Aleta beranjak dari bangkunya untuk ke toilet karna kebelet. Ia sudah meminta izin ke guru mapel yang sekarang mengajar dikelasnya.
Disaat Aleta menuju ke toilet
ia melihat Qiana dkk berada disana seperti menunggu seseorang.Aleta yang merasa feeling nya tidak enak pun segera menepis feeling nya.
Ia dengan percaya diri melewati Qiana dan kawan-kawannya. Aleta membuang jauh-jauh fikiran yang nggak-nggak.
Disaat Aleta melewati Qiana dkk dan sampai di toilet ia bernapas dengan lega. Memang fikirannya saja yang lagi tidak-tidak.
Sesudah Aleta membuang hasrat yang sedari tadi ia tahan dikelas karna dikelasnya yang mengajar sekarang termasuk guru yang paling ditakuti atau bisa dibilang guru-killer.
Seusai membuang waktunya ditoilet Aleta beranjak keluar dari toilet.
Namun ada seseorang yang menghalangi Aleta untuk keluar dari toilet. Ialah Qiana dan kawannya.
"Permisi gue mau keluar" lembut Aleta sambil menatap Qiana.
"Jangan sok lembut deh lo" sarkas Qiana yang tidak suka dengan Aleta. Qiana sejak tadi sudah sangat memendam ingin mem-bully Aleta.
Toilet yang Aleta singgahi memang termasuk toilet yang sepi tidak pernah ada guru yang menginjak toilet itu dan melewatinya. Karena toilet siswa dan guru dipisahkan ada toilet buat guru dan ada toilet buat siswa.
Teman Qiana yang tak lain Nesya dan Salsa langsung menanggapi kode dari Qiana untuk mencegah Aleta untuk keluar dari toilet.
Nesya dan Salsa mencengkram lengan Aleta dengan kuat membuat Aleta meringis kesakitan ia yakin tangannya sudah kemerahan atau bengkak. Apalagi luka dipergelangan tangannya masih perih.
"Gue ada masalah apa sama lo?" tanya Aleta yang menahan kesakitan karna cengkraman Nesya dan Salsa.
"Lo ada masalah besar sama kita camkan itu" ucap Salsa dengan menambah cengkramannya dilengan Aleta.
"Lo dengan beraninya kecentilan depan Alvaro. Sok belain adek kelas yang kemarin Alvaro hajar. Itu lo sengaja kan agar lo dapat perhatian dari Alvaro. Dasar lo cewe murahan. Petekilan hahaha" lantang Qiana dengan sangat emosi sambil menjambak rambut Aleta.
Aleta hampir mengeluarkan cairan bening dari matanya karna sekarang ia sangat kesakitan ditambah dengan jambakan dirambutnya.
"Gue sama sekali tidak cari perhatian sama cowok lo itu. Ngga sama sekali" bela Aleta karna ia tidak bersalah menurutnya perlakuan ia membela adek kelas kemarin membuatnya memang benar tidak seperti siswa lain yang hanya dengan senangnya menonton perkelahian itu.
"Jangan sok benar deh lo!" ucap Qiana menampar pipi Aleta dengan keras sehingga mungkin orang diluar mendengarnya.
"Gue juga lihat lo tatap-tatapan dengan Alvaro bitch" Qiana merasa tambah emosi ketika ia mengingat kejadian dikantin tadi disaat Alvaro dan Aleta tatap-tatapan. Ia tambah mengeraskan jambakan dirambut Aleta.
"Bukan gue duluan! Gue merasa ada orang yang merhatiin gue dan tanpa kesengajaan gue sama Alvaro saling bertemu pandang" Aleta hanya ingin masalah ini cepat selesai.
"Halah mana ada pelakor mau ngaku kalau ada mungkin kuburan dah penuh kali" sinis Salsa yang membela Qiana.
"Tanya juga sama teman lo itu yang tidak kalah sama murahan kayak lo jangan kecentilan! Malah nebar pesona ke semua orang lagi bikin jijik tau nggak! Anarkis. Sok cantik didepan inti Geng Elang Putih segala lagi " ucap Nesya yang juga tersulut emosi ke Aleta dan temannya.
"Menurut gue teman gue nggak salah. Kita hanya menjalankan tugas kami disekolah seperti umumnya diroster. Tidak ada tuh diroster untuk nebar pesona lah apalah yang membuat kalian marah sama gue sama teman gue" Aleta juga tersulut emosi karna Agatha dan Vania disangkut pautin.
Aleta tidak marah kalau ada orang yang mengejeknya tapi ia akan marah kalau ada orang yang mengejek orang yang ia sayang termasuk Agatha dan Vania, sabatnya.
"Berani banget lo sama kita. Lo ngga takut sama kita? ha?!!" Qiana makin emosi dengan keberanian Aleta.
"Kita kasih hukuman apa buat cewe ini guys" tambah Qiana yang bertanya kepada temannya dengan senyuman miring dan senang karna kederitaan Aleta sekarang.
"Gimana kalau kita siram aja nih cewe songong. Maupun kita ditoilet yang artinya kita bebas buat nyiramin dia" ide Nesya yang diangguki dengan senang oleh Qiana dan Salsa.
Aleta memancarkan wajah yang pucat dan lelah. Aleta termasuk anak yang cepat sakit jadi tidak heran kalau ia sering pucat tapi ia tetap terlihat cantik dimata semua orang.
Sekarang di dekat kaki Qiana ada dua baskom yang berisi air dan timbah.
Nesya dan Salsa tetap mencengkram tangan Aleta yang sangat terlihat jelas sudah membiru.
Aleta hanya pasrah dengan kelakuan Qiana karena ia sudah mencoba teriak berapa kali meminta tolong tapi tidak ada sahutan dan pertolongan.
Ia juga tidak bisa melawan karna 1 : 3 menurutnya itu sama saja keroyokan. Dan Aleta hanya perempuan yang fisiknya lemah.
Qiana dengan senyum menyiram Aleta dengan timbah yang berisi air. Disaat air dalam baskom sedikit ia mengangkatnya untuk menyiram Aleta dengan baskom yang tersisa air didalamnya.
Wajah Aleta sangat pucat dan ia menggigil karna airnya sangat dingin. Sudah dirasakan matanya sudah panas dan bengkak karna menangis.
Tak berlangsung lama disaat Qiana ingin melanjutkan untuk menyiram Aleta sesi ke dua ada seseorang yang mencegah nya dan membuat Qiana membeku dan terkejut ditempatnya.
"QIANAA" suaranya yang sangat lantang dengan kemarahan yang diubun-ubun.
------
gimana-gimanaa guys ?
lanjut ngga ?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO
Teen FictionAlvaro Argi Naruna . Alvaro adalah ketua geng Elang Putih yang sangat ditakuti disejagat jakarta. Alvaro adalah Most Wanted di SMA Tunas Bangsa , tak hanya ditakuti dan ketampanannya saja yang terkenal , melainkan sikap badboy nya juga . Aleta quenb...