....
Pagi hari adalah saat-saat rumah akan terasa ramai-ramainya, karena semua penghuni rumah itu sendiri belum pergi melakukan aktivitas masing-masing.
Meskipun ada beberapa rumah yang akan selalu sepi dan hampa kendati penghuni rumah masih di sana, itu tidak berlaku bagi kediaman Rajendra -- sebab rumah ini tidak akan pernah sepi seperti yang orang awan pikirkan.
Tujuh orang anak tentu sudah menjadi alasan mengapa rumah itu selalu ramai setiap saatnya. Ditambah satu menantu dan satu orang cucu.
Teriakan Ciara dan Jonathan yang saling beradu, ditambah cekcok antar-saudara kembar dari Gavin dan Gava yang selalu saja membahas seputar para wanita; tentu saja sudah menjadi alasan absolut.
Tapi perlu digaris bawahi, Gava dan Gavin selalu membahas wanita bukan karena keduanya memiliki hobby yang sama, melainkan karena Gavin jengah dengan kelakukan kembarannya yang terbilang mengerikan. Bukan karena Gavin juga suka bergonta-ganti pasangan seperti Gava.
Ada juga Rama si sulung dan Raffano si maniak buku, yang kini tengah menjadi penonton baik hati dengan hanya mengamati tanpa suara.
Oh, dan jangan lupakan nasehat-nasehat Ayah yang hanya ada sekali sebulan.
Ayah mereka adalah orang yang cukup sibuk. Hingga terkadang mengharuskan sang Ayah merantau dan akan pulang kembali sekali sebulan.
"Ciara berangkat sama gue!"
Nah, itu teriakan Gadis Pengacau lain di kediaman Rajendra. Oke, pengacau yang dimaksud di sini bukan pengacau dalam artian yang sesungguhnya.
Hanya saja bagi orang-orang pecinta ketenangan semacam pria yang kini sedang makan dalam diamnya, mulut berisik seperti Ciara dan Kashi masuk ke dalam Kategori Pengacau.
Bukan dia membenci hal tersebut, bukan, ia hanya risih dengan segala omong kosong dan gelak tawa mereka. Sebut saja Andi, pria berusia 25 tahun itu terkadang perlu menelan lebih banyak pil pemupuk kesabaran hanya untuk menghadapi kedua gadis kecilnya itu.
Oh, gadis kecilnya?
Oke, sebenarnya Ciara dan Kashi itu adalah dua orang gadis yang telah ia rawat sejak usia mereka masih 3 tahun, dulu sekali. Alasannya tentu karena mereka bertetangga dan juga relasi perkerjaan kedua orangtua mereka yang terbilang sangat baik. Orangtua Kashi dan Ayahnya juga sepertinya teman sejak dulu, jadi tidak heran jika ke mana sang Ayah bertugas, maka ke sana jugalah orangtua Kashi bertugas, namanya Fram.
"Sama gue aja, gue lagi nggak ada kerjaan pagi ini," suara berat khas lelaki menyahut membantah, "sekalian liat yang seger-seger di kampus lo berdua," katanya dengan tampang mesumnya yang entah sejak kapan muncul. Ayah saja sampai melirik kecil, merasa tak habis pikir.
"Kagak! Ciara sama gue aja, lagian gue masih mau puas-puasin pake mobilnya si Kanna dulu sebelum dia balik ke Bali." Kashi menolak mentah-mentah.
"Kapan Kanna kembali ke sana, Kashi?"
Andi menggeser arah tatapnya. Itu Ayah yang bertanya. Nada ramah khas seorang Ayah serta wibawa khas seorang workaholic mencuat begitu saja dari arahnya. Nampak seperti uap merah yang keluar dari dalam kulitnya seperti film-film Horor yang sering Ciara tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEUPHORIA
Romance[ THE SIBLING'S SERIES ] Malam itu semua bermula. Menjadi awal kebencian tak berujung juga tanpa asas, pun menjadi awal datangnya perasaan lain yang memuakkan serta tanggung jawab yang datang bersamaan di satu waktu, tanpa bisa diabaikan begitu saja...