2

8K 869 134
                                    

Hari ini begitu cerah sebab Haechan tidak ada kelas, begitu pula dengan kembarannya Yangyang. Sekarang mereka berdua sedang menonton salah satu film hits akhir-akhir ini, Frozen 1945.

"Kemarin berantem sama Jeno, ya? Tumben minta jemput," ujar Yangyang sambil memasukan satu takoyaki ke dalam mulutnya.

"Biasa," balas Haechan yang ikut mengambil takoyaki.

"Gak capek?" ketahuilah, pertanyaan ini sering kali ditanya Yangyang semenjak ia tahu kelakuan Jeno yang sebenarnya. Ia selalu merasa kasihan dengan kembaran jeleknya ini.

Meskipun kembar, tapi bentuk fisik Haechan dan Yangyang tidaklah mirip, hanya kelakuan mereka saja. Jadi, Yangyang atau Haechan selalu merasa lebih tampan dibanding kembarannya yang lain. Walau keduanya sama-sama tampan dan manis.

"Apa yang capek?" tanya balik Haechan, sedangkan Yangyang hanya memutar matanya malas dan kembali memfokuskan atensinya ke film.


-


Saat mendengar suara bising dari ruang keluarga, Taeilㅡbaru saja keluar dari kamarㅡlangsung menghampiri kedua anaknya yang sibuk memperebutkan takoyaki terakhir.

"Papo kalian mana?" tanya Taeil sambil mengusak kedua rambut anaknya.

Haechan dan Yangyang merengek, mereka tidak suka ketika Taeil mengacak rambut, pasti akan benar-benar berantakan. Karena sudah pasrah dengan kelakuan sang Ayah, mereka berdua menunjuk ke arah dapur secara serempak. Di sana kita bisa melihat Yuta yang sedang memutarbalikkan beberapa takoyaki dengan lihai.

"Jangan lupa mandi," ucap Taeil lalu mengecup salah satu pipi kedua anaknya sebagai salam perpisahan. Tak menunggu lama, ia melenggang pergi ke arah dapur.

"Oke, Yah!" seru keduanya.

Ting Nong ㅡ suara bel.

"Buka pintunya, Hyuck!" ucap asal Yuta, masih tetap fokus ke takoyakinya.

"Bukain, Yang!" suruh Haechan sambil menendang-nendang badan Yangyang, supaya kembarannya yang membuka pintu. Tentu saja Yangyang tidak terima dengan perlakuan itu, ia langsung menendang balik Haechan tanpa belas kasihan.

"Papo suruh lu, bukan gua!" seru Yangyang makin mendorong badan Haechan. Biarlah Haechan jatuh dari sofa dan membuka pintu, anak ini jarang sekali gerak.

"Nah, gua suruh lu."

"PAㅡ!!"

Tanpa babibu, Haechan langsung menutup mulut Yangyang menggunakan salah satu tangannya. Ia menyerah. Lebih baik membuka pintu dibanding dimarahi oleh Yuta.

Ia bergerak malas ke arah pintu, tidak lupa dengan semua lenguhan yang dikeluarkan. Bisa dibilang cara jalan serta perilaku Haechan mirip sekali dengan zombie yang ada dalam film, tetapi ia terlalu manis untuk dijadikan zombie. Sesampainya di depan pintu, ia membuka pintunya dengan cepat. Percayalah, ia ingin menonton film itu sampai habis, bukan diganggu begini.

"Hyuck," mendengar suara yang familiar, Haechan langsung membanting pintu di depan muka sang tamu. Sedang apa dia di sini?

"Siapa itu, Chan?" tanya Taeil dari arah dapur.

"ORANG GIL-"

"JENO, YAH!" teriak Jeno yang masih di luar. Untungnya, suara Taeil mampu terdengar sampai ke luar.

Bisa tidak, Jeno diam saja? Hari ini dia tidak mau melihat bentuk muka Jeno, bahkan hari ini ia sengaja menonaktifkan ponselnya supaya tidak diganggu. Namun, dengan berat hati, Haechan membuka pintunya dan mengizinkan Jeno masuk.

REVISI - modifié [nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang