H-3 sebelum jawaban

32 10 2
                                    

Belajar tentang waktu membuatku mengenal akan semua rasa yang ada. Tetapi aku benci waktu ketika mewajibkanku harus menunggu jawabanmu.
~ Dzaki Ghaffar ~
______________________________________


Mimpi itu membuat Faizah takut. Takut untuk memulai penolakan. Bagaimana Faizah akan merangkai kata-kata yang akan membuat Ghaffar tidak sakit hati. Namun, Faizah bersyukur mungkin ini jawaban Allah SWT. Untuk dirinya.

Meskipun begitu, Faizah tetap meminta petunjuk kepada sang Kuasa sampai hari permintaan jawaban nanti. Ia masih bingung dengan mimpinya semalam.
---------------------------------------------------------
Subuh menghampiri. Faizah mempersiapkan alat shalat yang akan digunakan dan tidak lupa pula Faizah membasuh diri sebelum beranjak.
"Yuk Anisa, pergi." ajak Faizah kepada Anisa yang memang dari tadi menunggunya.

Adzan berkumandang. Telinga Faizah kini sudah kebal dengan panggilan itu. Hanya saja, panggilan muazin nan halus tersebut tidak bisa ia musnahkan dari pikirannya. Bagaimana mungkin lelaki itu memiliki kekuatan untuk memikatnya selama ini. Dari adzan hingga menjadi penceramah membuat hati Faizah luntur tanpa bisa kembali ke keadaan semulanya. Bagaimana bisa?

Dalam perjalanan pulang nan hampir terang itu, Faizah bertukar cerita, dan Fmasyik tertawa bersama sahabatnya tanpa ada yang mengacaukannya. Beberapa selang berlalu, tiba-tiba ada yang menyapa Faizah dari belakang. Ketika Faizah berbalik, ia tertegun.
" Afwan, apa benar ini akhwat Auliyah Faizah? "
Dug. Detak jantung nya berhenti. Seketika matanya gagal untuk berkedip sekalipun ketika ia mengetahui suara itu. Yang tadi nya tertawa berubah jadi sunyi tanpa suara.

Jika wanita ini benar-benar titipan-Mu ya Allah. Maka aku terima. Apa wanita ini yang menghampiri di sunyi nya alam bawah sadar ku. Apa akhwat ini yang telah berada di catatan surga-Mu ya Rabbi. Sungguh dia bidadari.

" Iya, dia Faizah. " Dengan senyum yang melekat dan semangatnya Anisa menjawab pertanyaan ikhwat tersebut karena Faizah hanya menunduk dan tidak berkutik kala akhwat itu berbicara dengannya.

" Alhamdulillah akhirnya kutemukan juga. Ini ada surat kecil dari Bunda. Beliau meminta tolong agar kamu menerimanya." Tutur Fattah.
" Oke, Syukron. " dengan kata yang tak tertuliskan, tangan Faizah terulur menerima surat tersebut. Hanya tutur kata itu yang bisa ia ungkapkan saat ini. Selepas itu, Fattah pergi meninggalkan mereka dengan mengucap terima kasih dan salam.

Setelah punggung lelaki idamannya itu menjauh, barulah Faizah bisa berkata-kata.
" Secepat itukah kau pergi, huhuhuhuhu " tangis canda Faizah yang dibalas dengan jentikan nakal Anisa.
---------------------------------------------------------
Di rumah, Faizah menatap lama amplop putih tersebut tanpa membukanya. Ia takut amplop itu akan mengubah keadaannya. Bisa jadi isi didalamnya adalah perpisahan. Bisa jadi isi didalamnya adalah jangan-jangan titipan orang lain untuk orang lain. Hmmmm.

Tetapikan surat ini dari umi nya Fattah. Kenapa aku harus takut membukanya?

Meskipun begitu tetap saja Faizah tidak ciut untuk merobek balutan kertas putih itu. Ya sudahlah mungkin sebaiknya besok saja ku buka. Sepertinya juga tidak terburu-buru. Lalu Faizah membuka laci meja dan menaruh surat itu di sana.

Waktu menunjukkan pukul 3.00 AM. Sebagaimana rutinitas Faizah adalah sholat sunnah. Dalam sholatnya kali ini ia meminta kepada sang Pencipta untuk mengetahui surat yang diberikan tanpa membacanya. Sangat berat baginya untuk membuka surat tersebut karena dalam hubungan sehari-hari pun Faizah tidak mengenal umi nya Fattah.

Aamiinn.

Selepas itu, ia bersiap ke masjid sholat subuh. Kali ini ia sendiri, Anisa sedang menyibukkan dirinya dengan alam mimpi. Kemarin Anisa berkata, Aku akan sedih dalam seminggu kedepan. Semangat Sohiiibbb. Begitulah wanita selama waktu sebulan pasti meliburkan beribadah kurang lebih seminggu. Eits ini yang belum mengandung yaaa.

Dalam perjalanan pulangnya. Faizah menatap langit yang akan menghamburkan sinar mataharinya. Sangat teduh. Ketika Faizah terlena memandang cahaya jingga,

" Assalamualaikum Faizah."
" Waalaikumsalam. " Dengan semua kesadaran Faizah menjawab ucapan salam tersebut.
" Ana Fattah Firdaus. Mohon izin menyukaimu." Dengan hati yang tidak terdefinisi, kepala Faizah tertunduk sebentar lalu menjawab.
" Apa Allah mencintaimu? Jika iya, LAMAR AKU!." Selepas itu Faizah langsung meninggalkan Fattah yang berdiam diri. Ia tidak berani berlama-lama dengan Fattah. Sebab mereka hanya berdua. Meskipun ada yang berlalu lalang, tetaplah mereka berdua. Fattah kini melihat punggung Faizah yang semakin menjauhinya. Sambil tersenyum Fattah mengungkapkan kata didalam hatinya.

Ternyata kamu tidak membaca surat itu Auliyah Faizah.
----------------------------------------------------------

Isi surat

Dear : Hawa
From : Adam

Assalamualaikum Hawa.
Saya Adam. Saya yakin kamu belum mengenali saya. Bacalah Hawa, saya pernah sendiri, saya pernah kesepian, dan saya pernah bermain bebas tanpa melakukan kesalahan. Lalu diri ini sedih, saya berdoa kepada Ilahi.

Ya Allah, Aku ingin memiliki teman yang menemani aktivitas ku setiap hari. Aku tidak ingin sendiri.

Dengan doa itu, Allah mengabulkannya dan mengirimkan Hawa. Ternyata Allah mengirimkan Hawa untuk Adam dengan maksud melengkapi tulang rusuk Adam yang kurang sebagai penyempurna sebuah pasangan.

Memang benar Adam melakukan kesalahan, tetapi Adam masih bahagia memiliki Hawa yang selalu merangkulnya dalam keadaan apapun.
Hawa izinkan aku bertanggung jawab atas dirimu.

Note: Adam = Fattah Firdaus
Hawa = Auliyah Faizah
Baca dengan batin ya Akhwat Sholehah.

Oh ya Afwan, hari itu saya kasih surat atas nama bunda. Karena atas izin bunda surat ini bisa sampai ke tanganmu.

Saya akan berjumpa kembali dengan kamu akhwat Faizah InsyaAllah di hari jumat, 31 Januari 2020 pukul 05.30.

Apabila diterima, jangan dijawab
Apabila ditolak, maka jawablah dengan izin Allah Afwan, aku tak bisa.

Wassalamualaikum w. w.
--------------------------------------------------------

H-2 Jawaban.

" Aku tidak kuat menunggu lagi ya Rabbi. Aku mencintainya, sangat mencintainya. " Tidak kuasanya seorang pria menanti jawaban wanita yang dicintainya. Ghaffar bersujud menghadapi Allah meminta agar dirinya lebih tenang. Aamiinn.

Hati Ghaffar dari 3 hari yang lalu mulai gelisah dikarenakan Faizah sering memperhatikan seseorang setiap berakhirnya subuh. Faizah selalu memperlihatkan diri bahwa ia sedang mengagumi yang ia pandang.

Lebih dari itu, Ghaffar tidak sengaja melihat Faizah menerima surat darinya. Sayangnya, Ghaffar tidak mengenal lelaki itu. Hanya saja Ghaffar sering melihatnya dikala subuh tiba.

Ghaffar takut bila Faizah berpindah haluan saat ini. Ia tidak ingin terjadi. Meskipun ia serahkan semua kepada Allah, ia masih ingin Faizah menjadi pendampingnya. Namun, Ghaffar harus tetap tetap dan tetap berdoa semoga Allah SWT. Selalu menjaga hatinya. Allah tidak tidur.

--------------------------------------------------------------

Aku bisa menahan apapun itu untuk menunggumu, tetapi tidak dengan bersaing dengannya. Aku tak mampu.
~ Dzaki Ghaffar ~
----------------------------------------------------------------
.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung..

Terima kasih sahabat telah membacanya sampai part ini.

Jika ada masukan InsyaAllah diterima ya asalkan sopan 😊.

Selalu ikuti ceritanya ya teman-teman. Jangan Lupa Lamar Aku pasti menanti mu 😉.

Jangan lupa tinggalkan jejak, comment and Follow 😇

Assalamualaikum ...

Jangan Lupa Lamar Aku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang