Malika P.o.V
Aku turun tepat di tengah hutan belantara. Sendirian tanpa ada siapapun. Aku gemetar dan masih belum percaya dengan semua ini. Terjebak di sebuah pulau dengan misi saling membunuh. Parahnya lagi, aku berada dalam satu arena dengan kakakku sendiri. Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya apabila aku bertemu dengan Ambika. Apakah aku harus pasrah dan merelakan Ambika membunuhku? Atau aku harus membunuh Ambika terlebih dahulu agar selamat?
Sebenarnya, aku ingin pergi dari arena ini dengan selamat tanpa harus melukai siapapun. Menurutku, yang harus dilawan adalah orang-orang dibalik semua ini. Dengan santainya mereka menonton dan mengawasi kami dibelakang layar tanpa harus merasakan semua ketegangan ini. Dengan seketika aku membenci mereka semua. Mungkin yang harus kulakukan pertama kali adalah mencari aliansi yang memiliki satu pemikiran denganku. Satu-satunya peserta yang ku kenal di sini hanyalah Malika. Aku harus mencarinya. Aku yakin, ia pun memiliki pemikiran yang sama denganku.
Setelah merasa siap untuk berjalan dan menyusuri arena, aku mengecek isi ransel. Ada satu botol minum kosong, sebuah peta lengkap dengan spidol untuk menandai arena, tali, pisau lipat, dan sebuah golok yang lumayan besar. Mungkin ini bagian dari senjata yang kudapatkan. Aku mengeluarkan peta dan mencoba untuk mencari keberadaanku sekarang. Sepertinya, kini aku tengah berada di hutan bagian utara. Tak jauh dari hutan itu terdapat sebuah pantai, sepertinya aku harus pergi ke sana. Jujur, aku agak sedikit takut jika harus berlama-lama berada di hutan seperti ini. Terasa sempit dan feeling-ku berkata bahwa aku akan sangat kewalahan jika bertemu dengan peserta lain di sini. Ku gendong ranselku dan tanganku memegang erat golok yang kudapatkan sebagai senjata bertahan hidup.
Aku berjalan sambil menebak-nebak arah yang benar untuk menuju garis pantai. Kupasang pendengaranku sebaik mungkin dan sejauh ini aku belum menemukan siapapun yang melitas di sekitarku. Waktu berjalan sekitar satu jam dan aku mulai merasa kelelahan. Kuputuskan untuk beristirahat sejenak. Kebetulan, aku mendengar suara gemericik air tak jauh dari tempatku berada sekarang. Tiba-tiba saja tenggorokanku terasa sangat kering. Kuikuti suara itu dan aku menemukan sebuah aliran sungai kecil dengan air yang sangat jernih. Segera ku keluarkan botol minumku dan kuiisi semuanya dengan air.
Namun sesuatu hal tak terduga terjadi kepadaku. Tiba-tiba saja sebuah anak panah melesat dan terdengar mendesing di telingaku. Suara tawa menggema. Bukan hanya satu orang, tapi ada beberapa orang lainnya.
"Ambika! Lihatlah, sepertinya orang yang sedari tadi kau cari sudah menampakkan dirinya sekarang." Seru seorang pria bertubuh tinggi di hadapanku
Tak berapa lama setelah itu, aku menemukan Ambika. Ia menatapku dengan tatapan tajamnya yang menakutkan. Saat pandangan kami bertemu, ia memberikan senyum. Bukan senyum yang bersahabat, melainkan senyum yang di dalamnya penuh kebencian.
" Well, finallly I found you my little sister. Kau sedang kehausan ya? Kasihan sekali."
"Ambika? Itukah kau? Akhirnya aku menemukanmu."
"Kenapa kau mencariku? Apakah kau juga ingin membunuhku adik manis?"
"Tidak Ambika, dengarkan aku. Aku ingin mengajakmu untuk pergi dari arena ini. Ayolah, kita semua sedang dikorbankan oleh orang-orang biadab itu. Aku ingin kita berdua selamat dan pergi dari sini. Kembali dalam kehidupan kita yang normal, seperti biasa."
"Apa? Kehidupan yang normal katamu? Sejak kapan aku merasakan kehidupan normal hah? Sejak kapan kehidupanku diisi dengan penuh kesenangan? Aku tak pernah merasakannya karena kau selalu menghalangi kebahagiaanku Malika."
Baru kali ini aku mendengar Ambika semarah itu. Jadi selama ini ia selalu merasakan ketidak adilan dalam dirinya. Seketika aku merasakan kesedihan dalam dirinya. Tapi, aku tidak pernah merasa bahwa hidupku menghalangi kebahagiaannya. Aku selalu menghargainya sebagai kakakku dan aku selalu bersikap adil. Tapi kenapa ia merasakan hal yang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIR
Mystery / Thriller"Jangan membicarakan kematian, karena tanpa dibicarakan pun ia akan datang tepat pada waktunya"