Chapter 4 : Masa Lalu [bag. II]

1.1K 162 41
                                    

"AKU ...

... menghamili Sakura."

Apakah Naruto terkejut? Tidak. Sama sekali tidak. Alih-alih marah, gadis itu justru tertawa hambar setelah mendengar ucapan sang kekasih.

"Lelucon macam apa ini?" Naruto masih mengira bahwa Sasuke hanya sedang bergurau. "Sas, kuakui akting menangismu memang sempurna. Tapi, untuk kalimat yang baru saja kau ucapkan itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa untukku."

"Aku serius. Apa kau tidak percaya?"

Kedua tangan Naruto merangkul leher Sasuke dengan kedua kaki yang sedikit berjinjit karena tinggi mereka yang berbeda jauh. "Bagaimana mungkin aku bisa percaya hal sekonyol itu?" Naruto mengecup sebelah pipi Sasuke. "Aku tahu, kau sengaja membuat lelucon seperti ini karena sebentar lagi kita akan menikah. Kau ingin membuatku cemburu dan marah, begitu 'kan?"

Sasuke memang senang jika melihat Naruto yang marah karena cemburu, gadis itu selalu merajuk dengan sikap yang menggemaskan hingga terkadang Sasuke selalu sengaja melakukan hal-hal yang bisa membuat hati Naruto dibakar oleh api cemburu. Tapi, untuk kali ini Naruto sama sekali tak termakan oleh ucapan yang ia kira adalah gurauan.

"Kau jelek jika menangis," Naruto tertawa sembari mengusap kedua pipi Sasuke. "Belajar dari mana kau bisa akting menangis seperti ini?"

"Kenapa kau tidak percaya?"

"Kenapa?" Naruto membeo dengan dengkusan pelan. "Kau sungguh bertanya begitu?" sahutnya merasa tak habis pikir akan pertanyaan yang Sasuke lontarkan. "Tentu saja karena aku percaya bahwa kau mencintaiku. Kita telah berjanji untuk saling menjaga hati. Jadi, bagaimana bisa aku percaya bahwa kau menghamili Sakura sedangkan selama ini hubungan kita baik-baik saja? Terlebih kau 'kan tak pernah menyukai Sakura, kau bahkan selalu berkata bahwa kau tak suka jika perempuan itu mendekatimu."

Sasuke menipiskan bibir. Hatinya semakin diliputi rasa bersalah melihat Naruto yang menaruh kepercayaan begitu besar padanya meski ia sendiri sama sekali tidak mengingat apa yang sudah ia lakukan bersama Sakura.

"Karena kau sudah gagal untuk membuatku cemburu. Sebagai gantinya aku akan membuat makan malam untukmu," Naruto memainkan kedua alisnya dengan bibir yang mengulum senyum. Meski raut wajah gadis itu sejak tadi menunjukkan kegembiraan, namun ada yang berbeda dari sorot matanya. Netra biru yang biasa terlihat cerah dan indah, kini terlihat meredup. Seperti ada sesuatu yang gadis itu coba sembunyikan.

Untuk sementara, Sasuke berusaha menepis perasaan buruk dalam hatinya. Berusaha menepis kegelisahan serta ketakutannya. Ia mecoba tuk balas tersenyum seperti biasa, seolah-olah apa yang Naruto duga padanya memanglah benar. "Apa itu artinya kau juga mengundangku ke rumahmu yang baru?"

Naruto mengangguk cepat. "Tapi, bukan rumah. Hanya sebuah kos-an kecil," sahutnya seraya menarik lengan Sasuke agar segera memasuki mobil. "Ayo, aku juga sudah lapar."

Selama perjalanan menuju kos-an, Naruto tak membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Dia terus saja mengajak Sasuke untuk berbicara, baik membahas hal yang serius mau pun hal yang tak penting untuk dibahas. Meski begitu, Sasuke tetap menganggapinya dengan senang hati. Karena bagi Sasuke, Naruto yang banyak bicara itu sangat lebih baik daripada Naruto yang diam membisu. Sebab, apabila gadis itu terdiam, artinya ada sesuatu yang mengganggu hatinya.

Kuharap hatimu memang sedang baik-baik saja. Sasuke bergumam dalam hati dengan kedua mata yang sesekali melirik sang kekasih, sedang satu tangannya yang terbebas ia gunakan untuk membelai puncak kepala Naruto.

"Kau tinggal di sini?" Sasuke bertanya setelah mereka sampai di hadapan sebuah kos-kosan kecil yang sangat sederhana, bahkan terkesan cukup kumuh.

Sasuke tampak terkejut melihat kos-an yang kekasihnya tinggali. Namun, Naruto bisa memakluminya. "Begitulah. Memang tak sebagus rumah Kak Karin, tapi kos-an kecil ini bagiku cukup nyaman."

Aku Bukan Untukmu [SasuFemNaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang