My Wound [Part 5]

74 10 1
                                    

Hai puan, bolehkah kita berjumpa lagi?

* * *

Keira turun di depan toko buku langganannya, ia masuk ke dalam dan ternyata di dalam sana tidak seramai seperti biasanya. Mungkin karena hari ini gerimis turun, jadi lebih banyak orang yang memilih untuk pergi ke kedai makanan dari pada membeli buku bacaan.

Dilihatnya satu persatu buku yang berderet memenuhi setiap sudut ruangan. Ternyata stok buku baru di minggu ini sangat banyak.

Keira mengambil salah satu buku yang menarik perhatiannya, lalu membaca beberapa paragraf dari sinopsis buku yang terdapat di belakang sampul.

Begitu merasa bahwa buku itu sangat menarik, maka Keira mencoba mengambil beberapa buku lagi dan dibaca di sudut kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Karena Keira sangat mengidolakan Syed Saddiq, politikus asal Malaysia. Maka mulai saat ini pun Keira mencoba ingin belajar tentang ilmu politik.

Ia ingin kelak di masa depan bisa seperti idolanya yang mengabdikan dirinya kepada negara demi kemaslahatan rakyatnya.

Keira pernah membayangkan bagaimana jika kelak dirinya dapat menjadi seperti sosok idolanya itu.

Menjadi sosok pemimpin yang dapat memberikan kemaslahatan rakyat kecilnya, menjadi orang yang berguna untuk semuanya. Pasti akan banyak suka duka, banyak orang-orang jahat di dalamnya dan jalan berduri juga siap menghalaunya.

Sedetik kemudian Keira teringat akan buku diarynya yang hilang. Lalu Keira juga ingat pada notivikasi pesan dari nomor yang tak dikenal tadi pagi.

Keira membuka tas dan membuka benda pipih itu. Jantung Keira berdebar ketika membaca isi pesan dari nomor yang tak dikenalnya.

KN?

Hanya tulisan KN? yang muncul di layarnya, tapi tak terkira rasa senang yang kini membuncah di hati Keira.

Di pojok atas kiri sana terdapat tanda bahwa nomor itu juga sedang online, lalu dengan cepat jemari Keira mulai menari merangkai pertanyaan.

Ini siapa?

Lalu disentuhnya tanda send dan pesan berhasil terkirim.

Keira menunggu balasan, berharap pemilik nomor itu segera memberikan jawaban yang cepat untuknya.

Lima menit berlalu, sepuluh menit berlalu, hingga tepat di waktu ke lima belas menit menunggu, baru lah layar ponselnya menampilkan bahwa sang pemilik nomor tak dikenal itu sedang mengetik.

Buku diary lo hilang kan?

Benar. Dan kini jantung Keira terasa seperti ingin keluar dari persinggahannya. Keira bersyukur jika ada orang yang mau menyimpankan buku itu untuknya.

Jemari Keira mulai mengetikkan lagi.

Kapan bisa gue ambil?

Sedetik kemudian ada balasan.

Besok

Dan setelah itu Keira tidak membalasnya lagi. Ia bingung harus membalas pesannya bagaimana. Mungkin jika ada pertanyaan, Keira bisa menanyakannya esok hari.

Keira mengembalikan buku yang telah di ambilnya, lalu ia mencari buku yang pas untuk dibaca sebagai pemula dalam mempelajari ilmu politik. Kali ini ia ingin membeli tiga buku saja.

Perlahan Keira mencari di setiap rak buku, hingga ia menemukan buku itu.

"maaf," ujar seorang laki-laki yang tidak sengaja memegang tangan Keira karena memegang buku yang ingin diambilnya juga.

Keira tidak menjawab dan hanya terdiam. Ia menatap lelaki yang berdiri di depannya. Sepertinya lelaki itu juga mengenakan seragam yang sama. Hanya saja lelaki yang di depan Keira ini mengenakan jaket hitam yang menghalangi name tagnya sehingga Keira tidak tahu siapa nama lelaki itu.

Ditatapnya lelaki di depan Keira itu. Tubuhnya tinggi, sekitar 170 cm. Hidungnya mancung, kulitnya bersih, tampan, akan tetapi tatapannya sangat dingin.

"Nih buat lo aja,"  lelaki itu memberikan buku yang dipegangnya. Mau tidak mau Keira menerima buku itu.

"Lo enggak jadi ambil?" tanya Keira setelah sadar bahwa dari tadi ia terdiam.

"Enggak."

Keira dan lelaki itu sama-sama kembali diam.

"Gue duluan," ujar lelaki itu tak lama setelahnya hilang dari hadapan Keira.

Keira masih mematung. Ia melihat kepergian lelaki itu dari hadapannya. Setelahnya Keira langsung cepat-cepat menuju kasir membayar buku yang dibelinya.

Mata Keira menatap sekeliling apakah sosok lelaki yang ditemuinya tadi masih ada di sana. Sayangnya hal itu nihil. Keira sama sekali tidak dapat melihat ke arah mana laki-laki itu pergi. Ia hanya mendapati orang-orang yang berlalu lalang di trotoar jalan.

* * * * *

Ada yang bisa nebak Keira kenapa?
100 comment di part selanjutnya ya.
Jangan lupa kasih vote dan komentar di bagian part ini.
Semakin banyak vote dan comment dari kalian, maka semakin semangat pula Author membuat cerita yang lebih panjang dari cerita sebelumnya.
Terima kasih atas kerja samanya.
Happy reading ❤
.
.
.
.
.

My Wound [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang