝙢𝙞𝙨𝙩𝙖𝙠𝙚, 𝙨𝙤 𝙨𝙤𝙧𝙧𝙮 "

-

seluruh murid tengah berada di aula. semuanya berkumpul ketika kepala sekolah mengumumkan akan ada seminar yang diberikan dari universitas ternama di seoul. podium aula telah tersusun dengan rapih dan indah untuk berlangsungnya acara ini.

jeongin menggandeng felix saat melihat hyunjin sedang berjalan memasuki aula. tidak perduli bagaimana pun caranya, jeongin harus duduk disebelah hyunjin atau dibelakangnya. menurutnya, duduk disamping hyunjin saja sudah sangat membahagiakan.

" jeongin, pelan-pelan.." felix hampir berteriak ketika sahabatnya itu menariknya lebih cepat.

berhasil, jeongin duduk tepat disamping hyunjin. sialnya, jantung jeongin berdetak dua kali lebih cepat. ia tak sanggup menoleh ke arah kanannya, dimana ada hyunjin yang sedang fokus dengan acara tersebut yang padahal sama sekali belum dimulai.

felix sendiri duduk disamping jeongin dan beberapa kali mencuri pandang pada changbin. matanya benar-benar hanya tertuju pada changbin, bahkan ia mengabaikan guru konseling untuk menyuruhnya berpindah tempat.

changbin yang sadar akan kehadiran felix menoleh ke kiri. dimana setelah dua bangku yang ia duduki, ada felix disana menatapnya sambil memberikan seulas senyuman. changbin tersenyum, melambaikan tangannya ke arah sang pujaan.

sontak felix menggenggam erat tangan jeongin. " felix, sakit..." protesnya. ia menoleh ke felix dimana lelaki cantik itu hanya menyunggingkan senyum manisnya, berharap jeongin mengerti aoa yang ia maksud dibalik senyumannya.

" kalau tidak bisa diam, pindah" hyunjin berbicara dengan nada dinginnya. tidak menoleh pada siapapun, hanya saja terdengar seperti celaan untuk jeongin. hyunjin menolehkan wajahnya pada changbin, " kalau ingin pdkt, pindah dari sini" 

akhirnya semuanya memilih untuk diam. menikmati acara yang membosankan itu dengan penuh keterpaksaan.

.

.

seminar dihentikan sebentar. mereka memberikan waktu untuk para murid beristirahat. jeongin berlari mengekor pada hyunjin untuk mengikutinya ke kantin. dadanya penuh harapan jika saja mereka bisa makan dalam meja yang sama. 

jeongin terus berbisik tentang hyunjin pada felix. bukan membisikan suatu hal yang jelek, justru sebaliknya. ia terus memuji betapa tampannya hyunjin dan betapa kerennya hyunjin saat dilihat dari belakang.

sebut saja jeongin itu bucin nomor satunya hyunjin.

sepanjang perjalanan ke kantin, jeongin masih tidak berhenti berkata hyunjin tampan. sehingga membuat sang pemilik nama membalikan badannya, membuat jeongin menabraknya tanpa sengaja. " e-eh maaf" ujar jeongin panik.

manik milik jeongin menangkap pandangan hyunjin padanya. pandangan yang paling ia takuti di hidupnya. hyunjin menatap jeongin dengan penuh ketidaksukaan. " bisakah kau diam? menyebutku tampan berulang kali sama sekali tidak akan membuatku jatuh cinta padamu"

jeongin membeku. " kau tahu, semua ucapan yang keluar dari mulutmu itu menganggu otakku. sungguh keberadaanmu itu membuatku risih, jadi segeralah menjauh. aku takut barangkali melihatmu, maka nafsu makanku akan menghilang. kemudian berhentilah menyebutku tampan"

FOR H [ HYUNJEONG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang