"Serius lu mau ke Jakarta. Lu mau ketemu Abang angkat Catur dan Bimo itu?"
"Iya, Pang."
"Gua mau ketemu sama Rezza sahabat terbaik gua."
"Gua kangen banget sama dia," jawab Bondan seperti menutupi identitas hubungan cintanya.
"Gua sih udah pernah ke Jakarta, Bon. Tapi itu pas waktu SD."
"Saat itu gua diajak nyokap menghadiri pesta perkawinan Adik bungsunya yang tinggal persis di depan stasiun tv Indosiar, jalan Daan Mogot."
"Emang lu ke Jakartanya mau lewat darat atau naik pesawat, Bon?"
"Menurut lu, enakan lewat mana, Pang? Lu kan udah pernah ke sana."
"Kalo mau yang praktis sih, ya lewat jalur udara, Bon. Cepat. Empat puluh lima menit juga udah nyampe Suta. Tapi kalo lu mau santai menikmati perjalanan, menurut gua lebih baik menempuh jalan darat pake mobil sendiri. Cuma waktunya jauh lebih lama."
"Lu kemaren lewat jalur apa, Pang?"
"Dulu itu gua dan Nyokap ikut tumpangan mobil Om gua. Kami dan keluarga besar Nyokap ke Jakarta rame-rame lewat jalur darat. Selain santai juga lebih ngirit dana. Tapi ya itu tadi, pas sampai pelabuhan feri Bakauheni, Kalianda, kami kudu sabar karena antrinya ampun-ampunan, Bon."
Bondan berpikir sejenak. Rencananya, dia ke Jakarta akan mengajak serta Catur dan Bimo juga. Dia ingin sekalian berlibur ke ibukota negara Indonesia itu.
"Baiknya kita naik pesawat aja kesananya, Pang. Gua khawatir Bimo bakal rewel kalo kita kelamaan di perjalanan. Lagian terlalu beresiko kalo mereka ikut berjejal-jejal naik menuju ke atas feri," ucap Bondan menyampaikan keputusan akhirnya.
"Emang kapan kita ke Jakartanya, Bon."
"Paling lambat pada akhir bulan ini, Pang. Nanti gua atur dulu gimana bagusnya."
"Tapi, Pang. Gua pengennya rencana ini tidak sampai diketahui oleh Rafa. Gua yakin, kalo sampai tau, dia bakal menghalangi kepergian gua."
"Lah, kenapa? Kan lu itu Bos-nya. Apa hak dia ngelarang-ngelarang. Emang dia berani?"
"Ada beberapa hal yang gua rasa lu gak harus tau, Pang. Entar suatu saat lu bakal gua ceritain semuanya."
"Sekarang bagusnya kita harus mempersiapkan rencana ini dengan rapi agar tidak sampai tercium dan dicurigai Rafa. Lu bisa kan diajak kerjasama?"
"Iya, Bon. Tenang aja kalo soal itu. Gua bakal nyimpan rapat rencana rahasia ini. Gua tinggal nunggu aba-aba dari lu."
"Iya, Pang. Entar gua kasih tau lagi rencana selanjutnya."
"Sekarang kita tidur dulu. Mata gua udah mulai berat nih," ucap Bondan menguap. Terlihat kedua matanya mulai berair menahan kantuk.
"Bon, gua boleh meluk lu, gak? Gua lagi pengen tidur dengan damai."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry... Bondan
RomantizmMasih ingat dengan Bondan, Rezza, Catur dan Si Kecil Bimo. Bagaimana kabar mereka sekarang? Inilah sequel 2, lanjutan dari cerita KUCING. Kisah asmara antara Bondan dan Rezza yang belum tuntas. Cinta BELOK BERKELOK-KELOK. Bagaimana akhir dari hubu...