Ayam berkokok dengan merdu, sinar kehidupan telah muncul diufuk timur. Aku bangun saat mendengar alarm yang terletak disamping tempat tidurku mengeluarkan suara yang bisa memekakkan telinga pada saat jarum panjang pas berhenti di angka enam. Sambil mengucek mata Ku lihat kalender,"waduh!, sekarang hari senin lagi, Mana sekarang upacara, aku harus buru buru!"segera aku mengambil handuk dan bergegas kekamar mandi.
"Awann!!, Buruan turun!, Sarapan sudah siap nih."nenekku berteriak yang membuat rumah ku bergetar.
Memang di rumah ku saat ini hanya dihuni oleh aku dan nenekku saja, kedua orang tuaku sedang pergi keluar kota. Aku turun sambil menggendong tas dan langsung duduk tepat dihadapan nenekku."kamu berangkat seperti biasa ya!, Naik angkot." Kata nenekku sambil mengoleskan selai coklat ke rotiku.
"Oiya nek, Awan buru buru!, sini nek rotinya, Awan sarapanya sambil berangkat aja."kataku sembari mengambil roti yang di sodorkan nenekku.
Rumahku terletak cukup jauh dari sekolah, karena memang rumahku termasuk daerah pelosok atau ujung desa, jadi ya kalo setiap hari senin aku terpaksa berangkat lebih awal.
"Eh Awan.. tumben dateng cepet."Kata satpam sekolahku.
"Iyalah pak, kan sekarang hari senin." Kataku sambil mencium tanganya.
Inilah sekolahku, sekolah yang telah memberikanku banyak cerita, pengalaman, dan di sini juga aku mengenal DIA.
***
Setelah selesai upacara, murid-murid langsung berhamburan ke kelas masing-masing. Kelas ku yang berada tepat disamping lapangan tidak perlu membuat diriku menambah beban kakiku ini.
Bel pelajaran pertama pun berdenting..
***
Saat bel tanda pelajaran pertama usai, semua teman sekelasku berhamburan ke toilet untuk mengganti pakaian. yap hari ini kelasku bermata pelajaran olahraga. Gurunya terkenal galak dan disiplin, hukumanya bisa menyiksa batin, tapi justru tak apa, karena itu bisa membuat kami disiplin. Contohnya tadi, saat bel pelajaran usai, satu kelas lari berhamburan mengganti pakaianya ke toilet.
Saat aku ingin ganti baju, ada DIA sedang kebingungan.
"Ra, kamu kenapa, kok kaya lagi kebingungan?"tanyaku sambil menghampirinya.
"Ini wan, seragam olahragaku ketinggalan."
"Yaudah nih pake seragam aku aja."
"Ntar kalo kamu dihukum gimana."
"Yaa gak papalah, dari pada cewe secantik kamu yang dihukum."kataku sambil menyodorkan seragam olahragaku
"Makasih ya wan.. Ternyata kamu baik banget ya!"
"Hehe, udah sono buruan salin!, Udah bel dari tadi nih."
"Siap Awan"sambil memposisikan tangan bak TNI hormat.
Aku memperhatikan Aurora yg sedang berlari ketoilet, yaps dialah yang kumaksud DIA itu.
Aurora adalah gadis yang kutaksir dari awal kakiku memijakan sekolah ini. Dia murid terpintar dikelasku, dan dia juga menjadi kembang sekolahku. Dia sholehah, baik, sopan.
Bagiku dia seperti fatamorgana ditengah padang pasir.Setelah semua murid kelas 9F sudah berbaris rapih dilapangan, guru yg terkenal disiplin pun datang.
karena pakainku beda sendiri, jadilah guru mata pelajaran itu menatapku.
"Kenapa kamu gak make seragam olahraga!?"guru itu sambil memerhatikanku dari atas sampai bawah.
"Ketinggalan pak!"
Praakk!!, suara tamparan yang mengenai pipiku
Aurora ditempatnya berdiri mengalirlah air dari sudut matanya.
"Awan kamu baik banget, sampe rela ditampar demi aku"ujarnya dalam hati sambil mengusap air mata."Nggak ada alasan!, kamu lari keliling lapangan sepulih kali!,buruann!!"
Dengan sempoyongan aku pun lari mengelilingi lapangan.
***
Selesai olahraga saat aku ingin duduk.
"Awan, bapak minta maaf ya!, bapak kaya tadi tuh agar anak anak disiplin."
"Iya pak, awan paham kok, lagian juga awan yang salah."
"Kamu memang anak baik Wan."guru pelajaran olahraga sambil menahan haru.
"Semoga kamu jadi anak sukses dan sholeh ya Wan!, Bapak kekantor dulu."
"Iya pak, aamiin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan
Teen FictionNamaku Awan, usiaku 15 tahun, kelas sembilan. Aku di beri nama Awan oleh kedua orang tua ku, oleh sebab itu di saat aku melihat awan, aku seperti melihat diriku sendiri. aku merasa tenang jika sudah melihat awan.