Festival

8 0 0
                                    

Anya POV :

Aku masih ingat hari itu, pertemuan pertama sejak pertama kali kita bertemu. Bertukar foto kegiatan rencananya. Kamu memakai kaos oranye saat itu, dengan senyum yang sama. Kita hanya bicara dalam diam. Dan kita berpisah tanpa pamit yang semestinya lagi. Hanya itu, tapi asal kau tahu setelahnya aku benar-benar tak bisa melupakan kejadian itu. Kamu yang selalu membuatku tersenyum, malu, tertawa sendiri jika mengingat-ingatnya lagi.

Andai kamu tahu, aku selalu menunggu sebuah acara datang untuk mengirim pesan kepadamu. Sekedar menanyakan kehadiranmu. Sebatas itu, aku tak berharap lebih. Entah kenapa aku hanya ingin bertemu denganmu, secara tidak sengaja. Banyak kali sapaan yang ku ketik-hapus-ketik-hapus karena aku bingung harus bicara apa. Bahkan history chatmu masih aku simpan dari awal.

Pertemuan-pertemuan selanjutnya memang berkesan buatku, tapi aku ingin menceritakan yang satu ini. Sore itu aku lewat di perempatan dekat sekolahmu, aku melihat selebaran festival lampion dibagikan. Jam 7 malam dimulainya. Iseng saja aku menanyakan kehadiranmu lagi.

Anya : "Kamu liat festival lampion nggak?"

Ketikku.

Aku berharapnya kamu datang dan kita bertemu tanpa sengaja. Aku tak berharap lebih sih. Tapi kemudian kamu membalas.

Grista : "Ya kalo bisa aku datang."

Selesai sudah. Aku tak berharap lagi. Mungkin aku terlalu naif.

Malam itu aku mengurungkan niatku untuk pergi seorang diri. Aku memilih menonton film di laptop. Aku juga tak menanyakan kabarmu lagi, aku hanya takut. Tapi malam itu sekitar jam 9 kamu mengirim pesan.

Grista : "Jadi liat festival lampion?"

Anya : "Enggak."

Grista : "Ooo."

Anya : "Kamu liat?"
Grista : "Iya."

Anya : "Sama siapa?"
Grista : "Sendiri."

Aku menenggelamkan kepalaku kebantal dan berteriak sekerasnya. Aku mulai bimbang dengan apa yang harus ku lakukan. Kemudian aku mengetik lagi.

Anya : "Sebenernya aku mau nyari es krim, kemaleman nggak?"

Grista : "Enggak."
Anya : "Ntar tokonya tutup."
Grista : "Disini masih banyak yang jualan."

Aku langsung ganti baju dan mengeluarkan motorku. Dengan cepat aku melaju, tempat festival lampion memang dekat dengan rumahku. Hanya berjarak 1 km lebih. Sebentar saja aku sudah sampai. Kemudian aku mengetik lagi.

Anya : "Yang jualan es krim dimana?"

Grista : "Di deket taman."

Anya : "Kamu dimana?"
Grista : "Deketnya jembatan."
Anya : "Sama siapa?"

Grista : "Sendiri."

Anya : "Nggak mau kesini gitu?"

Grista : "Kamu dimana?"

Anya : "Deketnya patung."

Grista : "Aku kesana."

Aku bosan harus menunggu. Aku memutuskan mencarinya di arah jalan menuju ke jembatan. Aku berjalan seorang diri ditengah kerumunan. Mungkin saja aku tenggalam dan kamu tak akan melihatku. Setelah berjalan beberapa meter aku melihat dirimu dengan jaket merah-hitammu berjalan di arah sebaliknya. Aku memutuskan untuk memutar arah dan mengikutimu dari belakang. Ternyata kamu tak kunjung menyadari keberadaanku. Aku menghela nafas kesal dan berlari agar berjalan berdampingan denganmu.

"Yo!" sapaku.

Kamu terkejut, aku suka ekspresi lucumu itu. "Sejak kapan?"

"Dari tadi." Jawabku singkat.

Ya setelahnya aku tak bisa menceritakan detailnya karena memang terlalu bahagianya. Aku sangat ingat malam itu kamu mentraktirku susu tiramishu hangat. Dan kita berjalan mondar-mandir tanpa tujuan hingga akhirnya berhenti disebuat taman. Kita duduk di bawah naungan pohon yang-aku-tak-tahu-namanya. Terkadang aku suka bernostalgia di taman itu. Hingga jam 11 malam kita berpisah tanpa pamit yang belum tersampai lagi.

Andai kau tahu, sepulangnya aku tak bis berhenti memikirkanmu. Tertawa sendiri, senyum sendiri, hingga bibiku bilang aku gila. Tidak, aku terlalu senang. Aku mengirim pesan teks pada Hayu. Menceritakan kisahku.

Hayu : "Nggak biasa dia gitu."
Anya : "Maksudnya?"
Hayu : "Ya dia biasanya nggak suka dateng ke acara gituan, ketempat rame biasanya jarang."

Anya : "Aku nggak tahu, tapi nyatanya dia datang."

Hayu : "Berarti kamu lain."

Ucapan Hayu terakhir membuatku terbang sesaat.

Anya : "Tidak, aku tidak ingin berharap lebih."

Selesai sudah! Memang itu yang aku pikirkan. Aku bisa memposisikan diriku sebagai gadis lain dari sekolah lain yang hanya bertemu di sebuah event. Pertemuan yang berkesan bagiku belum tentu juga berkesan bagimu. Aku tahu kau itu terlalu sulit kugapai. Sudah cukup begini saja aku sudah senang.

G R I S T A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang