Pertemuan

13 4 3
                                    

Hari ini langit Semarang begitu cerah seperti mendukungku untuk pergi hari ini, aku akan pulang kekampung halamanku di Malang siang hari ini, semua barang ku sudah ku siapkan tak lupa juga aku membeli oleh oleh khas Semarang yang akan ku berikan kepada bunda dan ayah.

Aah mengingat tentang bunda dan ayah aku sangat merindukan mereka berdua, mereka yang mendengar kabar aku akan pulang hari ini sangat bersemangat menyambutku karena jika menurut jadwal biasanya aku pulang ke malang, aku akan pulang 2 bulan lagi bertepatan dengan libur kerjaku tapi aku terpaksa harus mengambil cuti kerja karena afifa.

Afiffa dia adalah adik tingkatku di kampus  dulunya, kami dekat karena sama sama berasal dari Malang dan berakhir menjadi teman satu kosan sekarang, sekarang dia sedang pergi mencari oleh oleh yang akan di bawanya.

Aku masih ingat betul 2 minggu yang lalu afifa menangis di hadapan ku  sambil menceritakan keadaan ibunya yang sedang sakit dan kakaknya yang sangat jarang pulang ke Malang. Aku sudah menganggap afifa sebagai adik ku sendiri karena aku lahir sebagai anak tunggal kehadiran afifa cukup membuat ku terhibur apalagi saat aku merasa pusing dengan pekerjaanku.

TOK TOK TOK  ketukan pintu membuat ku berdiri  dan bergegas membukanya sepertinya afifa sudah pulang.

“udah selesai belanjanya fa?”

“udah mbak”

“ yaudah kamu ganti baju dulu sana fa, terus kita siap siap ke stasiun biar mbak pesankan taksi untuk kita kesana?”

“iya mbak”  jawab afifa dan langsung menuju ke kamar nya

Sekitar 20 menit aku mendapatkan telpon bahwa taksi yang ku pesan sudah berada di depan kosan kami.

“afifa udah belum, taksinya udah di depan nih” teriak ku

“udah mbak udah” teriak afifa tak kala kencang dan sedikit berlari ke arahku

“gak usah lari lari nanti jatuh”Anak itu hanya menjawabnya dengan cengengesan

*

Sekarang kami berada di stasiun Semarang poncol , karena stasiun ini yang paling cepat jika menuju keMalang, memerlukan waktu 7 jam untuk sampai ke Malang sekarang jam 2 kemungkinan akan sampai ke Malang jam 9 malam nanti.

“ini kursi kita mbak” ucap afifa pada ku , aku hanya mengikutinya dan langsung duduk di kursiku.

Setelah duduk afifa membuka pembicaraan

“mbak makasih ya mbak udah baik banget sama afifa, mbak sampe cuti kerja cuman buat nemenin aku pulang ke Malang, pasti nanti kalau kita balik ke Semarang pekerjaan mbak numpuk banget”

“afifa yang ada mbak yang ngucapin terimakasih ke kamu, karena kamu mbak bisa pulang lebih cepat buat ketemu bunda sama ayah”

“inti nya mbak adalah mbak yang paling aku sayang didunia ini, mbak tau kan aku gak punya kakak perempuan, aku cuman punya kakak laki laki yang gila kerja dan gak pernah pulang”

“emang mas mu kerja apa sampe jarang pulang fa?” tanya ku pada afifah

“dia punya restoran di Surabaya mbak,padahal restorannya juga punya cabang di malang tapi dia lebih milih ngurus yang di Surabaya, kalau aku tanya kenapa kakak jarang pulang dia gak pernah mau jawab, cuman nih ya mbak aku pernah denger dia debat sama papa tentang kenapa dia jarang pulang, katanya sih ada hal yang buat dia gak mau di Malang,katanya itu nyakitin dia”

“fa itu mungkin semacam masalah pribadi masmu deh”

“bisa jadi mbak”

Kemudian perjalanan kami hanya diisi dengan beberapa pembicaraan kecil dan lebih banyak di isi dengan tidur. Sekarang kami telah sampai di stasiun Malang

“mbak ini udah jam setengah 10 ternyata, rumah mbak lumayan jauhkan dari sini ?”

“enggak ko fa dari sini ke tempat mbak cuman butuh 15 menit kalau naik motor kecepatannya pelan”

“tapi mbak ini udah malam, gak ada ojek motor sekarang pokoknya mbak nginep dirumah afifa aja malam ini, bentar lagi papa jemput”

“tapi fa” belum sempat aku melanjutkan pembicaraan ku afifa sudah menyanggah terlebih dahulu

“gak mbak pokoknya harus, mbak anggap ini ucapan terima kasih afifa ke mbak, karena mbak udah nemenin afifa pulang , ya mbak afifa juga udah bilang ke papa afifa katanya boleh mbak, terus papa sama mama juga mau ngucapin terimakasih langsung ke mbak”

Aku yang gak tega ngeliat afifa yang udah masang mata berbinarnya hanya bisa mengangguk pasrah

“yaudah mbak telpon ayah mbak dulu biar mereka ngak khawatir”

“yes, afifa sayang banget sama mbak” ucap afifa riang sambil memelukku

“bentar fa lepasin mbak dulu, ini mbak lagi mau telpon ayah mbak”

“hehe abisnya afifa seneng banget mbak”

Aku pun menelpon ayah untuk meminta izin, ayah dengan mudah saja memberikan izin karena ayahku pun sudah sangat hafal dengan nama afifa karena begitu sering aku menceritakan afifa jika aku sedang menelpon ayah dan bunda, selesai aku menelpon afifa langsung bertanya.

“gimana mbak di bolehin?”

“iya di bolehin”

“yesssss”

Tepat didepan kami sekarang mobil Daihatsu terios berwarna putih berhenti, seorang pemuda bertubuh tinggi berjalan kearah kami.

*deg aku terdiam membeku, dia kenapa ada disini banyak pertanyaan dalam benakku sekarang, sampai akhirnya afifa membangunkan ku dari lamunan.

“kok kakak sih yang jemput bukan papa, tapi tumben kakak pulang, eh aku sampe lupa, mbak re kenalin ini kakak ku Adinata Prasaja Caesar  panggil aja nata mbak, mbak seumuran kok sama kak nata”

Tak ada senyum aku hanya diam begitu juga dia, dia menatapku dari atas sampai ke bawah , tatapan itu membuat ku merasa terintimidasi .

“kamu gak banyak berubah Regina Qamela Sezja”

cukup satu kalimat itu sudah bisa membuat semua kenangan kami kembali terputar dalam memori ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA KITA KATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang