Jisung berlari menyusuri koridor untuk menuju toilet.
Air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir membuatnya merasa malu hingga harus berlari dengan wajah menunduk.
Sesampainya didepan toilet, ia mendengar suara lelaki yang cukup berisik.
Ramai, pikir Jisung. Ia tidak ingin tangisannya dilihat orang lain.
Si manis pun memutuskan untuk pergi dari sana dan berjalan menaiki anak tangga. Namun, baru lima anak tangga yang ia naiki, kakinya mendadak berhenti.
Ia memilih untuk duduk disana mengabaikan bel yang sudah berbunyi dan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya itu.
.
.
.
"Baiklah, mari kita biarkan dia untuk berkhayal di pagi hari"
"Tidak perlu sampai seperti itu, Jisung. Aku sanggup kok memberimu banyak uang asalkan kau mau memuaskanku"
Seorang lelaki berjalan menghampirinya.
Pipinya dielus bahkan dengan kurang ajarnya lelaki tersebut mengecup singkat pipi gembil milik si manis.
Jisung yang diperlakukan seperti itu segera menampar pipi teman sekelasnya. Ia menatap nyalang dengan nafas memburu karena marah.
"Ck, sudah murahan tidak tahu diri!"
.
.
.
Sial, pikir Jisung.
Entah mengapa disaat keadaannya sedang seperti ini ia selalu menginginkan Minho datang.
Dan mengingat Minho justru semakin membuat perasaannya sakit. Sudah terbully, perasaannya pun ikut tersakiti. Malang sekali, pikirnya.
Ia terisak, beberapa kali mencoba agar tangisnya berhenti dan beberapa kali pula gagal.
Tangannya masih terus setia menutupi wajahnya itu. Kepalanya ia sandarkan pada dinding disebelahnya, lantas rasa kantuk pun datang tanpa memperdulikan bahwa jam pelajaran pertama sudah dimulai sejak tadi.
Jisung lelah, ia mulai memejamkan matanya sebelum akhirnya suara seseorang menginterupsi pendengarannya.
"H-hyung...." Jisung segera berdiri saat tahu siapa yang datang. Ia menunduk guna menyembunyikan wajahnya itu.
"Hiks...."
Sial, pikir Jisung.
Bisa-bisanya ia kembali terisak disaat Minho sudah berdiri dihadapannya.
Lantas lelaki yang lebih tua darinya itu segera memegang dagu si manis agar mendongak guna melihat wajahnya.
"Kau menangis disini?"
Jisung tidak menjawab, ia menepis tangan Minho dan kembali menunduk.
"Ayo aku antar ke kelas!"
Begitu Minho menarik lengannya, Jisung berusaha sebisa mungkin untuk menahan diri. Ia tidak ingin kekelas untuk saat ini, sungguh. Namun lelaki dengan hidung mancung itu malah menatapnya dengan tajam seakan dirinya lah egois disini.
"Masuk Jisung, jam pertama sudah di mulai!"
"Hiks- tidak mau, hyung!"
Minho menggeram, ia memegang kedua bahu Jisung dan menatapnya dengan lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNAUD [Minsung]✓
FanfictionHan Jisung hanya beruntung dapat masuk ke sekolah elite ini, itulah yang dikatakan semua murid disana. Padahal bagi Lee Minho, Jisung itu bagaikan buah Strawberry Arnaud yang sangat mahal dan berharga. . . . . . "Mengapa tidak mengatakan pada merek...