[0] Aleanore Gritte Willem

35 4 1
                                    

Alea's POV

Kelasku sebenarnya sudah selesai, tapi aku sengaja menunggu seorang teman yang sudah lama tidak ada kabar ah tepatnya satu bulan dia berlibur dan tidak sedikitpun mengabariku dan sejak satu jam lalu ia mengabari dan akan menjemputku pukul 12 siang, aku melirik arlojiku dan sekarang jam 12 tepat.

"Alea." Seseorang memanggilku dari arah belakang, tentu aku sangat mengenali suara itu. Tepat waktu sekali.

Aku menolehkan kepalaku dan benar saja, pria setinggi 178 cm dengan rahang tegas dan kulit putih persis sepertiku khas Asia berjalan dengan sok coolnya mengarah ke tempatku berdiri saat ini. He is my bestfreind. Just a friend.

"Hai, Fred!!" Sapa ku seraya tersenyum dan dia membalasnya dengan tersenyum pula.

"hug me, please." Aku tertawa mendengar permintaannya.

"of course." Jawabku seraya merentangkan tanganku dan memeluknya. Oh betapa rindunya aku dengannya.

"I miss you, Alea."

"miss you too, Fred."

Fred memelukku begitu erat, aku tahu dia juga sangat merindukanku, tapi demi Tuhan dia memelukku sangat erat, sampai aku sesak nafas dibuatnya.

"Fred, se-sak. Le-paskan." Ucapku terbata-bata. Kemudian Fred langsung melepaskan pelukannya dan aku bisa bernafas lega.

"Ah ya, maaf, Al. Aku tidak bisa mengontrol diri, kau tahu aku sangat merindukanmu." Kata Fred.

Aku tertawa dengan tingkahnya ini. "Tak apa Fred. Aku tahu, yang selalu dirindukan seorang Fredly Anthonio tentu hanyalah aku." Ucapku sekedar bergurau.

"Percaya diri sekali kau, by the way kau adalah orang kedua yang kurindukan." Balas Fred.

"Heii, siapa orang orang pertama itu, Fred? Sehingga kau menjadikanku yang kedua? Berani sekali dia." Tanyaku dengan menantang, tentu aku tahu dia hanya sekedar bergurau, begitupun denganku.

"Kau yakin ingin tahu, Al?" Fred balik bertanya padaku dan aku tentu saja mengangguk yakin.

"your sister." Jawabnya. Aku membelalakkan mata ku.

"A-apa!!?" yang benar saja. Sejak kapan dia.. ah sudahlah.

"Hei, kenapa kau begitu terkejut, aku hanya bercanda." Ucapnya sambil tertawa.

"Kau hampir membuatku jantungan, Fred." Aku memukul bahunya sekeras mungkin, dan tentu saja pukulanku itu tidak berarti apa-apa baginya. Setelah itu kami tertawa bersama.

Jujur saja, saat dia pergi berlibur selama 1 bulan penuh dan meninggalkan kuliahnya aku sangat merindukannya. Dia satu-satunya temanku dan satu-satunya orang yang aku cintai. Terjebak freindzone seperti sekarang bukanlah atas kehendakku, entah sejak kapan munculnya perasaan itu selama bersahabat 6 tahun lamanya.

Tentu dia hanya menganggapku sekedar sahabat, teman baiknya. Aku tahu dia mencintai kakak ku, Meira. Meski dia selalu membawa nama Meira dengan candaannya tapi aku tahu matanya berkata ia serius dengan ucapannya walaupun mulutnya berkata lain.

"Kau melamun." Suara Fred membuyarkan berbagai pikiranku. "Mau makan siang bersama? Kelasmu sudah selesai kan?" Tanya Fred.

Aku pura-pura berpikir, lihatlah wajahnya seperti tegang menunggu sesuatu dengan polosnya. Aku senang melihatnya seperti itu, hiburan tersendiri untukkku.

"tentu saja. Ayo!!" Jawabku menyutujui kemudian menarik lengannya menuju mobilnya tentu saja. Dia hanya tertawa menanggapiku dan ikut menyelaraskan langkahnya.

Second Chance: Hi, Future Wife!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang