• | 1 | Penolakan •

151 11 1
                                    

•oOo•

Tanpa permisi, Arga membuka pintu Ruang Kepala Sekolah dan langsung disuguhkan dengan tatapan tanya dari Bu Ira sang Kepala Sekolah SMA BIMA SAKTI.

"Ada apa Arga?tumben sekali kamu dengan sukarela kesini. Apa ada masalah?". Bu Ira mengeluarkan suaranya setelah mendapati Arga sudah duduk dengan tenang dihadapannya.

"Saya masuk MIPA 1 Bu". Ucap Arga dengan singkat padat dan jelas. Bu Ira terkekeh mendengarnya.

"Ya terus kenapa Arga?, bukannya itu bagus?". Kekehan Bu Ira masih terdengar.

"Saya ngga mau bu, ngga suka". Namun setelah mendengar penuturan Arga yang satu ini kekehan Bu Ira berhenti.

"Lohh, kok bisa ngga suka?". Bu Ira mengernyit bingung. Bagaimana bisa muridnya ini mengatakan bahwa ia tak menyukai jika ia masuk kelas unggulan. Aneh.

"Tapi kenapa Arga?. Kamu pintar, cerdas dan juga berprestasi disegala bidang. Kamu pantas berada dikelas unggulan Arga". Tambah Bu Ira. Kali ini pembicaraan mulai serius, Bu Ira menatap Arga dengan tatapan tanya yang sangat kentara.

Jika difikir, memang benar apa yang dikatakan oleh Bu Ira. Arga adalah salah satu siswa yang berprestasi dibidang akademik, dan tak hanya itu, ia juga berprestasi dibidang nonakademik. Arga merupakan kapten basket putra SMA BIMA SAKTI sekaligus menjabat sebagai ketua ekskul basket. Dan sudah bukan rahasia lagi jikalau ekskul basket merupakan ekskul yang bergengsi di BIMA SAKTI karena sering kali menoreh prestasi. Ia juga mengetuai ekskul photografi, dan tak jarang pula mengikuti berbagai pameran photo. Ditambah lagi dengan ketampanannya yang membuat ia sangat populer disekolah. Jadi, tidak ada alasan dari sekolah untuk tidak memasukkannya ke kelas unggulan.

"Saya ngga merasa saya kaya gitu Bu, saya biasa aja".

Ohhh Tuhan, tolong jedotkan kepala Arga kedinding. Dengan segudang prestasinya itu, ia mengatakan bahwa ia biasa saja?tolong garis bawahi teman teman "BIASA SAJA". Inilah yang disebut dengan merendah untuk meroket.

"NILAI TERTINGGI SE JURUSAN MIPA BAHKAN TERTINGGI SATU ANGKATAN KAMU BIANG BIASA AJA ARGA?".

"Waaahhh, ngga ngerti lagi Ibu sama kamu".

"Kemaren kamu nolak buat dijadikan kandidat ketua osis, sekarang kamu nolak buat masuk kelas unggulan?salah sekolah apa sama kamu Arga?". Sepertinya, Bu Ira mulai frustasi dengan kelakuan arga yang satu. Hahha, lucu sekali muridnya yang satu ini. Disaat semua siswa BIMA SAKTI mati matian belajar demi masuk ke kelas unggulan, Arga malah menolaknya.

"Bu ayolaahh, saya ngga mau masuk kelas itu. Saya udah pw dikelas saya yang lama". Arga mulai mengeluarkan alasannya.

"Pasti ini karena teman teman kamu yang absurd itu kan?iya?".

"Engga lah Bu". Ucap Arga, namun dalam hati ia juga berucap "Yaiya lah Bu".

"Terus kenapa?".

"Saya males Bu kalo harus ngapalin nama orang lagi,males juga kalo harus punya kenangan yang setengah setengah". Bisa saja muridnya yang satu ini.

"Tidak bisa Arga, itu sudah keputusan sekolah".

"Tapi semester kemaren bisa Bu".

"Tidak bisa untuk yang kedua kalinya Arga. Kamu sudah menolak masuk ke kelas unggulan semester kemaren, apa ngga ada niatan dari kamu untuk mencoba masuk kesana?".

"Engga Bu, saya ngga mau. Nanti saya jadi cupu". Arga mengganti alasannya, mungkin saja Bu Ira akan luluh pikirnya.

"Ayolah Bu, pindahin saya". Pinta Arga lagi, masih mencoba merayu Bu Ira agar mau menuruti keinginannya yang gila itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARGANESHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang