Bag. 4| Nafsu Itu Tidak Setia [2]

3.6K 134 86
                                    

Tatapan mata Ipang begitu dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan mata Ipang begitu dalam. Dia benar-benar seperti menyimpan rasa birahi terhadap teman yang berjenis kelamin sama dengannya itu. Pikiran rasionalnya sudah dikalahkan oleh nafsu. Dengan segera tubuhnya bangkit dari tindihan badan Bondan.

Kini keadaan menjadi berbalik. Dorongan syahwatnya yang begitu kuat, berhasil merebahkan secara paksa tubuh Bondan yang kokoh pada bangku panjang itu.

Ipang semakin agresif. Dengan kasar, dibukanya jaket dan baju kaos itu dalam sekejap. Kini tersuguh dihadapannya, tubuh, dada bidang dan perut seksi Bondan yang berwarna kecoklat-coklatan. Memang tak bisa dibantah, kekasih Rezza itu memiliki postur tubuh yang begitu proporsional. Kesan Jantan dan maskulin begitu kuat, melekat di wajahnya.

Mendapat perlawanan seperti itu, Bondan tetap terlihat santai berbaring. Kedua tangannya diletakkan di bawah kepalanya sebagai tumpuan. Tampak ketiak berbulu tipis itu semakin terlihat seksi, basah, terkena buliran air hujan yang belum juga mereda.

Ipang menelan ludah. Sesaat kemudian dia mulai menyerang kembali tubuh Bondan.
Dirabanya lekukan perut kotak-kotak dan berotot sedang itu. Bondan memejamkan mata. Kepalanya mendongak ke atas menahan nikmatnya jilatan demi jilatan setiap jengkal, lidah Ipang, yang bergerilya kemana-mana. Ada sensasi tersendiri, ketika tubuhnya diserang habis-habisan di tengah alam terbuka seperti itu. Secara sadar Bondan kembali teringat Rezza. Di relung hati yang terdalam, batinnya berucap jujur,

"Maafin gua, Rezz. Bukannya gua gak setia sama lu, tapi lu sendiri yang gak menghargai kesetiaan gua selama ini. Lu menghilang begitu aja."

"Gua butuh kehangatan lu sekarang, tapi lu gak ada. Gua gak kuat, Rezz. Terpaksa gua lakuin ini. Maafin, gua. Gua akui, gua emang salah karena sudah melampiaskan hasrat gua pada orang lain. Nafsu gua emang gak bisa setia, Rezz. Gua kalah. Gua gak kuat menjalin cinta jarak jauh kayak gini. Gua gak sanggup! Tapi percayalah, cinta gua sama lu, gak akan hilang sampai kapan pun."

Tiba-tiba Bondan mengerang panjang, pertanda dia semakin dilanda kenikmatan. Lamunannya buyar seketika karena serangan dahsyat mulut dan lidah Ipang kini telah bersarang di area ketiaknya yang sensitif. Sapuan dan gigitan itu membuatnya menggelinjang hebat.

"Aahhh... Bangsaat! Bangsaat!"

"Lu beneran bikin gua sange, Pang. Lu emang bangsaat!" teriak Bondan meradang menahan hasrat. 

Ipang cuek. Dia terus saja menyerang. Kali ini dia menatap penuh birahi pada tetek bulat Bondan yang terlihat melenting menggairahkan. Dengan bernafsunya dia melumati dan menggigit kecil, pentil kemerahan itu berulang-ulang. Bondan terus mendesah dan melenguh. Kedua kakinya bergerak-gerak, kaku dan mengejang.

"Aahhh... Bangke memang lu, njing. Pejuh gua mau ngecrot, Tolol!" laknat Bondan memaki-maki, kesangean.

Belum selesai ocehan Bondan, mendadak serangan itu berpindah ke arah bawah perut, dengan bulu-bulu tipisnya yang menggoda. Tanpa ampun, Ipang melorotkan celana dan kolor itu dengan cepat, hingga tubuh lelaki macho itu bugil tanpa sehelai benang pun. Kontol super gede yang tegak itu langsung digenggam dan dikocok-kocoknya, turun naik. Semakin lama semakin membesar dan mengeras. Air majinya terus meleleh keluar.

I'm Sorry... BondanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang