3

10K 904 20
                                    

Tap your star! 🌟














Setelah jam istirahat kedua, Juna pergi ke UKS karena Javnan tiba-tiba kesakitan di kelas sedangkan Arya izin ga tau mau kemana. Yang jelas seingat Juna, Arya ngekorin si cewek yang katanya namanya Susi, Juna yang gak ambil pusingpun cepat-cepat keUKS karena udah khawatir sama Javnan takut kenapa-napa.

Sesampainya di UKS, obsidiannya menangkap Javnan yang sudah tertidur pulas dengan wajah pucat dan keringat dingin yang membasahi keningnya. Juna menghela nafas lega, setidaknya anak itu sudah ditanganni.

"Jadi, si Javnan kenapa, Bu?"

Bu Retno melihat Javnan sekilas sambil menghela nafas, "Asam lambung, gak makan dari kemarin kayaknya. Lambungnya rentan, bisa aja lambungnya robek kalau dia gak isi perutnya lagi. Udah ibu kasih obat maag jadi biarin temen kamu istirahat dulu

Oiya, beliin dia nasi kek apa kek sama teh anget, perutnya masih kosong sampai sekarang, ibu baru mau pergi sebenernya, tapi ya ada kamu. Kamu aja sana," Juna Cuma mengangguk dan segera bergegas pergi ke kantin.

Ada banyak menu di kantin, dan yang Juna tau Javnan pecinta cilok. Tapi, untuk orang sakit di bawain cilok kayaknya gak etis. Karena gak tau, Juna beli aja nasi goreng campur telor sama bubur harga 3000, soalnya dia tau orang sakit gak bakal punya selera makan, di tambah teh anget andalan anak-anak PMR.

Sambil nunggu antrian yang lumayan rame padahal udah istirahat kedua, Javnan milih gabung dikumpulan cowok anak kelas lain. Juna ini bisa dibilang populer karena visual dan talentanya dibidang olahraga jadi gak mungkin kalau ada orang di sekolah ini yang gak kenal Artajuna. Anak SMP aja bahkan udah target buat sekolah di SMA yang sama dengan Juna.

"Eh, Jun. Si Arya kenapa tuh?"

"Kenapa apanya?" Juna menatap salah satu anak cowok diujung meja.

"Pulang sekolah ini mau battle sama Rendi, katanya. Berani juga dia,"

"Battle? Maksud lu berantem?! Gelud?!"

"Iyaa,"

"Sama Rendi? Anjing! Dimana katanya?"

"lapangan basket belakang sekolah, gosipnya sih ya, tapi denger-denger Rendi sendiri yang ngomong,"

"Si bangsat ngapain dia."

Setelah mengambil pesanannya, ia segera menemui Javnan yang untungnya udah bangun dan sedang berbincang dengan salah satu petugas PMR kelas 10. Ngomongnya pakai inggris, soalnya itu anak ikut English Club juga.

"Ngomong paan lu, dek, tuh disana ada yang pingsan,"

Cowok itu langsung berdiri, "Dimana bang?!"

"Gatau, lupa" sambil menarik bangku yang anak tadi pakai.

"Nih makan, bisa-bisanya lo gak makan dari kemaren,"kata Juna tepat setelah adik kelas itu undur diri sambil menggaruk kepalanya yang gak gatal justru tangannya yang gatal pingin getok kepala abang kelasnya satu ini.

"Lupa, Jun. Thanks, btw. Tau aja lapar,"

"Gue tuh kemaren ketiduran gitu, ngantuk makanya ampe gak makan," ucap Javnan yang mulai menyendok beberapa suap nasi goreng. Beralih pada Juna yang diam aja di ajak ngomong, Javnan jadi cemas sendiri.

"Jun? Juna? Artajuna!!"

"eeeh, kenapa?" Juna menatap Javnan dengan keterkenutannya.

"Kenapa sih? Bilang dong, gue tau nih kalau lo udah diam gini ada yang lo sembunyiin,"

Juna menghela nafas pasrah dan menceritakan kejadian dikantin tadi. Lagian buat apa dia nutupin hak penting ini keJavnan. Siapa tau juga, Javnan bisa bantuin cari solusi untuk menyelamatkan Arya dari situasi membingungkan ini. Masalahnya Arya ini anak alim, anak mami, anak rumahan atau apalah itu. Siapapun mengakui wajahnya yang ganteng itu gak ia gunakan buat pamer dan jadi fak boi, jadi mendengar Arya yang terlibat perkelahian karena perempuan rasanya sangat asing.

The Way I Live ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang