Bagian 3(PERTEMUAN)

8 2 11
                                    

***Fiza Ananda***

Aku tersadar, ruangan yang sekarang aku tempati sangat asing. Menatap sekeliling ternyata aku di UKS, Aku terperanjat kaget ketika melihat, Cowok yang tadi jatuh bersamaku. Duduk tepat disebelah kiri ranjang yang kutiduri. Tatapannya sangat dingin dan datar. Aku ingin bertanya, tapi niatku kuurungkan ketika tatapannya semakin dingin kearahku.

Nakutin banget sih, batinku.

"Kenapa kamu pergi gitu aja?! Jadi kena bully kan!."

Ia berbicara dengan wajah datarnya. Aku tau dia merasa bersalah karena fans fanatiknya itu, tapi cara dan intonasinya ketika bicara nyeremin banget. Aku perlahan menatap kearahnya. Mengumpulkan keberanian untuk bicara.

"Maaf karena aku, kamu ikutan jatuh.... dan aku gak apa-apa kok! udah biasa dibully, pasti udah kebal! Makasih sudah bawa aku ke UKS"

hanya menebak saja bahwa dia yang membawaku ke UKS. Tersenyum penuh paksaan, Aku mencoba meyakinkan agar aku tampak baik-baik saja. Aku sadar bahwa yang kulakukan ini sangat munafik. Namun mau bagaimana lagi, aku dan dia tak saling kenal jadi tidak sepantasnya aku membebaninya dengan keluh kesahku kan?

Ketika aku menatap kearahnya lagi. Aku cemas, ia sepertinya tidak yakin dengan perkataanku. Hal itu terlihat jelas dari tatapan matanya ke diriku.

"Hm-mm, Terus kenapa kamu lari, terus nangis sampai pingsan dan mimisan?" Ia terdiam, menghela napas lalu melanjutkan perkataannya, "Jangan memaksakan dirimu untuk tersenyum dan berbohong, jika tidak bisa tersenyum dan berbohong sepenuhnya."

Ia beranjak pergi setelah menyelesaikan perkataannya dan melemparkan tisu kearahku. Secepat mungkin aku menangkap tisu itu. Kembali teringat perkataanya yang sangat menusuk hatiku. Rasa sedih dan sakit seketika membeludak didalam dadaku. Segerombolan air tak tahan ingin mengaliri pipiku kembali hingga membuat mataku memerah.

Aku juga tidak ingin tersnyum disaat sakit dan andai aku bisa jujur... aku pasti tidak mungkin berpura-pura bahagia, karena itu benar-benar membuatku sakit hati. Aku cape' berpura-pura, aku muak menjadi munafik, tapi aku tidak punya cukup keberanian untuk mengutarakan kesedihanku

---____--____---____

Aku kebingungan mencari kelasku. Sekolahan ini terlalu besar dan luas, sampai-sampai sudah hampir 1 jam banyak murid-murid baru yang belum menemukan kelas mereka seperti diriku. Kami diberitahu bahwa banyak anggota osis yang sedang sibuk berlatih mengikuti lomba pidato bahasa inggris(English speech) jadi hanya separuh dari anggota osis saja yang turut membantu murid-murid baru melalui masa mos.
    Awalnya aku mengira rumor yang mengatakan bahwa anggota osis disekolah ini ditest dan dipilih dari nilai akademiknya, ternyata memang bukan rumor melainkan fakta. Seketika keberanianku menjadi anggota osis menciut.

Saat asik berkeliling atau lebih tepatnya mencari kelasku, tanpa sadar aku menabrak orang lagi! benar-benar hari pertama penuh kesialan.  Aku mendongak memastikan siapa yang lagi-lagi kutabrak.

OH MY GOD! DIA?! Batinku yang seketika bergejolak.

Aku langsung menunduk, takut menatapnya. Aku berharap ia tak sadar dengan mata sembabku yang sehabis menangis ini.

Jangan sampai dia tau, batinku lagi.



JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA YA!!!

"this story is original from my imagination"

Harmony of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang