Masih Bersembunyi

67 13 4
                                    

Aku di sini menunggu dalam diam, bukan menunggu dalam kelam. Aku di sini berdoa dalam senyuman, bukan berdoa dengan kesedihan. Jika engkau tulang rusukku, aku akan datang menjemputnya.
~ Fattah Firdaus ~
______________________________________

Langkah kaki Faizah dengan halusnya menuju sebuah masjid bernama Masjid Ar-Rahman. Masjid ini tidak jauh dari rumahnya. Paling jaraknya kurang lebih 500 meter saja. Faizah setiap langkahnya tidak lupa menebar senyuman kepada para jamaah yang melewatinya. Dengan menggunakan gamis berwarna pink muda dengan dibaluti jilbab pink tua menambah anggunnya akhwat ini. Faizah memang selalu pergi 10 menit sebelum adzan berkumandang. Takut telat. Akan sesampainya ia di masjid,

"Allaahu Akbar Allahu Akbar (2x)
Asy-hadu Allaa Ilaaha Illallaah (2x)....
....Assholaa Tu Khoirum minan naum (2x)
Allahu Akbar Allahu Akbar (2x)
Laa Ilaaha Illallaah."

Jantung Faizah berdebar-debar, matanya berbinar-binar. Tidak tau apa yang salah di dirinya. Tetapi ia sangat bahagia mendengar adzan tersebut.

MasyaAllah, hati Faizah bergumam.

Itulah yang setiap hari Faizah dengar. sangat menyiksa batinnya.

"Anisa, apakah kamu tau siapa yang menjadi muazin hari ini? " hati Faizah tidak tahan lagi untuk bersembunyi.
" Laa Faizah, sepertinya minggu-minggu ini dia terus yang mengumandangkan adzan subuh. Dan itu hanya subuh. Hmm aneh, Ada apa Faizah? " Anisa bertanya dengan senyumannya seakan ia mengerti apa yang selalu dirasakan sahabatnya ini.
" Laa Shay' (tidak ada) Anisa. " tanpa menoleh ke Anisa dan Anisa menjawabnya dengan senggolan manja ke lengan Faizah.

Suara yang merdu, sembari Faizah tersenyum tipis.

Setelah menunaikan shalat dua rakaat tidak lupa pula Faizah membaca Al-Quran. Biasanya dua lembar setiap selesai shalat.

Faizah membaca Al-Quran di masjid, memanglah kebiasaannya. Ia takut malas nya bergentayangan apabila ia menjalankannya di rumah. Faizah membaca Al-Quran dengan lembut. Suara wanita adalah aurat :).

Selama Faizah membaca Al-Quran, ada yang mencuri-curi melihat akhwat tersebut. Fattah Firdaus. Lelaki yang selalu mengumandangkan adzan subuh. Faizah tidak mengetahui perihal tersebut.

Setelah semuanya selesai, Faizah pulang. Seperti biasa Faizah melakukan kegiatan rumah. Mulai dengan menyapu, menyuci, dan kegiatan yang biasa ibu-ibu lakukan ia jalankan. Tepat pukul 8.00 AM semua pekerjaan Faizah beres.

"Ya Allah, Alhamdulillah ini tulang punggung ku bersuara semua. Semoga sehat selalu, Aamiinn." Gumam Faizah bangga karena ia selesai berolahraga rumah tangga.
"Umiii, mau masak apa kita hari ini?" sambil memeluk umi nya yang sedang mengupas bawang.
"Apa saja nak, yang penting kenyang :)."
"Yah umi setiap hari ngomongnya ituu mulu. Tetapi Tidak apa-apalah. Faizah tetap sayang umi. Kan umi yang masak, hhee." Ya teman-teman itu kelemahan Faizah, belum sempurna dalam memasak. Kalau mie, air, nasi sih tau. Kalau goreng telur suka keasinan :D ..
"Kamu itu juga jangan cepat menyerah kalau masak, nguleg cabai harus halus. Jangan cuma 3x uleg selesai, fahum? " humor umi memang seserius ini.
"Na'am umi, love you, muaacchh" aku kecup pipi umi lalu kabur hhe.
--------------------------------------------------------
Di hari petang, Faizah mengajarkan anak-anak di sebuah TPA(Taman Pendidikan Al-Quran) Al-Fatih. TPA ini bak seperti sekolah madrasah dengan pengajar-pengajarnya yang luar biasa. Faizah sangat senang dengan pekerjaan ini. Di TPA ini siswa-siswanya dianjurkan menghafal Al-Quran. Diwajibkan juz 30 hafal.

Jangan Lupa Lamar Aku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang