Sixth

1K 116 14
                                    

Saat ini Jean hanya bisa menangis sejadi jadinya di kamar apartemen miliknya.

Jean tahu akan berbahaya untuknya jika sendiri di keadaan yang seperti ini.
Waktu sudah menunjukan tengah malam ketika Wendy tidak segera menjawab teleponnya.
Jean sedih, kecewa, takut, dan kalut.
Jean tidak tahu harus menghubungi siapa ketika pikirannya penuh dengan perintah untuk mengambil pisau dan segera mengakhiri hidupnya, namun Jean tidak mau mati memalukan seperti itu, walaupun hal itu sudah berkali kali melintas di pikirannya sejak dulu.

Biasanya Doyoung yang selalu datang saat keadaan Jean terpuruk seperti ini. Namun tidak mungkin bagi Jean untuk menghubungi Doyoung sekarang ini.
Doyoung berada di tempat yang sangat jauh sekarang, yang bahkan Jean tidak bisa mencarinya di seluruh sudut dunia ini pun.

Tiba tiba Jean teringat teman barunya yang bernama Jirome itu. Dia langsung menelpon Jirome karena emosinya yang semakin mendesak Jean untuk mengakhiri hidupnya.

"Hallo" Jawaban dari sebrang sana.

"Jirome" Jawaban Jean sambil sesenggukan menahan tangis membuat Jirome langsung membelalakan matanya yang daritadi sudah sangat mengantuk.

"Jean? Kenapa?"

"Bisa ke apartemeneku sekarang?" Jean yang masih dengan menahan tangisnya yang membuat Jirome semakin kawatir.

"Bisa, tunggu 15 menit lagi ya."

"Bisa nggak matiin teleponnya?"

"Bisa"

Setelah bersiap , Jirome langsung mengeluarkan mobil dari basement rumahnya. Dengan kecepatan cukup tinggi Jirome melajukan mobilnya menuju apartemen Jean karena jaraknya cukup jauh dengan rumahnya.

Benar saja jika sambungan telepon mereka belum terputus dari tadi, hanya terdengar sesenggukan kecil Jean di sebrang sana.

"Jean?"

"Iya?"

"Tunggu sebentar lagi ya"

"Iya."

Jirome sudah sampai di parkiran apartemen Jean. Jirome langsung lari menuju lift, namun lift sedang terpakai sehingga Jirome jarus naik tangga darurat ke lantai 3 karena sudah tidak bisa menahan kekhawatirannya.

Sampailah Jirome di depan pintu apartemen Jean yang diketahuinya saat mengantarkan Jean kemarin.

"Jean, buka pintu apartemennya"
Perintah Jirome ke Jean masih dari sambungan telepon.

Tanpa menjawab Jean langsung lari dari kamarnya untuk membuka pintu apartemennya.

Saat pintu apartemen terbuka Jaehyun melihat Jean yang masih menggunakan dress hitam formal tanpa lengan dengan rambut dan makeup yang terlihat sudah  sangat acak acakan.

Jirome langsung menutup pintu apartemen dan memeluk Jean yang langsung menangis di pelukannya.
 
Pelukan yang berlangsung sekitar 10 menit tersebut terasa sangat lama bagi Jirome. Jirome tidak tahu apa yang membuat Jean terlihat menyedihkan seperti ini sampai Jirome memutuskan memberi Jean minum air putih karena suara tangisannya mulai serak.

"Minum dulu Je." Jirome memberikan segelas air putih kepada Jean yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

Jujur saja Jirome kaget melihat isi apartemen Jean yang berantakan seperti diacak acak oleh seseorang.

Pikiran Jirome sudah melayang kemana mana, namun sekarang ini Jirome tidak yakin untuk menanyai Jean karena keadaannya yang kacau.

"Makasih." Jean langsung menengguk habis air putih yang diberikan Jirome karena jujur saja dia haus.

VIP || JAEHYUN JOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang