⚫ [ b u k a n ] HUJAN ⚫

141 36 22
                                    

Hujan terlalu romantis untuk dieja melalui sebuah frasa. Karena dia rela untuk kembali, walaupun telah terjatuh berkali kali.

.

.

.

.

Aku sudah terlalu biasa melihatmu uring uringan di depan gadget. Mengacak rambut frustasi dengan mulut yang entah menggerutukan apa. Tubuhmu bergerak gelisah di karpet beludru, dan boneka pulshie yang kamu cengkeram erat erat.

"Pulshie gue jangan dijadiin korban cabul woy,"

"Sembarangan aja lo," kamu tetap tidak perduli dengan raut kesalku. Namun cukup peka ketika pulshie kesukaanku mulai kamu perlakukan manusiawi.

"Napa sih uring uringan gitu?,"

"Chat gue masih delive, gemes gue," kamu meletakkan poselmu. Memilih sisi ranjang yang empuk sebagai sandaran. Sepertinya kamu mulai lelah dengan penantian yang tak kunjung memberi jawaban.

"Sabar kali, biar bisa jadi prioritas emang susah,"

Iya, akupun sedang merasakannya.

Aku juga sedang bersusah payah menjadi prioritasmu, ketika dia sudah menjadi nomor satu dihatimu. Mungkin aku terlihat naif. Membiarkan sembilu yang menghantam berkali kali, sembari tersenyum setiap kamu datang membawa kabar tentang dia. Bukan tentang kita.


[ b u k a n ]  HUJAN


Sore di hari Sabtu kamu datang. Dengan peluh di dahi berponimu, dan nafas yang berdesakan keluar masuk. Agaknya keadaanmu membuatku sedikit mengerutkan dahi. Tapi ada satu hal yang aku ketahui dengan sangat baik,

kamu datang dengan kabar tentang dia.

"Gue berhasil!," teriakmu sarat akan kesenangan, tepat di depan pintu kamar yang terbuka lebar-lebar.

"Apaansi berisik lu,"

Bahkan kamu tidak menyadari raut kesalku.

"Gue berhasil ajakin dia jalan bareng ntar malem,"

"Serius?!"

Faktanya kita sama sama berjuang. Kita sama sama berebut menjadi prioritas, walaupun di hati yang berbeda.

Tapi kenapa?

Hanya kamu yang berhasil..

Sepertinya dunia masih ingin melihatku tetap kembali menyukaimu, walaupun telah terjatuh berkali kali.

Seperti hujan.

[ b u k a n ]  HUJAN

Dari awal bulan, hingga akhir bulan. Kamu dan isi kepalamu yang tidak berhenti menyayangkan acara "jalan bareng" di malam minggu itu. Wajar bila kegagalan itu membuatmu seperti ini, kamu memang sangat memperjuangkannya.

Dan aku tetap menjadi telinga paling setia kemudian.

Malam ini sedikit berbeda. Tidak ada panekuk, tidak ada secangkir coklat panas. Hanya ada satu cup kecil kopi pahit. Bukan dengan sengaja kita memilih minuman itu. Mungkin karena satu cup kopi pahit cukup mewakili perasaan masing masing.

"Gue cape berjuang," hembusan nafas itu terdengar berat.

Kamu sibuk menatap langit, walau tidak terlihat bintang disana. Layaknya kamu yang terus memperjuangkan dia, walaupun tidak ada sepeser harapan disana.

"Kayaknya...gue memperjuangin orang yang salah,"

Mata itu menatapku. Terlalu dalam, membuatku takut tenggelam.

Namun aku memutuskan kontak mata itu terlebih dahulu. Karena aku tahu, hanya melalui tatapan mata saja, aku bisa jatuh lagi.

Jatuh seperti hujan.

"Maafin temen bego lo ini," kamu tertawa hambar. Suara mu sarat akan penyesalan

Namun aku bukan hujan. Aku tidak ingin jatuh berkali kali seperti hujan.

"Lo jelas tau perasaan gue... tapi kenapa?,"

Belah tubirmu seolah kehilangan fungsi. Kamu terdiam. Mata itu menatapku semakin dalam.

"Gue juga sama kaya lo, cape berjuang,"

"Memperjuangkan orang yang salah itu emang bikin cape,

"Maafin juga temen bego lo ini,

"Karena gue menyerah sekarang."

Maaf.

Terjatuh bukanlah kosa kata yang menyenangkan. Bahkan dalam urusan perasaan. Aku tidak ingin terjatuh lagi. Aku bukan hujan.



Maaf, aku tidak seromantis hujan yang rela kembali walaupun telah terjatuh berkali kali.












Maaf, aku tidak seromantis hujan yang rela kembali walaupun telah terjatuh berkali kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menyerah itu bukan masalah, lo harus istirahat. Sekarang giliran gue yang berjuang, untuk kita"

- Reynaldi Nazel
Di penghujung malam waktu itu







Pagi menuju siang^^
Selamat beraktivitas di rumah
Jaga kesehatan dan kebersihan ya..

Btw

Itu dia yang dulu nyanyi chewing gumm, beneran udah 20 taun😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu dia yang dulu nyanyi chewing gumm, beneran udah 20 taun😭




Tentang Dia | h. RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang