Bulan Juli, di bulan kelahiranku ada beberapa cerita konyol yang bakal Aku angkat di sini. Di dalam kalender Juli yang berada di pertengahan tahun, tapi di dunia pendidikan khususnya SD, SMP, SMA, bulan Juli adalah bulan awal tahun pelajaran.
Di tahun ajaran baru tentu saja penerimaan siswa baru. Gak kerasa seperti baru kemaren Aku daftar di sekolah ini, sekarang udah mau punya adik kelas.Pada saat pendaftaran Aku termasuk ke panitia PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) dan panitia MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah).
Di PPDB Aku jadi seksi perlengkapan, tapi di lapangan Aku jadi tukang parkir, mana waktu itu bulan puasa lagi. Waktu itu lemes banget rasanya, bukan karena panas terik matahari, tapi karena ada yang kehilangan helm di tempat parkiran yang Aku jaga. Untungnya yang kehilangan helm gak nuntut apa - apa, ya karena emang Aku gak mungutin uang parkir, jadi siapapun parkir gratis, kita cuma menyediakan tempatnya aja, bukan keamanannya.
Setelah PPDB di jadwalku menuju ke MPLS, tapi Kakak ketua OSIS waktu itu menyuruh kami mengadakan PraMPLS. Jadi kayak gladi bersih dulu sebelum MPLS itu dilaksanakan. Kita pun menuruti semua perkataan kakak kelas dan menyiapkan beberapa hal yang harus disiapkan seperti beberapa aturan dan jadwal acara.
Aku merasa aneh banget ketika Aku menanyakan beberapa hal kepada kakak kelas, karena mereka gak mau menjawab apa yang Aku tanyakan, kayak siapa yang bakal jadi peserta MPLS nya.
Minggu pagi jam 6 kami panitia sudah berada di sekolah dengan seragam OSIS lengkap siap melaksanakan PraMPLS. Jam menunjukan pukul 7 Aku liat beberapa kakak kelas datang. Ada yang menggunakan seragam SMK, ada yang menggunakan seragam SMP, ada yang jalan kaki, naik sepeda, naik motor, beragam pokoknya.
Dan inilah perasaan janggal Aku dari kemaren. Ok, ternyata mereka yang akting sebagai peserta MPLS. Temen - temenku pun semuanya terkejut melihat tingkah laku kakak kelas, karena mereka tidak bertingkah seperti biasanya bahkan tidak bertingkah seperti anak SMP, bisa dibilang penderita autis stadium 4.
Kenapa Aku bilang mereka penderita autis? Gini guys, senakal - nakalnya anak SMP normal masih bisa diajak bicara. Itu boro - boro diajak bicara, disamperin aja langsung lari kesana - kemari. Bisa sih disebut kayak anak TK, namun dengan ukuran tubuh mereka yang seperti itu bahkan ada yang memiliki brewok alami. Aku lebih menyebutnya mereka akting sebagai penderita autis.
Sepanjang acara temen - temenku banyak yang nyerah, hingga di pertengahan jadwal cuma Aku yang ngeladenin beberapa makhluk itu. Beberapa temenku sampai nangis karena bingung harus apa lagi buat ngadepin sikap - sikap kakak kelas yang sedang berakting itu.
Khusus Aku sendiri gak ambil pusing, Aku yakin mereka gak serius, dan juga gak mungkin hari H kita menerima siswa baru yang sifatnya kayak anak TK. Hingga akhirnya kakak kelas pun menghentikan aktingnya dan kemudian menyuruh kita semua berkumpul.
Ketika semua dikumpulkan pasti sudah tertebak ujung – ujungnya adalah evaluasi, hal paling sungkan dalam hidup Aku. Di dalam evaluasi yang selalu dibahas hanyalah kesalahan, dan semua orang pasti akan sangat teliti jika disuruh untuk mencari kesalahan orang lain.
"Kalian gini aja udah nangis, gak bisa ngurusin. Dulu kakak lebih berat dari kalian, kakak kelas yang diatasnya kakak lebih berat ngasih PraMPLS nya. Jadi kalian harusnya bersyukur". Itulah kalimat yang terucap oleh salah satu kakak kelas yang masih Aku ingat.
Karena kalimat itu Aku makin males buat ngikutin evaluasi, jadi waktu itu gantian Aku yang berlagak autis, clingak – clinguk, kadang ketawa sendiri, natapin orang satu – satu, tapi gak sampai berak di celana sih. Lagian kata – kata "dulu kakak lebih berat dari kalian" itu paling membosankan, ingin rasanya berteriak "BODO AMAT!". Tapi gak Aku lakuin karena Aku tau itu bakal menyulut perang antar angkatan.
Esok harinya MPLS pun dilaksanakan dengan lancar, gak ada satupun yang sikapnya seperti peserta praMPLS. Aku juga gak lupa buat ngasih sedikit tips ke temen – temen Aku buat menjaga sikap sebagai kakak kelas agar tidak terlalu lembut ataupun terlalu keras dengan adik kelas. Karena kalau terlalu lembut atau terlalu asik bisa jadi direndahkan oleh mereka, kalau terlalu keras mereka tidak akan mendengarkan kita.
Oh ya, disaat kegiatan PPDB, PraMPLS, dan MPLS Halimah gak jadi panitia karena dia masih di kampung halamannya, dia belum pulang ke Pekalongan. Jadi partner Aku buat mikir keras di organisasi Cuma Bowok, Yusuf, dan Putri. Mereka bertiga bener – bener berperan besar di 3 acara tersebut. Bukannya Aku ngeremehin temenku yang lain, tapi mereka lah yang ngebuat Aku semangat buat ngebahas organisasi sampai ke akarnya. Biasanya Halimah ikut serta dalam pembahasan, tapi waktu itu posisinya sedang digantikan oleh Putri.
Di akhir Juli, entah tanggal berapa saat itu. Aku gak ingat karena itu adalah mulainya hari buruk. Halimah sudah kembali dari kampung halamannya, tapi sikapnya sepertinya tertinggal di sana. Dia mulai jarang bales chatku lagi, biasanya kita chatingan minimal sampai jam 9 malam, itupun ada kata pamit kalau mau tidur terlebih dahulu. Tapi saat itu jam 7 malam Halimah sudah mulai hilang dari percakapan chat.
Ditambah lagi dia sering berpergian entah ke mana, Aku liat di status facebooknya, profil BBM nya di tempat – tempat wisata. Ketika Aku tanya jawabannya antara "Itu foto lama" dan "Tadi bareng temen – temen".
Alasan yang masuk akal, tapi entah kenapa hati Aku berkata tidak. Serasa ada suatu hal yang tidak beres. Aku juga udah mulai dilarang pegang Hpnya lagi, padahal beberapa bulan yang lalu ketika belum adanya hubungan aja tuh HP kasihin ke Aku.
Aku beranikan diri buat lancang cek Hpnya tanpa sepengethuan Halimah. Saat itu masih dilaksanakannya kuliah pagi di hari minggu. Semua siswa berkumpul di aula mengikuti kegiatan termasuk anak – anak OSIS, jadi ruang organisasi yang biasa tempat menitipkan anak – anak OSIS kosong gak ada orang.
Karena di setiap kuliah pagi Aku selalu bertanggung jawab bagian sound system jadi Aku bisa pergi ke ruangan itu dengan alasan mau ambil stand microfon dan kabel. Saat itulah Aku mulai beraksi, pada saat itu Aku bingung entah baik atau engga perbuatan Aku itu. Tapi perasaan yang menggebu terus mendorong niatku itu.
Aku langsung buka tas Halimah bagian depan dan langsung menemukan HPnya. Yang Aku tau Halimah gak pernah memasang sandi di HP nya, tapi saat itu dia memasang pola sandi dengan 9 titik. Hati Aku berkata "Kalau memang ada yang salah dengan semua ini Aku pasti bisa menebak sandi ini, tapi kalau sandi yang Aku masukan salah berarti itu hanya pikiran buruk Aku yang harus dirubah."
Pola yang Aku masukan berbentuk huruf L, yaps Aku menebak itu karena L adalah inisial dari Luqman. Dan..... Pola kunci itu terbuka. Badanku mulai lemes meskipun belum menemukan bukti autentik. Jaman itu mulai bersaingnya aplikasi BBM, Facebook Messanger, dan WA. Aku cek dari BBM tidak ada percakapan sama sekali, Facebook Messanger ada chat dengan Luqman tapi tertanggal sudah sangat lama. Dan yang terakhir Aku cek WA ternyata ada satu pesan dengan satu kontak bernama "Mamas".
Aku liat isi chatnya hanya berisi "Mas" dan dijawab oleh Mamas "Iya dek". Keterangan waktu sangat berbeda jauh. Setelah itu Aku cek profilnya dan emang tepat seperti dugaanku, dia Luqman.
Aku gak masalah kalau emang Halimah menjalin komunikasi lagi dengan Luqman, meskipun dulu Halimah pernah berucap "Aku gak bakal mau chat an lagi sama si Luqman", tapi nyatanya tidak seperti itu.
Aku kembaliin ke menu utama, Aku bersihkan history aplikasi, dan mengembalikan HP itu seperti semula. Aku ambil stand mic dan kabel yang ada di ruang organisasi dan kembali ke aula. Aku merasa bersalah udah ngebuka privasi orang lain, tapi Aku juga merasa sakit hati terasa dihianati.
Aku ambil nafas panjang dan menekankan lagi berfikir positif Aku. "Mereka hanya sekedar mengirim pesan, itu bukan masalah besar" entah kenapa usaha Aku untuk berfikir positif sangatlah berat saat itu.
Di depan Halimah Aku memasang sifat yang normal, tapi balasan dari halimah sangat – sangatlah cuek. Saking seringnya dia cuekin Aku, Aku sempet keceplosan "Oh sekarang gini yah? Apa udah balikan sama mantan jadi gini?". Halimah kaget mendengar itu dan langsung menjauh dari Aku dengan membawa amarahya.
Di awal bulan Agustus ada rapat untuk menyiapkan acara Peringatan hari kemerdekaan. Disaat selesai pembahasan Halimah izin di depan Rozi (saat itu ketua koordinator), Aku dan Bowok.
Halimah : " Maaf ya tanggal 16 sama 17 Agustus Aku ada acara keluarga, jadi Aku gak bisa jadi panitia. Aku mohon ijin ya."
Rozi : "Acaranya penting gak? Soalnya kita bener – bener butuh kamu. Kan kamu juga yang dongkrak semangat yang lain."
Halimah: "Gimana ya? Soalnya Aku udah janji"
Rozi : "Ya kalok itu pun Aku udah janji sama temen – temenku di kampung, tapi karena ada acara ini Aku terpaksa batalin janji"
Bowok : "Gini aja lah, 16 sama 17 kan hari pelaksanaan, kamu Lim tetep masuk panitia bantu persiapan acara. Ntar hari H nya kamu ijin gak papa. Aku juga gitu soalnya, karena Aku ikut PASKIBRA Kota jadi di panitia ini Aku cuman bantu – bantu aja."
Rozi : "Boleh juga ide mu wok, Aku pingin banget tuh. Tapi posisi ku ketua koordinator, gak bisa ijin"
Aku di situ gak berkutik sama sekali, padahal dia sendiri yang bilang lebih nyaman di organisasi ini daripada bersama keluarganya. Lagi – lagi cara berfikir Positif Aku diuji.
Selesai pembahasan masalah Halimah kami semua mulai pulang ke rumah masing – masing. Saat itu Aku jalan bareng Rozi ke parkiran.
Aku: "Emang lu punya acara apa tanggal 16 sama 17 nanti?"
Rozi: "Biasanya di hari kemerdekaan ada acara muncak bareng temen – temen Aku di rumah"
Aku: "Emang udah setiap tahun ya?"
Rozi: "2 tahun yang lalu Aku ikut, tapi tahun lalu Aku gak ikut karena ada acara yang bertabrakan juga, makannya ini Aku kecewa banget gak bisa ikut."
Aku: "Sorry ya."
Rozi: "Bukan salah mu laah."
Aku: "Ya siapa tau Aku tanya gini ngebuat lu jadi makin sakit ati, ekekekek."
Rozi: "Sebenernya yang ngebuat Aku sakit hati itu Halimah, enak banget bisa ijin. Sedangkan Aku gak bisa."
Aku: "Yaudah semoga kamu bisa ngerasain setiap titik terindah di Indonesia"
Rozi: "Aamiin"
Sesampainya di rumah, Aku WA Halimah,
Aku: "Hay, tadi izin acara keluarga acara apa ya?"
Aku: "Ya apapun acaranya Aku selalu berharap bisa kerja bareng sama kamu. Karena sekarang kamu semangatku."
Pesanku sudah terbaca dengan tanda dua centang biru, tapi berjam – jam membalasnya. Aku pun sambil lihat status – status medsos. Disaat Aku liat status milik Rozi, Aku terkaget. Dengan caption "Tahun ini tidak bisa naik lagi" Aku perbesar foto itu agar lebih jelas. Aku liat di foto itu ada Rozi dan Luqman di atas gunung berasama teman – teman yang lain. Aku pun tanya ke Rozi
Aku: "Zi, itu foto 2 tahun yang lalu?"
Rozi: "Iya, kenapa?"
Aku: "Oooh engga, Aku kaya kenal orang yang disebelahmu."
Rozi: "Itu Luqman, temenku. Kalok gak salah sih dia pacarnya Halimah."
Aku: "Pantesan aja, Aku liat gak asing wajahnya. Emang masih pacaran sampe sekarang?"
Rozi: "Gak tau, setauku bulan lalu abis lebaran Luqman ngajak Aku jalan – jalan, tapi Aku gak ikut, soalnya dia ngajak pacarnya Halimah. Aku gak mau jadi obat nyamuk cuy."
Aku: "Hehehehehe betul itu, betul"
Persendianku seperti lepas dengan mudahnya mendengar keterangan dari Rozi. Kebenaran mulai terbuka satu persatu.
2 Hari kemudian Aku sedang ngerjain tugas dengan kelas sebelah, yaps kelasnya Halimah. Tapi Halimah tidak ada saat itu, hanya teman – temannya yang lain. Aku gak sengaja denger obrolan mereka dari jauh sebut saja mereka Lili dan Melati.
Lili : "Eh kamu tau gak? Masa Aku diajak sama Halimah naik gunung."
Melati : "Yaudah ikut aja apa masalahnya?"
Lili : "Lah dia kan naik bareng si Luqman pacarnya. Terus dia ngajak Aku dan nyuruh Aku buat ngajak pacarku juga. Kamu tau sendri kan Aku baru putus."
Beruntung banget Aku punya kuping dengan pendengaran yang normal. Ada keuntungan buat Aku, ada juga kesedihan buat Aku. Selesai mengerjakan tugas Aku langsung bergegas ke ruang organisasi. Di sana temen – temen udah nunggu buat mulai rapat.
Disaat rapat berlangsung Rozi izin untuk meninggalkan rapat sebentar untuk menemui salah satu kakak kelas untuk memberikan laporan, dia pun meminta Aku buat menemaninya. Di perjalanan Rozi langsung memulai pembicaraan.
Rozi : "Kamu tau Je? Kemarin kan Aku ketemu Luqman, dia ngajakin buat acara muncak itu. Dan kamu tau apa yang buat Aku kaget?"
Aku : "Apa ?"
Rozi : "Kan Aku bilang gak bisa karena Aku jadi panitia 17an di sekolah, terus jawaban Luqman gini "Halimah aja bisa ikut padahal kan sama – sama jadi panitia dia bisa ijin di hari H masa kamu engga bisa?" gitu.."
Aku : "Apa yang kamu lakuin sekarang? Posisimu jadi ketua koordinator di sini, anggota mu ada yang kek gitu."
Rozi : "Nah ini,, Aku mau minta saran dari kakak kelas."
Aku : "Menurutku sih jangan, ini malah memperburuk citra angkatan kita. Ntar malah kena maki kita."
Rozi : "Ada cara lagi sih yang pengen Aku lakuin, pake sindiran."
Aku : "Kita coba itu."
Kita pun terus mengangkat pembicaraan tentang pentingnya kerja sama dan skala prioritas dalam organisasi di setiap rapat. Aku yakin Halimah akan merasakan bahwa materi itu emang ditujukan olehnya, karena Aku tau kalau dia susah untuk bersikap bodo amat.
H-3 sebelum hari kemerdekaan, Halimah chat Aku setelah sekian lama gak ngehubungi Aku lewat pesan.
Halimah : "Hay, nanti Aku gak jadi ikut acara keluarga, jadi nanti Aku bisa ikut kepanitiaan sampai akhir."
Aku pun menjawabnya dengan senang. Pesan – pesan selanjutnya begitu menyenangkan seperti sedia kalanya. Bahasa yang sangat halus, gak cuek, dan tentunya sedikit manja, itulah yang membuat berfikir positifku kuat kembali.
Sampainya ditanggal 16 Agustus acara lomba – lomba yang kita para panitia rencanakan diadakan. Aku lumayan sibuk di situ, karena Aku di bagian property dan penyiapan sound system. Hingga ada temenku yang meminta tolong untuk mengambilkan batrai cadangan kamera di ruang organisasi, Aku pun langsung menuju ke ruangan itu.
Ternyata ada halimah di sana, Aku liat dia hanya duduk menunduk, Aku pun menyempatkan diri untuk bertanya.
Aku : "Ada masalah apa?"
Halimah : "Engga, Aku cuma kepikiran acara keluarga aja, karena Aku yang batalin janji jadi Aku ngerasa gak enak."
Aku : "Yaudah, Aku minta tolong kamu fokus dulu di sini. Kan kamu sendiri yang milih buat ikut gabung sama kita."
Halimah : "Oke deh."
Halimah berdiri dan Aku pegang kedua tangannya,,
Aku : "Kamu gak terpaksa kan ?"
Halimah : "Engga."
Jawaban Halimah yang begitu singkat sembari membuang mukanya. Aku sebenarnya tau kebohongan itu, tapi Aku cuma memendam semua itu agar semuanya masih berjalan lancar.
Aku langsung pergi ninggalin dia karena Aku gak mau terlalu larut dengan masalah kebohongan itu. Meskipun terasa sesak di dada tapi Aku terus memasang topeng badut yang selalu ceria.
Setelah acara 17an selsai, sikap Halimah ke Aku kembali ke mode cuek. Ya Aku tau dia pasti merasa sangat bersalah sama mantannya itu, atau bisa Aku bilang pacarnya. Karena kalok emang dia kembali lagi ke mantannya Aku di sini hanya sebagai pelarian, pelampiasan, ataupun bisa disebut selingkuhan.
Aku makin gak kuat lagi ketika teman – temanku mulai mempertanyakan stasusku dengan Halimah. Padahal dari awal Aku udah bilang Aku cuma sahabat karena emang itu maunya Halimah. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan semuanya ke Halimah melalui pesan chat.
Aku : "Hay masih sibuk gak nih ?"
Seperti biasanya sangat lama sekali Halimah membalas chatku, 4 jam baru dibalas chatku. Aku sih masih berfikir positif, siapa tau dia lagi berak selama 4 jam.
Halimah : "Hay juga, sory baru sempet bales. Maaf nih Aku udah ngantuk. Mau tidur dulu."
Aku : "Oh mau tidur yaa ? maaf ganggu, Aku cuma mau menanyakan hal penting aja ke kamu."
Halimah : "Oke jangan lama – lama ya."
Aku : "Aku masih dibutuhkan gak sih ?"
Halimah : "Maksud mu apa sih ?"
Aku : "Ya Aku bingung aja, kamu udah beberapa hari ini cuek banget sama Aku."
Halimah : "Kemaren kan engga."
Aku : "Ooh berarti emang disengaja ya ? dan ini emang waktunya cuek lagi ? sampai kapan ?"
Halimah : "Aku gak faham maksud mu je."
Aku : "Yaudah deh, Aku langsung aja. Kalok kamu balikan lagi sama mantan gak masalah kok, meskipun Aku udah bener – bener sayang sama kamu."
Halimah : "Engga Je, iya Aku ngaku kemaren – kemaren emang sempet Aku chating an sama Luqman, tapi itu yang ngebuat Aku terganggu. Makanya tanggal 17 kemaren Aku lebih milih jadi panitia."
Aku : "Emang kamu udah terus terang ngomong jujur ke dia ?"
Halimah : "Percuma Je, dia gak bakal ngerti."
Kebingungan Aku makin menjadi - jadi. Karena omongan Halimah, Aku jadi bingung harus bales apa, hingga tak lama tiba - tiba di messenger Aku dimasukin kedalam sebuah grup chat yang waktu itu Aku lupa namanya apa.
Ternyata di dalam grup itu berisi Aku, Halimah, dan Luqman. Aku bingung kenapa Halimah melakukan ini. Hingga pesan pertama pun muncul
Halimah : "Aku disini udah bingung, silahkan siapa yang mau tetep sama Aku siapa yang mau mengalah ?"
Luqman : "Aku tetep gas, Aku gak mau ngalah !"
Di situ bahasa luqman seperti menantang buat Aku. Karena Halimah ngomong ke Aku bahwa dia terganggu dengan siLuqman jadi Aku pun melawannya.
Aku : "Aku pun gak mau ngalah, di sini posisi kalian udah gak ada apa - apa juga?"
Luqman : "Eh kamu gak tau perjuanganku buat dapetin Halimah hah ?"
Aku : "Oke, kalok Aku sih mending Aku balikin semua ini ke Halimah. Biar dia pilih sendiri mau sama siapa !"
Halimah : "Aku bingung Je, Aku juga gak enak sama mamas."
Luqman : "Yaudah dek, inget dulu - dulu mas udah usaha loh dek."
Usaha apa emang? Pertanyaan itu tiba – tiba masuk aja ke otak Aku, karena sebelum Aku punya rasa ke Halimah Aku juga sering memotivasi dia buat usaha sendiri. Pernah buka konter pulsa dan paket data di rumahnya, Aku dukung sepenuhnya sampai Aku bela - belain buat spanduk iklan buat dia, kalau ada uang lebih pun kadang Aku beli pulsa ke dia buat tambahan pemasukan, padahal Aku dulu gak pernah butuh pulsa.
Sampai dia ijin ke Aku untuk nutup usaha jual pulsa dengan alasan banyak yang ngutang dan susah untuk setoran. Dia waktu itu bingung mau usaha apa lagi untuk dia bisa pegang uang sendiri karena kata Halimah dia gak pernah dapet uang saku dari orang tuanya. Ya hampir sama kaya Aku, cuma dulu Aku dijatah sama orang tua Aku 50 ribu buat satu bulan, jadi Aku masih beruntung daripada Halimah.
Aku pun memberikan pilihan untuk berjualan online, entah itu makeup, fasion, ataupun yang lain. Dan dia pun memulai usaha online shopnya.
Eeee sory,,,sory.. Kita kembali ke permasalahan di grup.
Aku : "Aku gak pernah maksa kamu lim, tapi kalok emang di butuhkan Aku gak bakal nyerah."
Luqman : "Maksud mu apaan sih Je ? Aku udah lama sama Halimah! Kamu ngapain ikut campur sih ?"
Halimah : "Oke,,okee... Jee kamu tu orang nya baik, baik banget sama Aku. Mamas juga baik banget sama Aku, tapi maap mas, adek milih Aje."
Setelah pesan itu muncul Aku liat grup itu mulai dibubarkan sama Halimah. Aku pun kembali chat Halimah.
Aku : "Are you okay ?"
Halimah : "Sedikit."
Aku : "Sorry ya kalok sikap Aku keras kepala."
Halimah : "Engga,, gak papa kok. Makasih ya Je udah mau perjuangin Aku."
Aku : "Iya sama – sama. Aku berharap kamu bisa jujur sama Aku, biar gak ada yang disembunyikan."
Setelah itu pesanku tak terbalas lagi, mungkin Halimah sudah tertidur karena awalnya dia emang mau tidur, tapi karena ada masalah ini jadi tertunda tidur dia. Setelah kejadian itu Aku merasa makin nyaman dan makin enjoy dengan Halimah, karena dia udah gak cuek lagi ke Aku.
Beberapa hari setelah cek - cok di chat antara Halimah, Aku, dan, Luqman, tidak ada perubahan yang positif dari hubungan Aku dengan Halimah. Dia masih aja terus cuek sama Aku, kalau pun ketemu juga makin cuek banget sama Aku, hampir setiap ketemu langsung buang muka bahkan menghindar dari Aku.
Bulan September, saat itu kegiatan seleksi untuk kandidat ketua OSIS. Hal yang Aku tunggu – tunggu sejak awal Aku masuk ke sekolah ini. Harapan Aku besar banget buat jadi ketua OSIS. Tahun lalu meskipun masih kelas 10, Aku udah masuk ke seleksi kandidat ketua OSIS sampai ke tahap terakhir yaitu wawancara dengan guru kesiswaan dan pembina OSIS, jadi Aku udah mendapatkan jalan yang mulus buat jadi ketua OSIS.
Disaat seleksi pertama berlangsung semua pengurus OSIS megikutinya. Kita diberikan selembar kertas berisi pertanyaan yang harus dijawab, Aku menjawabnya dengan serius kala itu. Setelah semua selesai kami keluar dari ruangan dan Halimah mendatangiku.
Halimah : "Ngerjainnya serius amat ?"
Aku : "Emangnya kenapa ?"
Halimah : "Mau kaleek diseriusin" ( sedikit menggombal )
Itulah Halimah, sering dengan kecuekannya dan tiba – tiba datang dengan godaannya.
Aku : "Yaelah kamu mah ntar aja, kali ini Aku mau serius ke pemilihan ketua OSIS dulu. Kita bersaing kali ini."
Halimah : "Ih kita??? Lo aja kaleek. Aku mah ogah jadi ketua OSIS."
Aku : "Yaudah biar Aku aja yang jadi ketua OSIS, lumayan udah ngurang saingan Aku."
Halimah memasang wajah yang sedikit terkejut, entah dia tersinggung dengan kalimat yang mana. Seperti biasa setelah memasang wajah itu dia pun pergi ninggalin Aku.
Seleksi demi seleksi terlewati hingga tersisa 4 orang. Aku, Bowok, Rozi, dan Veny. Besok kita akan menghadapi wawancara oleh Kesiswaan dan pembina OSIS, tiba - tiba Halimah ngomong sama Aku "Aku gak suka kalok kamu jadi ketua OSIS, Aku gak mau waktu mu cuma abis buat organisasi. Kalok kamu jadi ketua OSIS Aku gak bisa lagi sama kamu, Aku nantinya bakal jadi beban buat kamu". Lagi - lagi dia langsung pergi aja dari hadapanku, entah sebenarnya apa mau dia Aku gak faham, dateng ngomong ini itu terus pergi.
Semenjak itu Aku terus kepikiran omongan Halimah. Aku tetep niat bakal berjuang jadi ketua OSIS atau enggak itu bikin bingung banget. Sampai hari esok Aku tetep kepikiran terus, wawancara pun Aku gak 100% buat niat jadi ketua OSIS, tapi hasil akhir menunjukan Aku, Prabowo, dan Veny jadi kandidat pemilihan nanti.
Di hari pemilihan pun tiba. Waktu itu seharusnya seluruh kandidat ber orasi menyampaikan misi visinya. Tapi Aku gak, karena waktu itu Aku ada kegiatan kepemimpinan di luar kota. Aku cuma tau hasilnya aja ketika sore itu pulang ke sekolah.
Bowo terpilih menjadi ketua OSIS, Aku di peringkat ke-2 menjadi wakil dari Bowok, di peringkat 3 Veny menjadi sekertaris. Yaps, doa Aku dalam sehari mengalahkan keinginan sejak dulu kecil.
Hasil ini gak ngebuat Halimah seperti dulu lagi. Dia malah makin menjauh, hingga di bulan November Aku ajak Luqman ketemuan langsung. Aku hubungi Luqman dari massanger yang pernah kita berdebat, jadi Aku mau nyelesaiin masalah ini biar jelas semuanya.
Aku sengaja beli 2 botol minuman ringan di supermarket, satu buat Aku dan satu buat si Luqman. Meskipun emosi menyelimuti tapi Aku berusaha menahan diri. Aku juga udah persiapkan mental, siapa tau dia bawa temen banyak buat ngeroyok Aku.
Malam itu sekitar pukul 7, Aku duduk bersebelahan dengan Luqman yang ternyata juga sendiri, Aku sodorkan minuman ringan yg Aku beli. Meskipun Luqman menolak tapi Aku paksa, karena emang Aku sengaja beli buat dia, biar suasana terkontrol aja.
Aku : "Tenang aja, masih segel, gak Aku racunin."
Luqman : "Oke lah, makasih."
Aku : "Sory bro, jadi ngerepotin. Aku cuma mau nyelesaiin masalah aja. Sebenernya kamu masih pacaran sama Halimah gak si?"
Luqman : "Okey, Aku juga sebenernya mau ngasih tau semua ke kamu. Sebenernya Aku masih sama Halimah sejak dulu, dan kita belum pernah putus."
Aku : "Trus kejadian dulu waktu kita bertiga berantem di messenger?"
Luqman : "Habis kejadian itu Halimah langsung ngomong ke Aku kalok sebenernya dia lebih milih Aku daripada kamu. Dia minta udah gak mau berurusan lagi sama kamu Je."
Aku : "Lucu banget sumpah, dia juga bilang udah gak mau kenal lagi sama mantannya, gak mau lagi berurusan sama kamu."
Luqman : "Aku faham, sifat dia emang gitu. Aku udah dari dulu perjuangin dia, bantu kehidupan dia. Kamu tau sendiri kan gimana kisah keluarganya itu."
Aku : "Yaa, Aku tau. Kalaupun dulu Halimah jujur kalok masih sayang sama kamu, Aku lepasin men sebelum terlambat. Setidaknya Aku udah tau semuanya."
Tiba-tiba HP Luqman berdering. "Ya,, yaa, aman kok, tenang aja gak usah ke sini.." itulah yang Aku denger dari omongan Luqman ke HP nya. Ternyata dia udah nyiapin temen-temennya buat antisipasi Aku.
Aku berterima kasih ke Luqman waktu itu, dan saat itu juga Aku gak mau lagi buat berurusan sama mereka berdua. Aku gak mau jadi PHO (Perusak Hubungan Orang). Tapi karena itu juga Aku jadi menyimpan kebencian tersendiri dengan Halimah, dan tentunya trauma akan namanya asmara.
Berhari – hari terlewati, Aku selalu denger obrolan sana sini tentang Halimah. Setiap tokoh itu dibicarakan pasti ada Aku yang ikut terangkat di obrolan itu. Pernah suatu ketika Aku denger temen halimah yang lagi bergunjing ria, sebut saja Nana dan Nini.
Nana : "Ih malem minggu ntar Aku tuh diajak cowok Aku ke tempat ****, tapi di sana tuh enaknya rame - rame. Kamu mau gak ikut?"
Nini : "Ih Aku cuman jadi obat nyamuk doang ntar, males ah."
Nana : "Trus Aku ngajak siapa dong?"
Nini : "Halimah tuh biar dia ngajak Luqman."
Nana : "Bukannya Halimah sama Aje yah?"
Nini : "Engga, Halimah tuh gak pernah putus sama Luqman, tapi katanya sih juga deket sama Aje."
Nana : "Wah berarti Aje selingkuhannya dong?"
Jelas sangat emosi Aku denger omongan itu. Aku berusaha membiasakan diri buat pura - pura gak tau aja. Sampai ada yang menyinggung langsung di depanku. Namanya Nia, ceplas - ceplosnya kental banget dengan tingkahnya yang petakilan.
Nia : "Eh Je, kok bisa sih kamu ngrebut Halimah dari Luqman? Padahal muka kamu kan biasa aja."
Aku : "Aku kasih tau nih, jangan tatap Aku kelamaan, Walaupun rupaku kayak Hanoman tapi auraku seperti Arjuna. Aku kedipin klepek - klepek lu."
Aku balas omongan Nia sambil tertawa, Aku udah males aja buat bahas apalagi berdebat sesuatu yang udah bikin Aku sakit hati. Lama kelamaan Aku jadi terbiasa dengan omongan itu.
Di bulan maret ada lomba untuk kegiatan pramuka antar Ambalan, yang mengikuti lomba itu adik kelasku dan beberapa temenku. Malam kegiatan itu Aku berkunjung ke sana sekedar menyapa temen - temen sekolahku dan beberapa temenku yang ada di sekolah lain dan di kepanitiaan.
Maklum, Aku lumayan aktif di Pramuka jadi banyak yang kenal di sana, dulu juga berkali - kali Aku ditawari jabatan di kepengurusan Ranting tapi Aku tolak karena emang Aku gak minat aja. Asik banget kumpul main gitar dan menyanyi ramai - ramai.
Tumben - tumbennya malam itu HPku ada yang menelpon, karena kejombloanku saat itu HP selalu nganggur, palingan dapet sms dari oprator atau grup WA organisasi sama keluarga. Ketika Aku cek ternyata Halimah yang nelponku dengan nada tangis.
Halimah : "Je, Aku mau minta maaf."
Aku : "Minta maaf kenapa? Emangnya kamu kenapa?"
Halimah : "Aku mau minta maaf Jee, Aku udah ngelakuin salah ke kamu."
Aku : "Okey, coba tenang dulu, kalau ada yg mau diceritain ya ceritain pelan pelan"
Halimah pun mencoba menenangkan diri, Aku masih denger tangisannya yang berusaha dia tahan.
Halimah : "Jee, Luqman udah punya cewe lain Jee. Aku tau ini karma buat Aku karena udah ngelakuin ini semua ke kamu."
Aku : "Emangnya kamu tau Luqman punya cewe lain dari mana?"
Halimah : "Sikapnya tuh beda Je, dia cuek banget sama Aku, kayak waktu Aku cuekin kamu dulu. Aku minta maaf Jee.."
Aku : "Udah coba berfikir positif aja siapa tau Luqman cuman jenuh, jadi agak cuek bentar."
Halimah : "Engga Je, sifatnya bener - bener beda sama yg Aku kenal. Ini emang balasan buat Aku udah nyakitin kamu."
Aku : " Udah lah, lagian dari dulu Aku udah bilang Aku selalu maafin kamu kok."
Halimah : "Gak bisa Je, Aku udah bener - bener bikin kamu sakit hati."
Di dalam hati Aku sedikit emosi. Ini orang niatnya minta maaf, pas udah dimaafin malah gak mau, entah cuman satu cewe ini yang ngeselin apa ada beberapa lagi di belahan dunia. Semoga aja gak semua cewe gitu, ribet.
Lumayan lama Aku denger curhatan - curhatan halimah yang intinya dia cerita kalok si Luqman udah gak mau lagi sama Halimah. Tapi Aku terus nyuruh buat dia berfikir positif, "siapa tau Luqman lagi jenuh", "siapa tau kamu lagi PMS", "siapa tau luqman yang PMS". Tapi Halimah tetep kukuh dengan otaknya yang negatif kalok si Luqman udah punya cewe lain.
Ternyata udah sampe larut malam, Aku gak enak kalok masih di area camping dan akhirnya Aku pulang ke rumah. Di saat pulang ke rumah itulah alasan Aku buat matiin telepon dari Halimah. Akhirnya terbebas dari ocehannya juga.
Setelah sampai di rumah, Aku WA si Luqman, Aku ceritain semuanya ke dia. Si Luqman hanya menjawab "Yaudah brow, gak usah diurusin lagi, biar Aku selesaiin masalahku". Okey, Aku pun nurut aja karena emang ini masalah mereka dan Aku gak berhak buat ikut campur.
Setiap kali Halimah kirim pesan WA, Aku selalu jawab dengan padat singkat dan jelas "Oh, iya, hmm, yaudah". Dan setiap dia telpon, Aku gak pernah angkat lagi, karena Aku yakin dia palingan curhat lagi masalah si Luqman.
Seminggu kemudian si Luqman WA Aku,
Luqman : "Je,,, "
Aku : "Gimana bos?"
Luqman : "Kamu masih berhubungan kan sama Halimah?"
Aku : "Kan Aku udah bilang ke kamu semuanya, kamu suruh Aku gak ngurusin ya Aku lakuin."
Luqman : "Halaaah, bilang aja kamu masih suka kan sama Halimah?!"
Aku : "Sorry bos, Aku udah gak mau lagi ngerusak hubungan orang."
Luqman : "Gak usah bohong kau!"
Aku : "Lah,, kau tanya ya Aku jawab jujur lah, lagian kau udah ngomong semuanya."
Luqman : "Kau gak tau perjuanganku buat Halimah, gak usah ikut campur !. Coba Aku liat isi WA mu sama Halimah?"
Aku pun screenshot semua pesan WA itu dan Aku kirim ke Luqman, setelah itu Luqman gak pernah lagi WAku. Aku gak pernah tau masalah mereka apa? Kenapa sampe brantem berminggu - minggu? Dan sebenernya Aku gak mau tau urusan mereka, kenapa Aku diseret - seret jadi penyebabnya?...
Setelah kejadian itu berbulan - bulan Aku gak lagi tertarik dengan yang namanya pacaran, kalok sama cewe yaa jelas masih tertarik, Aku masih normal lah, tapi hanya sekedar mengagumi. Padahal banyak banget cewe yang deket sama Aku, sampe udah dibilang playboy, tapi tetep Aku masih trauma sama yang namanya cinta.
Hingga di suatu hari Aku lagi duduk di depan kelas, sepi banget suasana saat itu, Halimah nyamperin Aku. Dia minta maaf ke Aku sambil tersenyum, Aku seneng liatnya. Udah lama banget Aku gak liat senyuman Halimah, terakhir Aku liat senyuman dia di kepalaku pas dia ngucapin selamat ulang tahun lewat video.
Setelah dia minta maaf, Aku maafin, terus dia ngobrol ngledek Aku yang deket sama banyak cewe.
Halimah : "Kamu dendam sama Aku ya?, habis putus sama Aku kok kamu langsung jadi playboy gitu, buat pelampiasan??"
Aku : "Yaa bisa jadii,, tapi sebenernya kebalik sih, Aku gak deketin mereka tapi mereka yg deketin Aku, mungkin emang Aku tampan kali ya."
Halimah : "Ehehehehe, gak Je,, kamu gak usah GR (Gede Rasa) deh. Kamu tuh gak jelek, gak tampan, tapi kamu tuh pinter banget buat cewe nyaman. Itu yang ngebuat banyak cewe deket sama kamu, cewe tuh gak nyari yang ganteng, mereka cari yang bisa bikin nyaman."
Aku : "Puas banget keknya pas bagian ngatain jelek gitu."
Halimah : "Hahaha yaelah, panjang lebar Aku ngomong yang didenger jeleknya doang. Dahlah yang penting kamu masih bisa cari penggantiku yang jelas lebih baik dari Aku."
Aku : "Yaa emang bisa sih, tapi nanti aja lah gampang."
Halimah : "Lah nanti kapan? Yang deketin kamu udah banyak, tinggal pilih aja. Atau jangan - jangan mau pilih semua? Mau punya pacar 10 ?"
Aku : "Ya gak gitu juga Limaah, Aku masih yaaa sedikit trauma aja soal pacaran."
Mendengar itu wajah Halimah terlihat terkejut.
Halimah : "Jahat banget ya Aku sampe nyakitin kamu sampe trauma gitu."
Aku : "Yaah, lagian Aku cuman gak mau lagi ngerusak hubungan orang. Siapa tau Aku pacarin cewe itu ternyata ada cowo yang juga suka sama dia. Mending gak usah pacaran lah."
Halimah : "Cewe itu kalok udah suka sama kamu ya udah dia gak mau sama yang lain, dia juga pasti nungguin ungkapan hatimu buat dia. Cuman hatimu yang masih tertutup, jadi buka aja hatimu. Gak semua cewe seb*jing*n Aku."
Aku : "Yaa thanks udah kasih tau."
Selesai omongan itu dia pamit pergi ninggalin Aku. Yang Aku tangkep dari omongan itu Aku masih nutup hati cuman gara - gara kecewa.
Okey,, meskipun rasa sakit itu gak pernah ilang tapi Aku bakal coba membuka hatiku, dan tetep berfikir Positif.
Awal kelas 3 SMK , masa jabatan organisasi sudah hampir di ujung akhir. Aku merasa senang banyak kegiatan - kegiatan lama yang terlaksana dan ada kegiatan baru juga yang selama ini kita rancang. Meskipun banyak banget positif dan negatif nya yang diterima tapi itu semua pengalaman yang epic buat Aku sendiri.
Kegiatan akhir baut Aku dan kegiatan awal bagi siswa baru yang dulu Aku juga pernah ngerasain, KPM (Kemah Pelatihan Mandiri). Di kegiatan ini Aku gak serius - serius amat, lebih menikmati aja. Karena biasanya kegiatan organisasi Aku terlalu memaksakan diri buat bekerja keras, tapi kali ini Aku ingin liat adik kelasku yang menunjukan semangat organisasi nya.
Seperti wajarnya seorang pria jomblo, Aku dan teman - temanku kadang melirik beberapa adik kelas. Saat itu ada 2 cewe primadona di tingkat 1, namanya Siti dan Ema.
Siti siswi yang ideal banget, wajah cantik dan hidung mancung, gak salah kalau dia buat rebutan banyak cowo. Tapi dia juga adik kandung dari temenku yang juga ikut pramuka siAgus, Agus bener - bener jagain adiknya banget dari buaya - buaya darat yang ingin menerkam adiknya. Waktu itu Aku berfikir mungkin siSiti yang akan ngebuat Aku membuka hati mengobati trauma.
Ema badannya kurus, tapi wajahnya menawan, sifatnya yang mudah bergaul ngebuat banyak cowok baper sama dia. Aku gak milih Ema karena emang dulu gak terlalu kenal juga sama dia dan Aku liat sepertinya dia lebih suka berteman daripada diajak untuk berpacaran.
Meskipun Aku ingin ngebuka hatiku buat Siti, tapi Aku gak terlalu serius banget buat ngejar cinta nya. Entah kenapa emang semangatku gak terlalu membara, Aku Cuma beberapa kali ngajak ngobrol, jarang ngedeketin juga.
Suatu ketika Siti pulang menuntun sepedanya, ternyata rantainya lepas. Melihat itu banyak sekali cowok – cowok yang datangin dia berniat membantu. Ada yg cuma pegangin sedel, pegangin stang, ada yang cuma liat aja sambil nunjuk – nunjuk rantai. Beberapa menit Aku liat dari jauh gak selesai juga.
Sebenernya Aku males buat bantuin karena banyak banget yang udah dateng bantu, tapi karena lama banget tuh segrombolan cowok gak selesai – selesai benerinnya Aku pun deketin mereka. Dengan keahlian dan pengalamanku dulu yang punya sepeda selalu lepas rantainya, gak ada semenit rantaipun terpasang dengan tanganku.
Siti : "Makasih ya kak udah bantuin"
Aku : "Iya sama – sama"
Selesai percakapan singkat itu Aku pun pergi ke toilet dengan gaya cool sambil tersenyum keren.
Setelah sesampainya di toilet, Aku bersihin tanganku yang blepotan oli bekas memegang rantai sepeda nya Siti. Aku perhatiin Siti orangnya humble banget, meskipun percakapanku singkat tapi Aku tau mungkin Siti bukan anak yang mau berpacaran, dia pasti akan nurut perkataan kakaknya itu siAgus.
Aku jadi merasa gak enak kalok mau pacaran sama Siti, Aku jadi merasa kasihan kalok misal nanti gak bisa buat dia seneng, atau mungkin malah menyakiti. Karena pikiran itulah Aku mulai hilang lagi semangat buat membuka hati.
Karena kegiatan KPM semakin dekat, hampir setiap jam pulang sekolah siswa – siswa baru dikumpulkan di aula untuk mempersiapkan segalanya agar kegiatan lebih lancar. Aku sebagai kakak kelas senior seharusnya lebih sering memantau adik kelas tingkat 2 dalam kinerja kepanitiaan, tapi Aku kadang malah sibuk memantau adik kelas baru. Siapa tau ada yang cantik tapi tersembunyi hehehe.
Namanya siswa baru masuk SMK tentunya masih memiliki sifat anak SMP yang sidikit sulit diatur, kesulitan pastinya dirasakan sama adik kelas tingkat 2 yang masih belum mahir berbicara di depan umum. Dan disaat kesulitan itu menerpa mereka kamilah para senior yang mulai membantu, terutama Aku soal mengkondisikan siswa – siswa baru yang sedang dikumpulkan.
Di sini Aku kasih kasih tau sedikit rahasia cara Aku buat berbicara di depan umum agar didengarkan oleh para audiens.
1. Pastikan jelas materi apa yang akan dibicarakan di depan orang banyak, jangan terlalu bertele – tele agar tidak membosankan. Langkah ini juga akan meningkatkan rasa percaya diri ketika berbicara di depan orang banyak.
2. Kalau ada alat pengeras suara seperti mic, pegang mic dan arahkan di bawah mulut di depan dada seperti ingin berbicara.
3. Ketika akan berbicara pasanglah badan yang tegap lurus dan pasang sedikit senyuman. Pertahankan posisi ini sebelum keadaan audiens terpusat ke kita.
4. Sembari menunggu kondisi tenang cobalah untuk menatap para audiens. Kalau audiens masih belum bisa tenang bisa memberi tanda dengan berbicara "Permisi, mohon perhatiannya Bpk-bpk/Ibu-ibu/kakak-kakakku/teman-temanku/adik-adikku (tergantung siapa audiens nya)" biasanya beberapa audiens akan saling mengingatkan untuk tenang.
5. Berbicara lah sesuai dengan apa yang direncanakan, bisa diselingi dengan gerak tubuh dan lebih baik lagi jika mata kita menatap seluruh audiens
6. Jika sudah selesai dengan apa yang dibicarakan, sempatkan untuk memberi sesi tanya jawab kepada audiens (banyak sedikitnya tanya jawab sesuaikan dengan waktu yang diberikan)
7. Selesai dengan sesi tanya jawab tutup dengan memberikan sedikit pujian kepada audiens seperti "Saya senang sekali berbicara di sini", karena konteksnya sedang berbicara dengan adik kelas juga bisa menggunakan "Saya yakin adik – adik yang hebat ini bisa mempersiapkan sebaik mungkin"
Cara – cara tadi bisa diterapkan tanpa marah – marah atau membentak yang malah membuat orang malas untuk mendengarkan omongannya, selain itu juga bisa membangun sifat wibawa sehingga ketika ingin berbicara kepada orang lain akan langsung ditanggapi dengan cepat dan tentunya senang.
Dan mungkin karena cara berbicaraku pake cara – cara tadi, Aku lebih dikenal oleh siswa baru. Sifatku yang dulu galak dan keras kepala pun udah mulai sedikit hilang dari diri Aku. Bukannya sok bijak tapi Aku berusaha agar Aku punya sifat bijaksana demi mempersiapkan langkah menuju kedewasaan.
Hal itu Aku rasain beberapa hari sebelum KPM dilaksanakan. Waktu itu adik kelas tingkat 2 masih sibuk mempersiapkan segala kegiatan KPM dan adik kelas baru sedang sibuk latihan pentas seni untuk kegiatan KPM nanti. Aku liat di belakang aula sekolah ada segrombol siswi baru dan beberapa adik kelas cowok tingkat 2. Waktu Aku amati lagi ternyata di sana juga ada Ema, pusat perhatian baru di sekolah.
Ema dan kelompoknya bakal nampilin pentas seni nyanyi sambil diiringi gitar, mungkin mereka saat itu habis latihan, Aku juga liat saat itu ada Jakap salah satu adik kelas tingkat 2 dan juga salah satu yang kayaknya suka banget sama Ema. Gimana bisa Aku tau? Dari tadi Jakap mau – maunya megangin gitarnya Ema sambil berdiri sedangkan yang duduk di bangku situ hanyalah Ema sendiri. Emang jatuh cinta itu bisa bikin G*bl*k.
Kebeneran juga Aku liat gitar, udah lama banget Aku gak main gitar. Aku pun menghampiri grombolan orang itu berniat untuk minjem gitar sebentar.
Aku : "Jak, Aku pinjem gitarnya dong, punya siapa itu?"
Jakap : "Ini punya Ema kak"
Ema : "Iya kak, ini punya aku"
Aku : "Ooh kirain punya kamu Jak, sempet bingung barusan, kan kamu gak bisa main gitar hehehe"
Mendengar ledekan Aku mereka pun ikut ketawa, tanpa basa basi Aku mulai memainkan gitar petik demi petik. Disaat Aku main gitar entah kenapa mereka melihat Aku kagum termasuk Ema, padahal Aku main gak jago – jago amat. Aku sempet menatap Ema yang juga masih menatap Aku main gitar, cantik juga dia, seperti ada cahaya jatuh tepat di wajahnya yang tersenyum ke Aku.
Mulai saat itu Aku mulai mengagumi paras cantiknya Ema, Aku jadi pengen deket sama dia. Tapi entah kenapa di otak Aku teringat lagi trauma sebelumnya, yang menjadikan sikapku agak dingin dan cuek sama cewek – cewek.
Gak kerasa hari H pelaksanaan KPM pun tiba. Kegiatan KPM dilaksanakan di lapangan berbukit dekat dengan perkebunan karet. Saat sampai di sana kita semua mengawali dengan upacara pembukaan dengan Aku sebagai pemimpin upacara.
Setelah selesai upacara semuanya langsung mendirikan tenda nya masing – masing. Karena Aku udah biasa bangun tenda dari SMP jadi Aku gak ada kesulitan. Yang membuat Aku sedikit kesal saat itu adik kelas tingkat 2 banyak yang tidak membantu proses pendirian tenda panitia, entah mereka bener – bener sibuk dengan kerjaannya atau sok sibuk biar gak disuruh bangun tenda.
Akhirnya Aku memutuskan membantu mendirikan tenda panitia cewek yang tentunya di tempat kawasan tenda peserta KPM cewek lainnya, meskipun sedikit kesal tapi Aku tetep buat enjoy aja, lagian bantu di tenda cewe sekalian lah melakukan pengamatan, siapa tau ada yang cocok sesuai keinginan hati.
Seperti cewek – cewek pada umumnya, disaat pembangunan tenda diselingi dengan celotehan – celotehan calon emak - emak. Nah tenda peserta di sebelah tenda panitia yang masih Aku bangun itu ocehannya paling jelas.
Cewek 1 : "Haduuh panas – panas gini enak banget rasanya dijemur"
Cewek 2 : "Iya nih seandainya ada cowok ganteng yang mau datang membantu"
Cewek 1 : "Yaudah panggil cowokmu"
Cewek 2 : "Ih kamu lupa aku udah lama banget gak ada yang sayang"
Aku yang denger ocehan itu langsung cletuk menjawab asal
Aku : "Iya ada apa? Eh sorry sory, berasa terpanggil hehehe"
Setelah Aku mencletuk tiba – tiba cewek yang bilang udah lama gak ada yang sayang itu muncul dibalik tendanya, ternyata dia Ema.
Ema : "Eh ada kak Aje. Iya nih kak, udah lama banget gak disayang."
Aku : "Heleh, dari kemaren banyak yang deketin juga dikira gak tau."
Ema : "Hehehe, tapi kan gak ada yang special gitu."
Aku : "Mau yang special? Martabak tuh special hahahaha."
Ema tertawa denger lelucon recehku. Gak lama tenda yang Aku bangun udah kelar,jadi Aku kembali ke tenda sekertariat buat briefing sama panitia yang lain.
Kegiatan KPM ini dilaksanakan 3 hari 2 malam. Untuk panitia sendiri tentunya sangat sibuk dengan banyak kegiatan yang harus dipersiapkan, sedangkan peserta KPM kegiatannya tidak begitu padat, masih ada jam – jam istirahat yang sangat cukup.
Pada saat istirahat itu mereka juga diperbolehkan untuk berkenalan dengan teman seangkatan mereka atau dengan kakak – kakak panitia. Di hari pertama mereka gak begitu banyak yang ingin berkenalan dengan kakak panitia, entah karena gak tertarik atau mungkin malu – malu kucing gak tau juga Aku.
Hari ke-2 Aku berniat memberikan quiz berhadiah buat peserta, Aku emang udah nyiapin 3 hadiah asesoris pramuka yang Aku buat sendiri, tentunya menarik dan bermanfaat pada saat kegiatan pramuka. Jadi Aku kasih pertanyaan ke peserta melalui speaker sound besar (biasa digunakan untuk pengumuman dan upacara) kemudian peserta bisa menjawabnya langsung di hadapanku secara bergantian maju satu persatu dan tentunya sambil mengenalkan diri.
Waktu itu pertanyaan quis nya simpel, tapi jawabannya harus sesuai dengan keinginan Aku hehehe, namanya juga quiz yang buat Aku yekan. "Satu syarat agar hidup sehat" itu pertanyaannya. Aku gak ngira ternyata banyak juga yang ikut memberikan jawaban, Aku kira gak laku quizku.
Jawaban yang Aku maksut itu "Bersyukur" karena Aku pernah baca di buku kalok segala penyakit itu timbul karena kurangnya rasa syukur di dalam diri manusia, dan setelah Aku pikir ada batuknya juga. Tapi jawaban mereka sangat beragam, ada yang menjawab menjaga kebersihan, terus berolahraga, makan makanan sehat, ada juga yang sampai memnjelaskan panjang lebar.
Disetiap jawaban mereka Aku selalu menanggapinya dengan "Betul sekali, tapi bukan itu jawabannya". Tak lama dari jauh ada cewek yang berlari ke arah Aku, sesampainya di hadapan Aku semua panitia cowok langsung berdiri di belakangku. Ya siapa lagi kalok bukan Ema yang bisa menarik perhatian mereka.
Ema ingin menjawab quizku dengan sikap malu – malunya yang ngebuat makin menarik untuk dipandang, emang cewek yang cantik dengan sifat yang agak pemalu itu bikin banyak cowok meleleh. Sebelum dia menjawab dia malah tanya ke Aku,
Ema : "Kak, kalok jawabannya bener hadiahnya apa?"
Aku : "Ya ada hadiahnya udah disiapin, emang kamu mau request hadiahnya? Mau kulkas atau kompor dua tungku gitu?"
Ema : "Engga engga kak, cuma mau tanya aja."
Aku : "Atau mungkin mau hadiah seperangkat alat sholat?"
Secara spontan aja Aku godain Ema, dia pun tertawa dengan malunya yang terlihat jelas di mukanya yang memerah.
Aku : "Yaudah yaudah jawabanmu apa?"
Ema : "Mencari kebahagiaan kak, bener kan kak? Yeey dapet hadiah"
Aku : "Bentar dulu, main seneng aja. Betul, tapi bukan itu jawaban quiz ini, udah mendekati."
Ema : "Yah Kak, kan udah mendekati masa gak dapet hadiah sih."
Aku : "Hadiahnya nomer WAku mau?"
Ema : "Mau – mau kak!"
Terkejut banget Aku denger itu, Aku kira dia bakal nolak atau se engganya memberi tanggapan yang biasa aja. Tapi malahan tawaranku bagaikan hadiah special buat dia. Cowok – cowok di belakangku pun gak tinggal diam "Nomer Waku aja mau gak?" itu yang Aku denger dari mulut biaya di belakang. Dan yang buat Aku kaget lagi Ema ngejawab "Engga kak, aku maunya nomer WA nya kak Aje aja".
Mendengar itu mereka pun sepertinya menyerah mengejar Ema. Mungkin yang didenger para buaya itu seperti deklarasi penolakan cinta secara masal.
Meskipun Ema ngebet banget minta nomer WAku, tapi Aku memutuskan gak ngasih ke dia dengan alasan jawaban dia salah. Ema pun kembali ke tenda dengan rasa kecewanya.
Udah banyak banget yang jawab pertanyaan quizku tapi belum ada yang sesuai jawabannya. Aku pun melempar pertanyaan ini ke panitia barangkali ada yang tau jawabannya, dan ternyata ada 2 temenku yang tau jawabannya. Yaah dengan cara terpaksa Aku kasih hadiahnya ke mereka berdua.
Tujuanku bikin quiz emang buat ngisi kekosongan waktu istirahat aja, sekaligus biar bisa kenal beberapa adik kelas yang tentunya punya mental pemberani. Dengan begitu kakak kelas lain bisa menilai dan mengajak mereka untuk gabung di organisasi atau ekstrakurikuler mereka.
Menurutku KPM sendiri jelas buat menumbuhkan sifat kemandirian, terutama di saat acara jelajah alam. Masing – masing kelompok mereka harus berjalan menuju ke pos – pos yang udah disiapin dan tentunya pos itu di dalam hutan karet.
Perjalanan yang lumayan jauh dengan medan yang naik turun pastinya banyak juga yang kelelahan. Sebenernya tugasku stay di pos aja, panitia PMR sendiri yang tugasnya kesana kemari nolongin adik – adik yang kelelahan. Tapi Aku kasihan sendiri sama temen – temenku yang bolak balik bawa P3K. Akhirnya Aku pun ikut ngebantu beberapa adik kelas.
Emang kalok kelelahan itu macem – macem rasa sakitnya, ada yang keram kakinya, sakit perutnya, pusing kepalanya, sakit hatinya karena di PHP in. Kalok sekedar dikasih obat selesai sih gak masalah, kadang ada juga yang sampai gak bisa gerak yang akhirnya harus Aku gendong ke pos selanjutnya.
Yang Aku khawatirin itu bukan karena kelelahan mereka, tapi Aku takutnya ada yang kesasar gak liat petunjuk dari panitia. Tapi bersyukur ternyata peserta gak ada yang kesasar, malahan Aku yang kesasar disaat Aku mau kembali ke posku.
Aku lari terus sampe Aku ada di rumah sarang lebah yang banyak banget, seingetku perjalanan jelajah alam gak ngelewatin sarang lebah. Aku pun mencari jalan lain, tapi Aku malah sampai di atas bukit, ternyata Aku malah makin jauh dari pos dan makin jauh dari tempat camping.
Langsung Aku lari turun dari bukit itu, lumayan lah sambil latihan fisik karena 2 hari setelah KPM nanti Aku ikut lomba jalan cepat yang jaraknya lumayan jauh 28km. Manteb banget rasanya tadi gendongin adik kelas dilanjut lari – larian.
Beruntung nya Aku sampe di posku lagi, di situ Aku langsung bantu adik – adik yang kelelahan. Entah kenapa Aku gak ngerasa kelelahan banget habis lari – larian tadi, mungkin karena suasana di pegunungan yang Aku suka jadi gak kerasa lelahnya.
Kegiatan jelajah alam selesai, semua peserta dan seluruh panitia tingkat 2 udah pada balik ke area camping. Sedangkan Aku, temen panitia senior, dan beberapa guru membawa beberapa peserta KPM yang udah gak sanggup lagi untuk lanjutkan perjalanan. Gak kayak tadi harus menggendong, karena udah ada tandu jadi lumayan ringan beban kita.
Di perjalanan sampe rumah warga, kami ditawari oleh seorang bapak buat istirahat di rumahnya, kami pun berteduh di depan rumah bapak itu. Namanya Pak Toyo, beliau juga menyuruh kami seteko besar air putih yang rasanya sangat segar sekali.
Sambil menunggu mobil sekolah yang menjemput beberapa guru saling ngobrol sambil berbagi pengalaman ke kita panitia senior, hingga Pak Setyo guru Bahasa Jawa ku mengatakan hal yang kita rasakan.
Pak Setyo : "Laper gak kalian?"
Aku & temen – temen : "Laper banget pak"
Pak Setyo : "Nanti kalok ada yang jual Nasi Padang lewat nanti bapak traktir"
Aku liat wajah temen – temenku seneng banget denger itu, padahal Aku bingung emang ada ya penjual Nasi Padang yang keliling?.
Aku : "Pak mana ada penjual Nasi Padang keliling?"
Pak Setyo : "Ya pokoknya kalok ada nanti bapak traktir"
Aku : "Yang ada bakso atau somay itu pak."
Pak Setyo : "Halah kalok itu gak enak, ntar nunggu Nasi Padang aja."
Seperti dugaanku sampai mobil sekolah menjemput dan sampai tempat camping pun gak ada penjual Nasi Padang yang lewat. Walaupun sedikit menipu tapi Aku jadi tau maksudnya Pak Setyo. Beliau memberikan sugesti kepada kita bahwa sebentar lagi kita akan makan, jadi otak akan berfikir untuk bisa menahan lapar lebih lama lagi.
Sesampainya di tempat camping tiba – tiba banyak peserta KPM nyamperin Aku, mereka semua ngucapin Terima kasih ke Aku satu – persatu. Perasaan tadi Aku nolongin peserta gak segini banyaknya, Aku pun ngucapin sama – sama aja meskipun gak inget tadi Aku nolongin siapa aja.
Hari ke-3 panitia tingkat 2 menyuruh seluruh peserta untuk mengumpulkan tanda tangan seluruh guru dan panitia dengan bertujuan bisa mengenal antar peserta dan seluruh pengurus KPM. Buat Aku sendiri gak bakalan gampang buat dapetin tanda tanganku, syaratnya gampang cuman harus tau nama Aku aja.
Tapi gak semuanya bisa karena seringnya ketuker antara Adnan Julian dengan Adnan Prabowo, lagipula kita berdua sama – sama di OSIS dan jabatan Wakil dan Ketua. Mereka hanya tau nama panggilanku Aje gak tau nama asliku.
Sampai ada 2 adik kelas dateng ke Aku minta tanda tangan, salah satu dari mereka kayaknya Aku gak asing, tapi entah pernah ketemu di mana Aku lupa. Dia gak kayak yang lain yang nada bicaranya malu – malu takut, dia lantang dan sangat PD. Gak cuma Aku yang merasa aneh, tapi beberapa guru yang berada di sebelahku juga ikut ngeliat gerak – gerik adik kelas yang satu ini.
Adik kelas : "Kak minta tanda tangannya dong"
Aku : "Tau nama saya siapa?"
Adik kelas : "Lah, aku tuh kan sodaranya kakak."
Aku : "Bentar, sodara dari mana?"
Adik kelas : "Nenekku itu Bibi nya kakak"
Aku langsung keinget, dia cucunya Bibi Carik. Bibi Carik itu Bibiku paling galak banget, bisa dibilang keluargaku galak karena ada silsilah turunannya. Otomatis dong kasih tanda tangannya tanpa basa basi, bisa mampus Aku dimaki sama Bibiku. Temen yang satunya pun juga Aku kasih tanda tangan karena udah tau namaku yang asli.
Setelah memberi tanda tangan mereka sekarang giliran Ema yang minta tanda tanganku. Seperti biasa Aku gak mau ngasih sebelum Ema tau nama asliku. Disaat dia nebak hampir benar udah nyebut Adnan, tapi kelanjutannya malah ngaco jadi Junaidi. Adnan Junaidi sontak langsung bikin ketawa satu tenda waktu itu.
Kemudian ada temennya yang ngasih tau nama Aku Adnan Julian. Ema terkaget denger namaku, yaa emang nama Aku keliatannya keren banget, makannya temen – temen Aku pada gak mau manggil Aku Julian dan ngebuat nama sendiri singkatan dari Adnan Julian jadilah AJe.
Menurut Aku 3 hari 2 malam kegiatan kemah yang gak terlalu lama, tapi tentunya cukup melelahkan. Setelah kegiatan KPM berakhir kegiatan Aku langsung dilanjut buat latihan lomba jalan cepat, bener – bener stamina Aku dikuras.
Tapi dibalik kegiatan yang super padat itu mungkin menjadi sebuah latihan buat ningkatin stamina Aku. Buktinya di lomba itu tim Aku bisa jadi juara 3 tingkat kota. Lumayan lah bisa nyumbangin prestasi lagi ke sekolah.
Aku sadar Aku gak pandai dalam akademis, jadi Aku milih buat mencetak prestasi di non akademis. Daripada cuman brangkat sekolah, belajar, selesai, trus pulang, bekal Aku cuman sedikit buat masa depan.
Seminggu setelah Aku lomba ada notifikasi pesan WA masuk tanpa nama. Setelah Aku tanya ini siapa? Ternyata dia Ema.
Ema : "Duuh, tau gak kak? Aku tuh nyari nomernya kak Aje susah banget, gak banyak orang punya."
Aku : "Emang dapet nomerku dari mana?"
Ema : "Adadeh, yang penting dapet lah nomer WA nya kak Aje, hehehehe,"
Di situ lah awal mula Aku kenal deket sama Ema, Aku sering chatingan sama dia, kaloo ketemu di sekolah dia pasti nyapa Aku dengan senyum manisnya. Banyak temen – temenku mengira Ema itu adikku karena kata mereka wajah kita mirip, dari bentuk muka, pipi, dan hidung yang hampir sama.
Disaat Aku pulang, Ema udah ada di depan gerbang sekolah seperti sengaja buat nunggu Aku, Aku pun menawarkan diri buat nganter dia pulang, dan dia pun gk nolak dan langsung meng iyakan ajakan Aku.
Sesampainya di rumah Ema Ibunya keluar membukakan pintu, Aku pun yang niat nya mau langsung pulang jadi turun dulu menghampiri Ibunya dan bersalaman dengan beliau. Seperti anak muda yang sopan pada umumnya ketika bersalaman Aku mencium tangan Ibu nya Ema, terkaget nya Aku ketika Ibunya Ema menarik tanganku kemudian dicum balik tanganku.
Aku aja kalok ada orang yang lebih muda dari Aku kemudian mau mencium tanganku selalu Aku tolak, karena Aku merasa dituakan, beda lagi kalok anak kecil. Nah ini tanganku dicium sama orang lebih tua dari Aku.
Tanpa berlama – lama Aku langsung pamit dengan tangan kanan Aku yang merasa merinding dan kaku. Damage nya terus kerasa sampe ngegas motor aja susah banget, sampai rumah pun masih terasa kaku. Aku harus menanyakan ini ke Ema langsung, Aku ambil HP, ngetik pesan dengan tangan kiri karena tangan kananku bekas dicium oleh Ibunya Ema berdenyut makin kencang.
Aku : "Ema, aku mau tanya."
Ema : "Gimana kak? Oh ya makasih ya tadi sudah dianterin."
Aku : "Iya sama – sama. Tadi kenapa Ibu kamu cium tanganku ya?"
Ema : "Ooh, itu emang udah kebiasaan keluargaku kak. Jadi kalok perempuan salaman itu harus cium tangan sama laki – laki."
Aku : "Lah kan aku lebih muda, tanganku jadi aneh rasanya hehehe."
Ema : "Ya emang gitu, adekku aja laki – laki kalok pas salaman sama Ibu si Ibu yang cium tangan adekku, emang aneh gimana kak? ."
Aku : "Waduh, ya gak biasa aja aku kek gitu."
Ema : "Oh ya kak, tau gak? Kak Aje itu laki – laki yang pertama yang berani nemuin Ibuku."
Aku : "Seriusly?"
Ema : "Iya, jadi banyak yang nganterin aku pulang tapi gak pada berani nemuin ibuku, makannya aku kaget liat Kak Aje nemuin Ibu, hebat banget."
Waw, padahal apa yang Aku lakuin itu simpel banget, dan emang biasa Aku lakuin kalok pas main ke rumah temenku mau itu laki atau perempua, tapi Aku ngerasa seneng ada yang menganggap itu istimewa walaupun apa yang Aku lakuin itu sederhana.
Selain dengan Ibunya, Aku juga kenal dengan Ayah dan adiknya Ema. Keluarganya ramah banget dan ketika Aku nganter Ema pulang adiknya selalu nyamperin Aku buat sekedar ajak high five (toss).
Beberapa hari kemudian datanglah hari dimana adanya perekrutan anggota Organisasi dan Ekstrakurikuler. Karena Ema menyukai Volly dia masuk ekstrakurikuler tim volly, selain volly dia juga minat untuk ikut Pengurus OSIS dan Eksta Pasukan Khusus Pengibaran Bendera.
Untuk jadi anggota OSIS ada beberapa tahapan untuk seleksi, karena kalau udah masuk di organisasi itu tentunya akan menjalankan tugasnya sampai tingkat akhir.
Pada saat seleksi, Aku sebagai senior hanya memberi arahan dan penjelasan apa itu Organisasi Siswa Intra Sekolah kepada calon – calon pengurus. Di saat Aku sedang memberikan penjelasan di ruangan kelas Aku liat Ema duduk paling depan dengan wajah yang sangat ceria, matanya tak lepas dari Aku seakan – akan menarik kepala Aku buat menoleh ke dia dan bisa saling bertatap dengannya.
Rasanya Aku mulai jatuh cinta.
Setelah hari pertama seleksi selesai, semua pengurus OSIS kelas tingkat 2 dan beberapa pengurus OSIS tingkat 3 (beberapa gak ikut karena ada kepentingan lain mengingat kelas 3 banyak sekali tugas tambahan) berkumpul untuk evaluasi.
Disaat evaluasi berlangsung ada salah satu pengurus tingkat 2 yang spontan ngobrol denganku,
Jessie : "Kak Aje,, kak aje tau gak, tadi waktu kak Aje masih jelasin di kelas ada adek kelas yang liat kak Aje tuh serius banget loh."
Aku : "Oh ya? Pantesan serasa ada yang bikin aneh pas tadi jelasin." (Aku pura – pura gak tau)
Jessie : "Iya kak, kayanya sih suka deh sama kak Aje."
Aku : "Hehehehe, ya maklum lah orang ganteng."
Jessie : "Kok bisa yaa, padahl kak Aje tuh orangnya galak, serem, suka marah – marah."
Aku : "Woow, sangat terima kasih sekali atas kejujurannya, bisa lebih jelek lagi gak tuh?"
Jessie : "Hehehe, ya maap kak, becanda doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
PositifAJe
Teen FictionMoch. Adnan Julian, nama kecil ku Anang, di saat SD dan SMP aku dipanggil Adnan, di SMA karena suatu hal aku dipanggil AJe. Itu nama-nama yang melekat di kehidupan drama ku. Meskipun aku benci banget sama drama , tapi itulah yang bisa buat aku belaj...