Chapter 6

22K 2.2K 218
                                    

-- BATAS UHUK --

Rugby masih mengamati perempuan itu sementara telinganya mendengar ucapan dari mulut Marco dan Velven yang terus berceloteh tanpa henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rugby masih mengamati perempuan itu sementara telinganya mendengar ucapan dari mulut Marco dan Velven yang terus berceloteh tanpa henti. Entah apa maksud keduanya bicara pelan tapi obrolannya dapat didengar telinganya. Kalau ingin mengetahui gosip-gosip terhangat seputar keluarga Wijaya hanya tinggal mendengar mereka berdua mengobrol karena semua informasi akan keluar dengan sendirinya. Mereka sering disebut ember tingkat akut karena suka kasih spoiler berlebihan yang berakhir cerita panjang kali lebar.

"Itu mantan pacarnya bukan sih?" tanya Velven ragu.

"Bukan mantan pacar tapi mantan gebetan. Kalo mantan pacar mah Ilsa sama Sasha," jawab Marco.

"Sasha yang mana tuh? Yang konsultan pajak?" tanya Velven lagi.

Marco mengangguk. "Eh, yang sebelah kita ini juga mantannya Gavin."

"Oh, iya. Mantan satu atap juga," ucap Velven.

Rugby akan mengabaikan obrolan keduanya tentang dirinya. Dia lebih memikirkan soal perempuan yang entah siapa namanya. Dugaannya salah karena ternyata perempuan itu hanya sebatas mantan gebetan, bukan mantan pacar.

"Lain kali kamu hati-hati kalo naik motor. Jangan mikirin hal nggak penting selama mengendarai motor," ucap perempuan itu seraya duduk di pinggir ranjang sembari membelai kepala Gavin.

Idih, usap-usap kepala. Dasar perempuan agresif! teriak Rugby dalam hatinya. Ada yang terbakar namun bukan sampah.

"Iya, Nadya."

Suasana mendadak sunyi sejak kedatangan perempuan bernama Nadya. Dan secara tidak sengaja perempuan itu menyadari pandangan Rugby yang tak berhenti memperhatikannya. Rugby buru-buru melarikan pandangan ke arah lain. Berhubung dia malu ketangkap basah, tangannya refleks menepuk pundak Marco dengan keras. Anggap saja sekalian balas dendam karena Marco menyebalkan.

"Mar, kita ngopi yuk!" ajak Rugby.

Marco menatap heran. Sementara Velven yang menyadari maksud Rugby segera menyahuti. "Yuk! Lo traktir kita kan, By?"

"Iya, gue traktir. Ayo, buruan."

Rugby menarik tangan Marco dan Velven dengan cepat. Mercurius bergerak cepat mengikuti dari belakang. Gavin ingin menghentikan namun, Nadya malah mengajaknya bicara sehingga dia membiarkan Rugby pergi keluar tanpa sempat bertanya.

"Kamu mikirin perempuan yang tadi kan?" tembak Nadya.

"Iya, kenapa?"

Nadya menggeleng. "Nggak pa-pa. Aku nggak tau kamu lebih bodoh dari yang keliatannya. Cepet sembuh ya. Aku mau keluar sebentar telepon asistenku."

Rugby yang sudah berada di luar kamar langsung mengembuskan napas kasar. "Amit-amit. Baru juga mantan gebetan udah bersikap seolah-olah pernah tidur sama Gavin. Minta gue lempar ke kebon aja!" gerutu Rugby.

Hello, Ex-Boyfriend! (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang