Chapter 3

27.8K 2.6K 151
                                    

Note: Jadi aku mau kasih tau kalo Rugby, Shanen dan Evita adalah JPU (Jaksa Penuntut Umum) sehingga ditugaskan di pengadilan.

-- Selamat Membaca --


Tangis Rugby pecah setelah duduk dan menceritakan kemirisan hidupnya kepada kedua sahabat terbaiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangis Rugby pecah setelah duduk dan menceritakan kemirisan hidupnya kepada kedua sahabat terbaiknya. Ini bukan kali pertama dia gagal menikah, tapi sudah tiga kali. Pertama dengan Gavin, kedua dengan laki-laki bernama Jurgen, lalu terakhir dengan Ray. Apa dosanya sampai dia gagal menikah berturut-turut? Mungkinkah ada yang menyumpahinya sampai dikutuk gagal menikah berulang kali? Atau, ada mantan yang merapal mantra sumpah serapah agar dia tidak bahagia? Jika memikirkan hal itu ada banyak kemungkinan yang muncul di kepalanya.

Dua sahabatnya yang setia menemani di kala susah dan senang adalah Evita Halim dan Shanen Annevie. Jauh sebelum ditugaskan di pengadilan negeri yang sama, dia sudah mengenal keduanya lebih dulu. Dia mengenal Shanen karena perempuan itu pernah berpacaran dengan Edibel selama tujuh tahun di masa lalu. Sementara Evita, perempuan itu pernah pedekate dengan sepupunya Montazery. Juga, Evita adalah teman kuliahnya. Dia seumuran dengan Evita, berbeda dengan Shanen yang lebih tua empat tahun darinya. Walaupun Shanen berumur lebih tua, tapi Rugby dan Evita tetap memanggil namanya atas permintaan Shanen sendiri. Katanya supaya tidak terlihat tua.

"Kehidupan gue di umur 28 tahun miris banget," curhat Rugby. Air matanya sudah terhapus seiring punggung tangan yang menyeka.

"Gue udah nggak kaget sih soalnya kelihatan. Dari cara Ray perhatiin abang Jun itu udah mencurigakan banget. Kelihatan dia lebih mengagumi wajahnya Jun ketimbang lo," komentar Evita sembari melahap popcorn rasa caramel.

"Jun? Junet?" tebak Rugby. "Kalau itu mah tukang soto deket rumah gue."

Evita geleng-geleng kepala. "Ampun deh lagi serius begini lo malah berjanda."

"Bercanda ya bukan berjanda," ralat Rugby. Evita nyengir.

"Maksud gue Jun itu Arjuna. Kita pakai singkatan Jun biar pacarnya Shanen dikira orang Korea. Iya kan, Shan?" Evita menyenggol bahu Shanen yang tengah menyuguhkan coca-cola di atas meja. Shanen mengangguk pelan.

"Tunggu. Kapan Ray lihat Arjuna?" tanya Rugby bingung.

Evita memutar bola matanya. "Lo nggak inget? Waktu Shanen masih pedekate sama abang Jun setahun lalu, kita temenin mereka nge-date. Lo ngajak Ray. Apa nggak inget?"

Rugby menepuk jidatnya kasar. "Gue baru inget. Lo inget aja lagi momen kayak gitu. Herman."

"Btw, Hermanto mantan gue." Evita mengambil sekaleng coca-cola. "Gue minum ya, Shan. Nggak disuntik apa-apa, kan?"

Shanen tertawa kecil. "Nggak lah. Itu aman. Arjuna yang beliin. Semua makanan yang ada di sini juga dari dia. Katanya hadiah supaya Rugby bisa pulih dari kesedihannya."

Hello, Ex-Boyfriend! (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang