Prolog

4.4K 285 18
                                    

Cowok berperawakan tinggi kurus itu menyangga kedua tangannya pada pagar pembatas. Netranya menatap tajam pada dua siswa yang sedang melakukan pemanasan di bawah sana.

Tangannya mengepal, memperhatikan cowok bertubuh tinggi tegap yang tampak malas-malas menggerakan badan. Ia kemudian beralih pada cewek berkucir kuda yang sedang fokus mengikuti gerakan sang ketua kelas. Seringaian di bibirnya muncul.

Baginya, cowok itu harus merasakan setiap sakit yang ia rasakan. Pun luka yang diberinya pada sosok kesayangannya.

"Dim! Cepet masuk elah! Entar gue kena omel pak Bram." Suara merdu seseorang membuatnya terkesiap. Tatapan benci itu lenyap seketika, berganti dengan raut sebal karena aktivitasnya terganggu.

"Santai kenapa sih lo? Orang si kumis juga belum keliatan dari pagi."

"Bangsul! Yang sopan lo, kalau ketahuan bisa berabe." sahut cowok bertubuh pendek yang kini menampakan raut gusar. Takut ada guru lain yang mendengar.

Dimas mendengkus, kemudian memasuki kelas setelah menyenggol bahu temannya yang hampir limbung.

"Sabarkan hamba ya Tuhan!"

Ucapan itu masih dapat Dimas dengar meski samar. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka chat dari seseorang.

Riko: Nih nmornya 081224xxxxxx

Dimas: Thanks

Riko: Yoi

Dimas menyimpan nomor telepon mangsanya, ia tersenyum miring. Lihat saja Dimas akan memberikan pembalasan untuk orang yang telah menghancurkan hati Ameta. "Liat aja, lo bakal ngerasain kehilangan meski mungkin itu gak setimpal. Rijal, sebentar lagi Zamora kesayangan lo bakal pergi."

Cowok itu mendesah pelan, kemudian memejamkan mata, suara-suara penuh kesakitan itu kembali terngiang di telinganya.

"Apa yang harus gue lakuin, Dim?  Kenapa Ijal gak pernah mau kasih gue kesempatan sekali pun?"

"Dia ... tadi gue gak sengaja tumpahin minuman ke bajunya. Ijal marah banget sampe bentak gue."

"Ijal suka sama temen sekelasnya. Mereka keliatan deket banget."

"Dim, kalau gue pergi, apa Ijal bakal nyesel dan nyari gue?"

"Jangan pernah tinggalin gue ya, Dim. Cuma lo sama Arsa yang gue punya saat ini."

"Kenyataannya elo yang ingkar, Ta." lirih cowok itu mengingat permintaan Meta terakhir kali. Tepatnya sebelum cewek itu benar-benar pergi dari dunia tempatnya berpijak.

Dimas baru akan terlelap ketika ponsel di tangannya bergetar. Melihat chat dari seseorang membuatnya terkekeh geli.

Kesayangan Dimas: Kak Dimas tersayang, jgn lupa pulang sekolah anterin ke gramed yaww  😉😜

Haihai aku datang membawa cerita baru nih. Sebagai perkenalan aja sih soalnya aku masih harus nyelesain SA sama A or A. Semoga keduanya cepet selesai dan bisa lanjut sama cerita ini 😉😃

Let's Break Your Heart! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang