Baru sehari dapat kabar kalau Tyo muncul lagi ke dalam hidupku, semalaman aku tidur tidak tenang memikirkan bagaimana nasib masa SMAku ke depannya. Aku takut. Aku khawatir. Dan aku tak mau melewati masa-masa SMA yang suram seperti aku melewati masa SMPku.
Hari ini hari jumat. Sebelum pelajaran pertama usai dan bel istirahat berbunyi, aku diminta Miss Pawit untuk membawakan buku tugas anak kelas ke ruang guru. Saat ini aku sudah berjalan di koridor sekolah setelah meletakkan tumpukan buku di ruang guru. Bel istirahat juga sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Aku sedang berjalan menuju lorong kelasku untuk menghampiri Nina dan Aika.
Namun tiba-tiba tubuhku tersentak ke depan, aku terjatuh meringkuk. Lutut, tangan dan punggungku sakit. Aku segera menoleh ke cepat ke arah orang yang menabrakku.
"HEH! KALO JALAN PAKE MATA DONG!"
Itu bukan aku yang berteriak. Melainkan lelaki yang berdiri di depanku berteriak kencang dengan wajah marah yang sangar. Aku meringis. Seharusnya aku yang marah. Dia yang menabrakku dari belakang, bukan aku yang jalan gak pake mata.
"Tapi kamu yang nabrak." Aku ingin membentak, tapi yang keluar dari mulutku hanya suara lirih, kerongkonganku tercekat, seolah ingin menahan tangis.
Orang-orang di sekitar hanya memperhatikan aku dengan lelaki di depanku yang masih memasang wajah marah. Tak ada yang membantu, padahal mereka melihat kejadiannya saat lelaki itu menabrakku. Sungguh, kejam.
"Ah! Buang-buang waktu gue aja lu, jelek!" Lelaki itu berlalu begitu saja dengan wajah angkuh nan sombong. Meninggalkanku masih tersungkur di lantai dengan luka baru di hati.
Yang jatuh badanku, tapi yang terasa menyakitkan hatiku. Tak mau terlalu lama menjadi pusat perhatian, aku langsung bangkit dan berlari menuju toilet. Tak peduli jika orang-orang di jalan melihatku sambil menangis. Entah kenapa, aku merasa sensitif hari ini.
***
Aku menarik napasku dalam-dalam. Air mataku kembali meleleh, semakin deras. Ku rasa, mataku akan membengkak dan merah. Tak mau mataku semakin parah, aku berusaha menenangkan diri sekuat mungkin. Berusaha tegar, tersenyum, dan berusaha untuk tidak menangis. Setelah merasa toilet tidak ada penghuni lain selain diriku, aku pun keluar dari bilik kamar mandi, mencuci muka sambil bercermin.
"Yah, seenggaknya muka jelekku ini kalau ada yang melihat gak akan ada yang peduli aku kenapa, bukan?" Aku tersenyum pelan.
Untuk hari ini, aku sedang tak ada mood untuk menemui Aika maupun Nina. Makanya, aku memutuskan untuk pergi ke taman sekolah yang ada di belakang gedung kelas 12. Di sana sepi, jadi aku memutuskan untuk menyendiri. Bukan untuk kembali menangis, tapi hanya untuk tiduran di atas rerumputan sambil memandangi langit biru dengan awan putih yang hari ini sangat indah.
Ah ya, tempat ini adalah tempat pertamaku melihat Nicky di sekolah ini. Awalnya, aku tak tahu kalau Kak Nicky ada di sekolah ini, sampai akhirnya aku melihat dia sedang bersandar di bawah pohon sambil menyanyikan suatu lagu yang entah kenapa membuatku merinding.
"I don't wanna be sad forever"
Suara itu...
"I don't wanna go one more day"
Dan suara petikan gitar yang membuat jantungku tiba-tiba berdegup.
"I just wanna wake up and realize"
Lelaki itu, sedang berjalan ke arahku..
"Everything's gonna be okay"(Lauv – Sad Forever)
Aku bangkit dan terduduk kaku di bawah pohon sambil mengamati Kak Nicky yang sedang berjalan mendekatiku. Apa aku delusi? Tidak mungkin dia tiba-tiba dateng, kan? Apa urusannya?
![](https://img.wattpad.com/cover/187282154-288-k505604.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is (not) Ugly -[ON HOLD]
Teen Fiction"Tidak semua pemeran utama itu memiliki wajah yang cantik, mulus, pinter, kaya, populer, dan gaul." - Rosa Ashalina *** Namaku, Ocha. Perempuan berumur 15 tahun yang membenci hidup karena terlahir jelek. Jelek bukanlah masalah, jika kamu bisa hidup...