"Kalian ketemuan dimana?"
Dyya menoleh. Menatap Airin yang bertanya kepada nya. "Gedung bekas pabrik yang biasa."
Airin mengangguk. "Okay. Kita bakal di Panti sampe kalian dateng."
Dyya mengangguk lalu ia mengambil jaket hitam nya kemudian memakai sepatu nya.
"Si Adam itu emang suka banget buat kita repot." Gumam Joya seraya memakai sarung tangan hitam nya.
Jean tertawa. Ia tengah membereskan rambut Soya agar tertutup semua oleh topi. "Ini 'kan baru kasus ke 7. Masih ada 2 lagi sebelum kita pindah."
Gira mengangguk seraya menatap langit kamar nya. "Gak nyangka. Kita udah ngabisin 6 kasus dalam satu tahun. Sisa 1 tahun lagi buat 3 kasus."
Lalisa menoleh ke arah kakak pertama nya. "Kak, kira-kira kita bakal mati pas ngejalanin kasus atau mati pas ketauan siapa kita sebenernya ya?"
"Ih! Kak Lisa ngapain nanya gitu sih?!" Sentak Yerim yang sudah siap memakai pakaian serba hitam nya tidak lupa sarung tangan juga topi berwarna biru gelap.
Lalisa terkekeh kecil. "Gue mah persiapan aja sih."
"Gak sekalian kuburan nya di siapin?" Tanya Jennie.
"Udah anjir. Udah di siapin semua nya sama Kakek." Sahut Gira dengan sedikit kesal. "Apa banget kan tuh orang tua. Heran gue tuh."
Airin menghela nafas. "Bagus sih. Biar gak terlalu kaget."
Soya beranjak memakai sarung tangan yang di berikan Dyya, sementara Dyya sendiri sudah memakai nya kecuali topi. "Jangan bahas gituan ah. Selesaikan dulu aja tugas nya sebelum ngomongin kematian."
Dyya mengangguk setuju. "Bener."
Yerim cemberut. "Heran banget punya keluarga tuh."
Jean menatap Yerim lalu tertawa. "Unik, Yer. Beruntung."
"Bodo anjir." Kesal Yerim lalu pergi ke dapur untuk mengambil susu.
"Kalau tetep minta 1M, gimana?" Tanya Joya yang sekarang sibuk nyemilin kacang.
Gira mendengus. "Emang si Panti punya uang sebanyak itu buat nebus anak-anak nya? Bahkan uang donasi sekali pun mungkin gak akan ada."
Jennie menggigit bibir nya kecil seraya berpikir. "Ngomongin tentang Panti nya. Aneh juga sih. Kalau si penculik mau ngambil anak ya udah tinggal ambil, mereka pasti nggak akan minta tebusan. Mereka pasti bakal ngejual si anak atau buat mereka kerja di bawah mereka. But.."
"Mereka minta tebusan seolah-olah Panti itu pasti punya uang tebusan nya. Bahkan nggak tanggung, mereka minta 1M." Sambung Jean.
"Jadi, yang harus kita curigai itu si Panti apa si penculik?" Tanya Airin seraya tersenyum miring.
.
.Keempat gadis itu turun dari mobil nya, berdiri memandang sebuah gedung bekas yang selalu mereka pakai untuk bernegosiasi.
Joya menghela nafas. "Mereka nggak akan main senjata 'kan?"
"Belajar dari kesalahan aja. Kak Airin pernah kena pisau meskipun mereka bilang dengan tangan kosong." Ujar Soya mengingatkan mereka dengan kejadian lima bulan lalu dimana Airin terluka meski tidak terlalu parah.
Yerim mengangguk. "Inti nya kita harus waspada."
Dyya menatap Soya. "Gira nitip apa tadi?"
Soya mengeluarkan sebuah benda dari saku jaket nya. "Ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls In Luv ;blackvelvet
Fanfiction👑Main kejar-kejaran yu, tapi cewek yang ngejar. Tertarik?👑