Terkadang apa yang orang lain alami tidak seburuk apa yang ku alami dan anehnya aku yang lebih lama sadar kalau aku sudah tidak sanggup menahan semuanya dibanding mereka.
Malam sudah melingkupi dunia. Namjoon berjalan menuju tempat yang sudah tiga kali ia kunjungi. Baginya, tempat itu adalah tempat yang mulai disukainya entah mengapa. Hanya rooftop lah yang selalu diingatnya setiap saat dalam hidupnya yang tidak ada makna lagi untuknya.
Kota terdengar ramai walaupun sudah malam. Yah, begitulah kota. Tempat yang penuh dengan orang-orang dengan berbagai tingkah. Dan hal itu justru tidak disukai oleh namja berambut blonde itu. Ia hanya suka ketenangan dan kedamaian. Ya, ia benar-benar menginginkan itu secepatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Namjoon telah sampai di tempat tujuannya. Ia mengenakan kaos abu-abu yang ditutupi oleh coat cokelat panjang serta jeans hitam dan boots. Matanya memandangi langit di atasnya. Bulan purnama malam ini, namun sedikit tersamarkan oleh kabut. Beberapa bintang juga tampak. Sedikit pemandangan indah untuknya.
Menarik nafas sejenak dan menghembuskannya perlahan. Saat matanya bergerak, sosok namja yang bertubuh kecil setinggi Park Jimin tertangkap tengah berdiri. Sudah melewati pagar pembatas. Namjoon mulai merasa malas menghadapi hal yang sama untuk yang kesekian kalinya.
Akan tetapi, mulutnya dengan kurang ajarnya bersuara. Melontarkan kata-kata yang baginya adalah kutukan untuknya.
"Hey, don't do it please!"
Namun, namja yang satu ini tidak menoleh saat Namjoon bersuara seperti yang lainnya. Tersentak pun tidak dan hal itu membuat Namjoon sedikit takut sekarang. Refleks, Namjoon melangkah mendekati namja berambut cokelat kemerahan tersebut.
"Apa pedulimu?" Namjoon seketika berhenti saat mendengar pertanyaan dari suara berat namja itu.
"Apa peduliku? Sebenarnya apa yang selalu aku lakukan selama ini? Apa aku sudah tidak bisa mengendalikan diriku sendiri setiap ada di atas ini? Apa aku sudah gila? Sepertinya begitu." berbagai pertikaian muncul dalam diri Namjoon. Kepalanya tertunduk, matanya melihat kumpulan kertas seperti piagam penghargaan di tangan namja itu.
'Min Yoongi' hanya itu yang dibacanya.
"Hhh... aku lelah diperalat oleh pria brengsek yang nyatanya adalah ayahku sendiri." tutur Min Yoongi. Namjoon menoleh padanya.
"Aku selalu menuruti apa keinginannya sejak SMP. Terus belajar mati-matian dan mengumpulkan berbagai kemenangan akademik agar pria itu selalu dinilai hebat. Yah, dia memang orang besar. Orang besar tidak ingin dipermalukan di depan orang besar lainnya. Ia terus menuntutku hingga sekarang. Mengerjakan apa yang ia mau." jelas Min Yoongi sambil menunduk memandangi kumpulan piagam di tangannya.
"Aku melakukan semuanya. Semua yang pria itu minta. Tapi, saat aku meminta satu hal saja bajingan itu benar-benar tidak mau melakukannya. Padahal dia seorang ayah yang harus bisa mengerti soal keinginan anaknya. Yang seperti itu pantas disebut ayah? Hah! Bullshit! Kertas-kertas ini tidak ada artinya bagiku, ini hanya sampah! Sampah tidak membuatku senang selama aku mengumpulkannya!" racaunya. Kumpulan piagam itu ia remas hingga remuk.
Yoongi kemudian mengeluarkan sebuah pemantik api dari saku celananya. Dinyalakannya lalu membakar semua piagam itu dengan raut dingin. Setelah setengah terbakar, dibuangnya hingga akhirnya menjadi kumpulan debu di udara. Namjoon hanya melihat apa yang dilakukan oleh namja bermarga 'Min' di depannya ini.
"Aku hanya minta satu hal saja. Hal yang sederhana. Menjadi seorang pianis. Karena hanya itu yang bisa membuatku bahagia selama aku hidup. Tapi, orang brengsek itu tidak menghargainya sama sekali! Ia menganggap aku ini akan jadi gelandangan karena menjadi seorang pianis. Yang akan membuatnya malu. Selalu itu yang ia katakan padaku. Aku benar-benar muak mendengarnya, kau tahu! Mimpi ku direndahkan seenaknya, diinjak-injaknya dengan santainya! Harapan putranya sendiri ia anggap hanya angin lalu. Cih! Aku muak!" lanjut Yoongi setengah marah.
"Mimpi ya..." gumam Namjoon. Min Yoongi melirik ke arahnya.
"Aku juga punya mimpi. Menjadi seorang musisi. Lebih tepatnya rapper sih. Aku begitu menyukai musik. Tapi, semua orang tampaknya tidak menyukai mimpiku itu. Mereka mengatakan kalau aku ini tidak cocok menjadi musisi. Tampang ku selalu jadi bahan ejekan. Suaraku juga. Selalu diolok-olok. Bahkan orang tuaku sendiri membakar semua lirik lagu yang susah payah aku buat dan menghancurkan alat-alat musik ku. Mereka tidak ingin anaknya jadi rapper. Mereka ingin anaknya menjadi pintar, kuliah ke luar negeri hingga nantinya bisa memimpin sebuah perusahaan besar. Tidak ada barang sedikitpun mereka mau mengerti apa keinginanku. Ayolah, ini hidupku! Aku yang menentukan jalanku bukan mereka! Tidak ada yang bahagia jika hidupnya selalu diatur dan dikritik habis-habisan!" jelas Namjoon sambil menatap Yoongi yang menatapnya sedikit tertegun.
"Kau..."
"Umm... Yoongi-sshi. Kalau kau mau, bagaimana kalau kita membuat lagu bersama?" tawar Namjoon spontan.
"Apa ini benar? Apa aku bisa mencegah kali ini? Apa aku bisa hidup dengan keputusanku ini?"
Di sisi Yoongi sendiri, namja itu membulatkan matanya sebab tidak percaya. Ia memandangi raut wajah Namjoon yang tampak seperti begitu memohon seolah mencegahnya untuk pergi. Keduanya masih saling bertatapan dalam diam.
"Ku mohon. Walaupun hanya kecil, tapi aku benar-benar memohon." batin Namjoon.
Yoongi mendengus kecil sambil menundukkan kepalanya. "Tawaranmu bagus. Tapi, aku menolaknya dengan berat hati. Aku tidak ingin diseret-seret oleh pria bajingan itu nantinya untuk menjadi babunya lagi."
Pertahanan Namjoon runtuh seketika mendengar jawaban demikian. Dan ia sudah tahu bagaimana akhir dari malam ini.
"Hey," panggil Yoongi.
"Kalau kau mau, aku ada pilihan lain. Bisakah kau membuat lagu untukku dan selalu nyanyikan itu pada tanggal dan bulan ini setiap tahunnya? Kalau bisa, aku sangat berterima kasih untuk itu." pintanya dengan seulas senyum. Mata Namjoon melebar mendapati hal itu.
"Aku rasa kau masih punya jalan untuk mimpimu itu. Kau itu tampan walaupun tidak setampan aku. Suaramu pasti juga bagus, aku yakin itu." setelah Yoongi mengatakan hal tersebut ia pun menghilang dari pandangan Namjoon.