03. Pertemuan Kedua💜

396 219 1K
                                    


"Ada rasa yang tidak bisa diterka, ada pilu di hati yang kian meronta. Semua itu setelah kembali bertemu kamu, iya kamu...." 🍂
_Violleta_

" 🍂                                     _Violleta_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*_*

Pagi ini begitu cerah, matahari tanpa malu-malu memancarkan binarnyanya. Tampak semburat-semburatan indah seperti kapas putih tengah menggantung manja di atas hamparan langit membiru.

Meski cerah, udara sejuk sedikit dingin tetap Vio rasakan karena kota dengan sebutan Paris Van Java memiliki iklim lembab dan cenderung sejuk yang dipengaruhi oleh iklim pegunungan dengan suhu rata-rata dua puluh tiga koma lima derajat celcius membuat Vio harus beradaptasi dengan iklim kota Bandung yang jauh berbeda dengan Jakarta.

Hari ini sepertinya Vio enggan masuk ke kampus. Hal itu terlihat jelas saat ia berhenti sejenak di depan gerbang kampus dan tidak langsung masuk menuju aula tiga.

Bagi Vio, ini masih terlalu pagi. Biasanya jam segini Vio masih terlelap dalam tidurnya. Tapi sepertinya ada pengecualian untuk hari ini. Mau tidak mau, ia harus berangkat lebih awal mengorbankan waktu tidurnya yang berharga.

Ya, tak terasa seluruh kegiatan yang melelahkan pada saat OSPEK akan segera berakhir. Nanti puncaknya adalah malam inagurasi. Akan ada pensi yang akan ditampilkan dari perwakilan semua prodi (program studi) dan sepertinya akan membuat Vio akan pulang larut malam.

Vio hanya bisa pasrah, ia hanya ingin menyelesaikan hari ini dengan cepat agar tidak ada beban berat yang dipikul di pundak Vio lagi. Bagi Vio, semakin cepat kegiatan ini berakhir, akan semakin bagus.

Benar saja, selama tiga hari belakangan ini ia merasa sangat lelah, begitu banyak kegiatan yang harus ia selesaikan di kampus sampai-sampai ia sering pulang telat. Belum lagi sikap teman sekelompok nya yang membuat ia merasa tidak nyaman.

Arsen Aldebaran benar-benar membuat Vio tidak betah lagi. Sikapnya sangat berlebihan. Tiap hari yang dilakukan Arsen hanya tebar pesona dan berusaha mendekati Vio. Mulai dari selalu duduk di samping Vio, membelikan minuman dan makanan ringan di kantin, yang terparah adalah, memaksa mengantar Vio pulang ke rumah semalam.

Vio ingat betul kejadian semalam. Kejadian yang membuatnya tertunduk rikuh.

Flashback on....

Violleta dan Freya sedang berjalan berdampingan menuju ambang pintu aula setelah mengikuti audisi dadakan yang diadakan para senior.

Ya, Mereka hendak pulang bersama. Bak tersambar petir di siang bolong, Vio sangat terkejut pada saat Arsen tiba-tiba menarik tangannya di depan teman-teman tanpa ragu.

"Ayo Vio pulang bersamaku saja! Ini sudah malam." ucap Arsen tanpa melepas tangan Vio. Suara lantang bak pemimpin upacara yang telah menyiapkan peserta upacara membuat semua mata terpusat ke sumber suara.

My Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang