bagian II

69 5 0
                                    

Pagi hari di kelas, Seiring berjalannya waktu meskipun arya tak pernah mengabariku, dan mungkin dia sudah lupa denganku. Yaa, begitupun aku masih terus mencoba melupakannya. Hari-demi hari kujalani semuanya seperti normal dulu sebelum arya pindah dari sekolah ini. Aku hanya bisa mencoba untuk ikhlas dengan yang ku jalani sekarang. Andaikan ini semua mimpi, aku tak mau ini semua akan terjadi. Tetapi apa daya semuanya bukan mimpi, ini nyata. “sya...” panggil seseorang dari tempat duduk belakang dan ternyata itu eza , dia berjalan menghampiriku “apaan za?’’ kataku “sya, kemaren arya chat gue nanyain lo.” “terus?” “kok terus?” “iyaa, terus kenapa? Apa urusannya sama gue?” “adalah ” “apaan?” tanyaku sinis “dia masi nungguin lo.” “oh.” Jawabku singkat “dih ngeselin nih anak, emang lo gamau tau kabarnya dia?” “ah gatau gue, gue bingung sama dia , dia bilang sayang sama gue tapi apaan ninggalin gue gitu aja dan udah seminggu lebih gue gatau kabarnya.” “yaa lo tanya lah kabarnya gimana?” “ngapain ah za, gue cewek gengsi kali nanya ke cowo duluan.” Kataku agak jengkel “gue bingung ama lo berdua, lo sama arya sama-sama sayang, tapi gak ada yang mau mulai duluan. Gimana kalian mau jadian kalo sama-sama gengsi. Cinta, tapi munafik. ” “harusnya dialah, minta maaf enggak , kabarin gue juga enggak. Kalo gue disuruh milih untuk kenal sama dia atau gak, gue akan lebih milih enggak dari pada gue harus sakit hati kaya gini akhirnya...gue malah kecewa banget.” “yaaa, kemaren dia nanyain kabar lo, ya gue jawab lo sedih banget dia pindah.” “lo jujur amat si za,  katanya

the story of our loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang