[00] Daniel Nith Christon

18 4 1
                                    

Niel's POV

"Selamat pagi, Mr. Christon" Sapa beberapa karyawan namun tidak ada niatan sedikitpun aku membalas sapaan mereka.

Aku melangkahkan kakiku masuk lift pribadi ku yang akan mengantarkanku ke lantai dua puluh, tempat ruangan ku berada. Tidak butuh waktu lama untuk lift ini membawaku ke lantai dua puluh.
Ketika pintu lift terbuka, aku melangkahkan kaki ku keluar dan menuju ruanganku. Sebelum itu Nina-selaku Sekretarisku yang semula duduk di kursi kerjanya langsung berdiri dan menyapaku.

"Good Morning, Mr. Christon." Aku membalasnya dengan anggukan singkat kemudian aku melangkah masuk ke pintu ruanganku.

Setelah aku menduduki kursi kebesaranku, tidak lama setelah itu pintu terbuka dan menampilkan Nina dengan membawa berkas yang siap ia bacakan.

"Boleh saya masuk, Sir?" Tanyanya meminta izin dan lagi-lagi ku balas dengan anggukan. Nina mendekati meja ku kemudian mulai membacakan jadwalku untuk hari ini.

"Hari ini, Anda memiliki lima jadwal penting, di mulai dari jam 8 pagi anda memimpin meeting dengan Liels Corporation kemudian jam 11 siang anda ada pertemuan dengan Mr. Revannus, lalu jam 2 siang anda memiliki pertemuan dengan Mr. Alexander, jam 5 sore dengan Mr. Dominic, dan jam 9 malam anda kembali memimpin meeting dengan Liels Corporation." Jelas Nina dengan panjang lebar.

Aku memijit keningku, menghela nafas gusar memikirkan hari ini aku akan sangat sibuk seharian
.
"Tunggu, kenapa aku mempunyai dua jadwal dengan Liels Corporation?" Tanyaku pada Nina.

"Maaf, sir. Itu memang kehendak anda dua hari yang lalu." Jawab Nina.

"Ubah jadwalku, Nin. Sekarang aku ingin dua kali pertemuan itu menjadi satu kali. Dan untuk pertemuan dengan Mr. Dominic, undur ke minggu depan. Aku ingin jam 12 sampai jam 3 sore jadwalku dikosongkan. Kau masih punya waktu satu jam untuk merekapnya ulang." Putusku. Aku sudah terlalu lelah akhir-akhir ini, belum lagi mommy yang semakin gencar merengek minta cucu.

"Ta-tapi, Sir.

"Aku tidak mau tau, ya atau tidak?" Tanyaku dengan nada mengintimidasi.

"Ba-baik, Sir. Akan saya kerjakan." Setelah itu Nina keluar dari ruanganku.

Aku menunggu waktu meetingku dengan mempelajari materiku dengan serius, sambil menyesap kopi hitam tanpa gula di gelas kaca bening yang sudah disiapkan Office Boy tidak lama sebelum aku tiba tadi.

"NIELL!!?" Hampir saja aku menumpahkan kopi yang masih di dalam mulutku yang belum sempat ku teguk. Kebiasaan wanita di depanku ini ketika mengunjungi aku dikantor seharusnya sudah ku tebak.

"Kapan kau pulang dan membawa calon menantu ku, huh?" benarkan, untuk kesekian kalinya aku bosan mendengar rengekan mommy.

"Ayolah, Mom. Kau datang hanya untuk menanyakan hal tidak penting itu? Setidaknya berikan putra mu satu-satunya ini pelukan hangatmu dulu." Ucapku.

Mommy kemudian berjalan ke arahku dan memelukku. Setelah itu ia kembali mengomel.

"Tidak penting apanya, kau bilang!? Mommy sudah tua dan ingin menggendong cucu mommy. Lagipula umurmu sudah matang untuk segera menikah, Niell"

"Mom, aku akan memberimu cucu kalau itu yang mommy inginkan. Tapi menikah? Aku belum menemukan wanita yang cocok denganku." Setelah mengucapkan itu, Mommy memukulkan tas kepadaku.
"Awh!!"

"Cucu dari siapa, huh? Mommy tidak ingin kau menghamili wanita jalang yang kau tiduri di nightclub. Mommy juga tidak ingin mempunyai menantu jalang, kau tahu!??" Mommy kembali mengomel, kali ini disertai dengan pukulan kecil dari tasnya.

Second Chance: Hi, Future Wife!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang