Chapter 2 : Jera

1.5K 178 34
                                    

SUASANA yang cukup hening di kediaman pasangan Uchiha dan Haruno membuat tangisan sang balita semakin terdengar nyaring. Sasuke menyeret langkahnya menuju kamar dengan cepat. "Sakura!" panggilnya panik sembari membuka pintu. "Apa Sarada masih demam?"

Sang istri melirik kemudian mengangguk sebagai jawaban. "Kita harus segera membawanya ke dokter."

Tanpa banyak berbicara lagi, mereka segera keluar rumah, memasuki mobil dan mengunjungi dokter anak terdekat. Sasuke bersyukur karena ternyata putri semata wayangnya hanya demam biasa, tak ada penyakit serius.

Dalam perjalanan pulang, keheningan menyelimuti mereka dikarenakan saat ini Sarada tengah tertidur lelap dalam pangkuan Sakura. Sesekali netra hijau Sakura melirik sang suami, menatapnya dengan ekspresi sendu. "Saat aku meneleponmu, kau sedang di mana?"

"Apa hakmu menanyakan hal itu padaku?" Sasuke menyahut sinis tanpa menatapnya.

Sakura menelan ludah, ia tahu Sasuke memang tak suka jika ia banyak bertanya tentang urusan pribadinya, terutama urusan yang berkaitan dengan seorang wanita bermarga Uzumaki yang amat Sakura benci. "Aku istrimu. Kurasa wajar saja aku menanyakan hal itu padamu."

Netra hitam Sasuke balas melirik, memberikan pandangan penuh rasa jijik dan benci. "Ya, kau memang istriku. Kau memang ibu dari anakku. Tapi, hanya sebatas status. Selebihnya kau tetap bukan siapa-siapa bagiku." Sasuke menarik pandangannya, kembali fokus pada jalanan. "Kau hanya orang asing."

Setiap kata yang Sasuke lontarkan sungguh melukai Sakura. Wanita bersurai merah muda itu hanya bisa terdiam. Terbungkam oleh perasaan sakitnya sendiri.

Sesampainya di halaman rumah, Sakura segera turun bersama Sarada yang berada dalam gendongannya. Sedang Sasuke masih berdiri di hadapan mobil, terlihat sibuk memainkan ponselnya. Sakura tahu siapa yang tengah Sasuke kirimi pesan. Tapi, ia tak berani untuk menggubris. Ia terlalu takut. Takut pada cercaan yang akan Sasuke berikan lagi.

Mereka mulai disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Sakura sibuk menyamankan tempat tidur untuk Sarada, sedang Sasuke sibuk berkutat dengan ponselnya. Pria itu terlihat cemas. Namun, lagi-lagi Sakura tak berani bertanya. Wanita itu masih takut untuk bersuara. Nyalinya selalu menciut jika Sasuke sudah bersikap sinis padanya. Bahkan Sakura juga tak menawarinya makan malam. Bukan Sakura malas melayani sang suami, Sakura justru senang jika harus melayani Sasuke dalam hal apapun. Hanya saja, Sasuke selalu menolak masakkannya. Sasuke tak pernah mau memakan makanan yang dibuatkan atau pun yang dibeli olehnya.

Mendengar Sarada yang kembali merengek, Sasuke mengalihkan atensi, menghampiri sang anak yang terusik dari tidurnya. "Sssshhh," Sasuke membelai puncak kepala Sarada kemudian menepuk-nepuk paha mungilnya dengan lembut. "Mimpi buruk, hm? Jangan takut. Ayah ada di sini, Sayang," bisiknya seraya mengecup dahi serta pipi balita itu.

Hati Sakura sedikit membaik melihat pemandangan di depannya. Meski Sasuke selalu bersikap sinis dan kasar padanya. Tapi, Sakura senang jika sudah melihat perlakuan Sasuke terhadap Sarada. Pria itu terlihat begitu menyayanginya.

Sarada mulai tenang dan kembali tertidur meski suhu tubuhnya masih belum turun. Sasuke menghela napas lega sebelum memberi kecupan terakhir pada jemari kecil sang anak.

"Sedang apa kau di sini?"

Pertanyaan dengan intonasi sinis itu membuyarkan lamunan Sakura. "Melihatmu dan Sarada. Apa tidak boleh?" Sakura menyahut tenang.

Sasuke hanya mendengkus kasar mendengar jawaban Sakura. Pria itu hendak beranjak dari sana jika saja Sakura tak mengucapkan sesuatu yang menyulut emosi dalam hatinya, membuat Sasuke muak mendengarnya. "Aku selalu senang melihatmu dekat dengan Sarada. Aku senang melihatmu bersikap lembut dan penuh kasih sayang padanya. Seandainya aku juga bisa ikut bergabung dalam momen manismu bersama anak kita, mungkin semua akan terasa lebih menyenangkan,"

Aku Bukan Untukmu [SasuFemNaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang