Pagi yang cerah tidak membuat lelaki berpipi gembil tersebut merasakan keceriaan sama sekali. Ia terduduk di sofa yang berada dikamarnya itu sembari menghadap keluar jendela.
Rindu, ia merindukan kedua orang tuanya. Ingin sekali melakukan panggilan video pada kedua orang tuanya itu jika saja keadaannya sedang tidak seperti ini.
Tangisan tidak lagi turun dari mata indahnya, ia berteguh hati agar menjadi orang yang lebih kuat lagi.
Dirinya tidak bisa terus mengandalkan Minho dan orang lain, begitulah pikir si manis.
Untunglah hari ini adalah hari minggu, jadi ia dapat beristirahat sejenak dari rasa sakit yang menimpa fisik dan juga hatinya-
'Cklek
"Jisung?"
-ah, atau mungkin tidak.
"Ya?"
Karena ketika melihat Minho, ia akan merasa senang dan sakit secara bersamaan.
"Ayo sarapan" Minho masuk kedalam dengan sebuah nampan yang terdapat mangkuk berisi bubur dan juga air putih untuk si manis.
Jisung mengangguk, ia berdiri dan meraih nampan yang dibawa oleh Minho.
"Tidak, biar aku suapi" Minho menjauhkan nampan tersebut dari Jisung.
Ia mengkode agar si manis segera terduduk, namun tidak juga dilaksanakan.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri" dengan suara lembut ia mencoba untuk meraih nampan yang dipegang oleh Minho.
Namun Minho tetap pada pendiriannya, lelaki itu berdiri tegak dan menatap tak suka ke arah Jisung yang terus menolak.
"Duduk, Ji!" Perintahnya.
Jisung mendesah pasrah, ia mendudukkan dirinya diatas kasur sembari bersandar pada headboard yang ada.
Lelaki yang satu tahun lebih tua darinya itu juga segera mendudukkan dirinya ditepi ranjang. Ia mengarahkan suapan pertama pada Jisung.
"Hyung?" Jisung menatap ke arah sendok yang berada dihadapannya.
"Hm?"
"Kau tahu? Aku senang karena hari ini aku dapat terbebas dari rasa sakit disekolah-"
" -tapi ternyata rasa sakit itu juga masih ada disini" matanya menatap lekat ke arah Minho.
Ia menatap teduh pada lelaki tersebut lantas segera menundukkan kepala saat dirasa Minho menyadari arti dari perkataannya.
Minho menurunkan sendoknya dan kembali ia letakkan pada mangkuk berisi bubur tersebut.
Raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, ia segera meletakkan nampan tersebut diatas nakas dan berjalan keluar dari sana.
Melihat Minho yang sudah pergi, si manis pun segera meraih mangkuk tersebut dan mulai menyuapi dirinya sendiri.
Ia menatap kosong kedepan, mulutnya masih terus menelan bubur buatan Minho, dan tanpa disadari air mata kembali mengalir tanpa seizinnya.
Ah, kenapa air mata kembali mengalir disaat dirinya sudah berteguh agar tidak lagi menangis?
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNAUD [Minsung]✓
FanfictionHan Jisung hanya beruntung dapat masuk ke sekolah elite ini, itulah yang dikatakan semua murid disana. Padahal bagi Lee Minho, Jisung itu bagaikan buah Strawberry Arnaud yang sangat mahal dan berharga. . . . . . "Mengapa tidak mengatakan pada merek...