[05] Lunch

8 0 0
                                    

Happy reading ❤

Dahulukan vote tidak ada salahnya, kan? Kasih aku dukungan, please!

----------------------------------

Mobil Niel sudah tiba di parkir khusus petinggi kantor miliknya. Tangan mereka masih berpautan, sejujurnya Niel enggan untuk melepaskannya, tapi jika tidak dilepas, bagaimana caranya keluar mobil.

Niel keluar mobil kemudian membukakan pintu mobil untuk Alea.

"Padahal aku bisa membuka sendiri. Aku masih punya tangan." Ketus Alea ketika ia sudah keluar dari mobil.

"Ayolah, aku sudah minta maaf." Ucap Niel. Alea tidak menghiraukan.

"Sayang." Panggil Niel lagi.

Alea langsung melotot dihadapan Niel, "Jangan panggil aku seperti itu, bodoh!!" Alea mengatai Niel bodoh? Neil terkekeh dan tidak ingin memperpanjang perdebatan mereka.

"Ayo!" Neil menggiring Alea dengan memeluk pinggang ramping gadisnya.

"Lepas Niel! Semua karyawanmu menatap kita." Ucap Alea berusaha melepaskan rengkuhan Niel.

Niel mengeratkannya, "Diamlah, biarkan saja mereka tahu kalau kau milikku." Balas Niel.

Para karyawan bahkan resepsionis menatap kearah bosnya dan gadis disampingnya. Tidak sedikit para karyawati yang menatap bosnya kecewa karena sudah ada pendampingnya. Hilang sudah kesempatan mereka untuk merebut hati si bos.

"Wanita itu pacar Mr. Christon?"

"Lihat mereka memakai cincin, sepertinya mereka tunangan.

"Beruntung sekali wanita itu, aku jadi iri."

"iya, seandainya aku yang diposisi wanita itu."

Alea memutar bola matanya jengah, niat berbisik tidak sih? Sampai terdengar ke telinganya. Niel pun hanya mampu menebalkan telinganya.

Mereka memasuki lift dan tidak lama setelah itu mereka tiba di lantai duapuluh dimana ruangan Niel berada. Tidak lupa, seperti biasanya, sekretaris Niel yang berada di mejanya menyapanya.

"Siang Mr. Christon." Sapa Nina sambil membungkukkan sedikit badannya. Dan Niel hanya membalas dengan anggukan.

"Siang Mrs.--

"Alea." Ucap Alea.

"Ah ya, siang Mrs. Alea." Nina melakukan hal yang sana kepada Alea seperti halnya kepada Niel tadi beserta senyuman sopan.

"Jangan panggil aku Mrs. Aku lebih muda darimu. Panggil Alea saja." Ucap Alea sambil membalas senyuman Nina kepadanya dengan sopan.

"Sayang, ayo masuk" Niel menarik Alea ke dalam ruangannya.

Setelah masuk ruangan, Alea hendak membuka mulut untuk memprotes Niel karena memanggilnya dengan sebutan itu lagi dan menariknya dengan tidak sopan dihadapan sekretarisnya, Niel lebih dulu membuka suara. Bukan tidak sopan seperti menarik sapi, tapi tidak sopan menurut Alea adalah Niel menariknya dengan rengkuhan tangan pria itu dipinggangnya. Sangat kurang ajar, bukan? Mereka belum menikah. Catat itu.

"Kamu tunggu di kamar saja ya, aku akan melanjutkan pekerjaanku sebentar." Ucap Niel.

Hah? Memangnya kantor ini rumah? Masa iya ada kamar? Alea jadi bingung sendiri. Dimana letak kamar yang dimaksud Niel.

"Dimana? Ini kantor atau rumah? Ada kamarnya?" Tanya Alea polos. Maklumkan saja, Alea baru akan lulus kuliah jadi dia belum pernah menginjakkan kakinya ke kantor pribadi seperti milik Niel. Kalau punya Daddynya ia pernah sekali, itupun saat ia berumur 10 tahun, mana dia ingat coba. Niel terkekeh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second Chance: Hi, Future Wife!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang