Pemantapan jawaban

38 10 5
                                    

Meskipun engkau memperindah diri untuk diriku, dan aku tidak mengindahkan diriku untuk dirimu. Maka, aku harus melukai mu agar kamu bisa diindahkan oleh orang lain.
~ Auliyah Faizah ~
______________________________________

H-1 Sebelum jawaban.

Kamis pukul 13.00 PM kini berhasil menguasai pikiran Faizah tentang esok hari. Mimpi itu muncul lagi. Mimpi yang menayangkan seorang pria rupawan dengan matanya yang sipit membawa kotak kecil warna merah menghampirinya.

Aku mencintai Allah SWT.
Aku yakin dicintai Allah SWT.
Aku membawa pesan-Nya.
Berikan janji hidup semati untuknya.
Aku bertemu denganmu Faizah di kebahagiaan masa depan ku.
Ini cincin aku buka untukmu.
Bila engkau di cintai Allah.
Dan engkau mencintaiku,
Aku akan menjemputmu.

Sekarang hati Faizah tidak lagi bimbang. Ia sangat yakin mimpi itu jawaban dari doanya. Ia sangat yakin pria yang terlibat dimimpinya bukanlah Dzaki Ghaffar, tetapi Fattah Firdaus pria yang ditemuinya kala pulang subuh.

Aku butuh bantuan Anisa untuk melakukan ini.

Ashar usai. Faizah menemui Ghaffar memberi tau agar bisa menemuinya setelah maghrib. Ada yang ingin diperbincangkan. Ghaffar menyetujuinya walaupun menyimpan rasa was-was.
-----------------------------------------------------------
" Assalamualaikum Anisa. Aku boleh minta tolong?" percakapan ini berlangsung ketika Faizah mendatangi tempat tinggal Anisa. Anisa memanglah sedang meliburkan diri, tetapi tidak di luar lingkungan ibadah.
" Waalaikumsalam Faizah. Boleh. Kamu butuh pertolonganku kapan? " Beginilah persahabatan mereka. Apabila ada yang membutuhkan pertolongan tidak ada istilah curiga. Bagi mereka persahabatan itu adalah rasa saling percaya tanpa melukai satu sama lain.
" Pukul 18.45 hari ini. Apakah kamu tidak keberatan? "
" Tidak Sohib. Jika aku tidak bisa maka aku akan bicara sebelumnya." Senyum tersungging di bibir mereka berdua.
" Syukron Anisa. Aku tunggu di lapangan muka rumah Allah. "

Selesai melakukan percakapan, beberapa menit kemudian bumi mulai menyembunyikan sinarnya. Bulan mulai mengintip disela-sela gunung. Semua orang mulai berhenti beraktivitas dan mempersiapkan diri untuk menghadap sang Pencipta.

Azan berkumandang. Faizah sudah siap dengan peralatan sholatnya tanpa kekurangan satupun. Kaki Faizah menelusuri jalan stapak yang kasar. Melangkahi bebatuan-bebatuan kecil yang tidak mampu menghalangi langkahnya. Hingga ia sampai di depan teras, memasuki rumah suci dan selesainya ia berdoa.

Ya Allah. Aku siap.

Faizah melihat Anisa sedang menunggunya dibawah pohon rindang. Ya meskipun di malam hari, lokasi itu tetaplah terang karena lampunya menggantung di atas sana.
Faizah mengungkapkan semua mimpi yang dialaminya kepada Anisa. Anisa memahami itu semua.
" InsyaAllah, percayalah Allah tau apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya."

18.40 Faizah mendengar dentuman langkah kaki yang kian lama kian mendekat. Ia yakin itu pasti Ghaffar. Faizah berbalik bersama Anisa untuk melihat kedatangan Ghaffar.

" Assalamualaikum Faizah, Anisa. "

Ya itu memang Dzaki Ghaffar. Ia menepati janjinya. Setelah lima menit mereka melakukan perbincangan, Faizah mengalihkan pembicaraan. Ghaffar berharap ia tidak mengatakan sesuatu hal yang membuat situasi akan dingin.

"Ghaffar, Afwan, Maaf, saya sekali lagi mohon maaf. Ana Auliyah Faizah tidak bisa menerima lamaran mu. Aku mengungkapkannya sekarang karena aku tidak ingin menyakitimu lebih dalam bila dihadapan keluarga. Maafkan aku." Hanya itu yang mampu Faizah ucapkan. Itu adalah jawaban terbaik untuk dirinya dan Ghaffar.

Jangan Lupa Lamar Aku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang