05. At The Stadium

14 1 2
                                    


Pagi ini Elea terbangun dengan keadaan yang dapat dikatakan mengerikan. Rambut berantakan dengan mata yang sembab seusai menangis semalaman. Ia menatap kaca dihadapannya sambil menggeleng pelan mengakui bahwa penampilannya pagi ini sangat tidak baik.

Melihat waktu yang telah menunjukkan pukul 6, Elea bergegas mandi dan menata dirinya untuk menutupi kemalangannya hari ini. Terutama di matanya. Ia rasa hari ini ia akan menghabiskan banyak concealer untuk menutupi sembab di matanya itu.

Rambut pendek tertata rapi, kemeja putih yang disandingkan dengan celana jeans dan sneaker putih, serta wajah cerah hasil kerja keras dari concealer dan kawan-kawannya. Hari ini Elea siap memulai hari.

🌸🌸🌸

Kicauan burung menyambutnya di kampus hari ini. Bagaikan memberi semangat Elea akan jadwalnya yang padat. Mulai dari presentasi, kuis, dan latihan untuk lomba di esok hari. Bagi Elea, presentasi dan kuis bukanlah hal yang sulit untuk ia lalui. Benar saja, seperti saat ini, ia sudah menyelesaikan keduanya di jam yang terbilang singkat.

Elea memeriksa jamnya, "Hah, masih jam segini, berarti masih ada waktu buat makan dulu sebelum latihan." Segera Elea menuju kantin bermaksud untuk mengisi perutnya sebelum beradu argument dengan Ghea dan Jodie nanti.

Sesampainya di kantin, ia langsung disuguhi oleh pemandangan yang sangat tidak ia harapkan. Apalagi kalau bukan Dion dan Alice yang sedang bersenda gurau berdua. Hari ini Elea benar-benar tidak ingin merusak moodnya lagi, jadi ia putuskan untuk langsung membeli susu kotak dan bergegas pergi ke ruang latihannya agar tidak berlama-lama menatap kebahagiaan dua insan itu.

Di tengah langkahnya, ternyata Alice menyadari keberadaannya, "Elea! Woy! Mau kemana lu?" Tanya Alice pada gadis yang berusaha kabur itu.

"Mau latihan Al, gue duluan ya," jawab Elea sambil melemparkan senyum paksanya kea rah Dion dan Alice.

"Lu gapapa kan?"

"Apanya? Gue baik-baik aja gini juga. Jangan khawatir, gue gak ada masalah kok," jawab Elea mengakhiri percakapan itu.

Seorang pria yang sedari tadi hanya mengamati percakapan dua orang sahabat itu menyadari bahwa gadis berambut pendek alias mantan kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja. Dua tahun bersama membuatnya hafal akan senyuman paksa dan make up berlebihan yang menghiasi wajah Elea saat ini. Ingin rasanya bertanya, namun Elea pasti akan menutupi segalanya. Jadi ia putuskan untuk diam dan melanjutkan obrolannya dengan Alice. Mencoba untuk mengabaikan kekhawatirannya pada Elea.

Seusai percakapan itu, Elea langsung menuju ruang latihannya sambil berkali-kali mencoba mengusir bayangan Dion dan Alice yang terbesit di benaknya.

Udah mantan, Gak boleh dipikirin ayo Elea semangat, semangat! Batinnya.

Sesampainya di ruang latihan, Elea mendapati Ghea dan Jodie yang terduduk lemas dengan wajah yang tak sesemangat biasanya.

"Guys? Are you okay?" Tanya Elea memastikan keduanya baik-baik saja.

Ghea yang mendengar itu menolehkan wajahnya, "Eh, Elea, lu udah beres kelas? Gapapa kok le, cuma capek doing dikit," jawab gadis itu menutupi sesuatu.

Jodie menghela napas berat, "Udahlah Ghe, gak usah ditutupin. Actually we're not okay  le. Kita pesimis untuk lomba besok. Tau gak, kampus sebelah debatnya dilatih sama salah satu politikus yang emang udah ahli bacot. Sedangkan kita? Udahlah, mundur aja yuk?" ucap gadis itu lemas.

Elea tersenyum sejenak meyakinkan teman-temannya untuk lebih semangat, "Heh! Gak ada nyerah-nyerahan. Belum juga perang kok nyerah loh. Kalian pikir deh, gimana bangganya kita kalo menang tanpa pelatih. Pasti malu kan mereka? Jadi ayo semangat! Kita libas mereka besok, okay?" ucapnya menggebu-gebu.

Mendengar kata-kata Elea, Kedua gadis itu menunjukkan semangatnya yang membara, "Bener juga kata Elea. Kita gak boleh gini! Ayo Ghe, cari topik masalah lagi. Kita latihan sekarang!" interupsi Jodie pada Ghea yang disambut anggukkan antusias oleh Ghea.

Elea terkekeh pelan melihat tingkah rekan-rekannya itu, "Ya udah, latihan dulu sana. Gue mau ke toilet bentar. Nanti gue balik." Gadis itu kemudian melangkahkan kakinya keluar meninggalkan Ghea dan Jodie.

🌸🌸🌸

Di sinilah Elea saat ini. Terduduk menagis di stadion olahraga yang sepi, sendiri. Elea tidak benar-benar pergi ke toilet. Melainkan pergi ke stadion olahraga untuk menenangkan dirinya. Mental breakdown. Mungkin kata itu yang bisa menggambarkan perasaan Elea saat ini. Perlombaan yang tinggal beberapa jam lagi ditambah dengan keadaan keluarga dan percintaan yang hancur menyebabkan pundaknya berat menahan semuanya.

Elea adalah seorang gadis yang selalu terlihat baik-baik saja. Padahal tidak sepenuhnya ia baik-baik saja. Seperti tadi, ia menyemangati Ghea dan Jodie, padahal ia sendiri tidak yakin dapat memenangkan lomba itu. Selalu seperti itu. Menyemangati orang lain meski tidak satu pun ada yang menyemangatinya. 

Entah mengapa detik ini rasanya semua terlalu berat untuk ditanggungnya sendiri. Ia menangis tersedu-sedu tanpa khawatir seseorang akan mendengarnya karena stadion ini selalu sepi di siang hari.

Saking sibuknya menangis, Elea tidak menyadari kehadiran Dion yang telah sedari tadi duduk di belakangnya. Iya, sejak di kantin tadi Dion khawatir dengan keadaan mantan kekasihnya itu dan memutuskan untuk mengikuti Elea hingga ke stadion ini. Dan benar saja, kini gadis itu tengah menangis tersedu-sedu.

Dion tidak tau apa yang membuat Elea menangis seperti ini. Hatinya ikut tersayat melihat Elea serapuh ini. Ingin rasanya memeluknya, namun statusnya saat ini yang hanya sebagai seorang sahabat menahannya untuk bergerak sehingga ia hanya dapat mengamati gadis itu dari bangku belakang stadion ini.

"Maaf." Entah apa yang dipikirkannya, hanya kata itu yang terlontar pelan dari mulut Dion. 


tbc

Ini kenapa authornya yang baper sih :(


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rose Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang