Teman cerita, teman berbagi rasa. Teman curhat. Mungkin tanpa mereka kita tidak tahu, bagaimana hal sesederhana bercerita bisa membuat bahagia.
.
.
.Setiap malam, sebahis menuntaskan segala aktivitas yang melelahkan. Aku selalu menyisihkan waktu untuk menikmati langit malam sendirian. Menjadikannya sebagai alat pelepas penat.
Di teras rumah kos yang sengaja dibangun bapak sebagai atap rumah anak perantau. Duduk bersandar di atas pendopo rumah, sembari menatap langit malam yang minim bintang. Cukup dengan hal sederhana begini saja, aku sudah puas.
Tapi terdakadang kamu datang. Mungkin tujuan kita sama, menikmati malam.
Kamu memperkenalkan diri dengan nama Raka. Kemudian kita saling mengenal. Dan menjadi teman cerita.
Kamu merubah hal sesederhana menikmati malam, menjadi hal yang lebih menyenangkan karena ada cerita.
Kita semakin akrab. Intensitas kamu mengunjungi teras rumah juga semakin sering. Dan cerita yang saling diceritakan juga semakin beragam.
Kamu banyak bercerita tentang adikmu, abangmu, bahkan keponakanmu yang masih bayi. Aku jadi tahu satu fakta, kamu hidup di tengah keluarga bahagia. Aku senang mendengarnya.
Aku tidak pernah berharap lebih dari teman cerita. Tapi perasaan itu terlanjur datang. Iya, aku rasa aku menyukaimu.
Tidak ada alasan tertentu aku menyisihkan ruang hati untukmu. Hanya karena nyaman. Nyaman karena kamu teman cerita yang menyenangkan.
Aku pernah mendengar sebuah kalimat, kalau dunia itu punya banyak cerita. Entah itu menyenangkan atau menyedihkan. Dan aku baru menyadarinya. Kita adalah bagian dari dunia, yang artinya kita juga mempunyai cerita sedih.
Hari itu datang. Selepas malam yang baru saja dibasahi hujan, menyisahkan rintik-rintik lembut. Kita kembali duduk bersebelahan di atas pendopo rumah. Masih dengan mata yang menikmati langit gelap, dan cerita yang melengkapinya.
Tapi setelah mendengar ceritamu, aku berharap malam itu tidak pernah terjadi.
Kamu datang dengan cerita sedih untukku, namun menyenangkan untukmu.
"Dia baik banget. Gue suka sama dia," ujaran konfirmatif itu kamu keluarkan dengan tenang.
Kamu tersenyum karena seseorang. Terlihat bahagia karena mencintai seseorang. Seharusnya aku ikut bahagia, melihat teman ceritaku bahagia. Seharusnya.
Ironisnya, bahkan melalui tatapanpun, aku tidak bisa menyembunyikan lara. Sama sekali tidak bahagia. Aku memilih menatap langit agar kamu tidak menyadari kalau aku sedang sakit.
"Kalau kita pacaran, menurut lo cocok gak?,"
"Bukan cocok enggaknya Ka, yang penting 'kan saling nyaman,"
Sekarang yang sedang aku perlihatkan, yang sedang aku katakan, itu adalah paksaan. Aku tidak pandai berpura-pura. Aku hanya bisa memaksa.
Memaksa untuk tersenyum, memaksa bahagia. Demi kamu yang sedang berbunga.
Tapi aku tetap harus berterimakasih. Setidaknya kita pernah berbagi cerita. Kita pernah bahagia karena cerita.
Iya, aku harus berterima kasih. Karena kamu, aku pernah bahagia dengan hal sesederhana bercerita.
kkeut
Makasih banget yang udah like and comment^^
/udah kaya yutuber anjay
Skip
Makasih banyak buat kalian yang udah dukung aku lewat vomment^^
Untuk kedepannya, semoga cerita aku makin berkembang dan kalian makin suka!!^^
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia | h. Renjun
Historia Corta"Terjatuh bukanlah kosa kata yang menyenangkan. Bahkan dalam urusan perasaan. Aku tidak ingin terjatuh lagi. Aku bukan hujan." - [ b u k a n ] HUJAN Short story • Random tentang Renjun • Word bisa kurang dari 500 Enjoy guys!!