[02] Bitter

117 16 0
                                    

....

Andi meneliti suasana ramai yang ada di luar kaca mobilnya, sama sekali tidak berniat mencari parkiran karna ia jelas tidak akan sudi berlama-lama di sana. Lantas, pria itu hanya berhenti di pinggir jalan di depan Salon itu dan melihat-lihat keluar, mencari presensi gadis bodoh semacam Kanna.

Rasanya Andi belum bisa memaafkan kebodohan Kanna yang kelewat bodoh itu.

Dalam hati ia merutuk. Apa gunanya tinggal di era serba canggih seperti ini jika pulang dari suatu tempat pun masih menyusahkan orang lain? Apa dia tidak tahu cara kerja ojek online yang sekarang sudah tersedia? Bukankah dia juga tinggal di kota yang mana mahir menggunakan kecanggihan elektronik?

Tapi kenap--ah, sudahlah!

Mengingat waktunya tidak cukup untuk berlama-lama atau sekedar menunggu Kanna keluar dari dalam sana, Andi memutuskan keluar dari mobilnya dan melangkahkan kakinya ke tempat khusus wanita itu. Andi berani bersumpah bahwa ia belum pernah menginjakkan kaki ke tempat semacam ini, pun jika bisa, Salon adalah tempat di urutan terakhir yang akan ia kunjungi selama hidupnya.

Kembali mengutuki Kanna, yang dengan sialannya membuat Andi harus menginjak lantai Salon dengan cara paling menyebalkan -- Andi masuk dan terkejut saat melihat seorang gadis muda datang menghampirinya.

Tebakan Andi mengatakan usia gadis ini mungkin 17 atau 18 tahun. Masih muda.

"Ada yang bisa kami bantu, Mas Ganteng?"

Andi menatap gadis yang hanya setinggi bahunya itu sekilas, lalu buru-buru menyapu pandang sembari menggeleng. "Tidak. Saya datang ke sini bukan untuk melakukan perawatan jenis apa pun, saya hanya sedang mencari seseorang." katanya mencoba sesopan mungkin.

Entah kenapa, otaknya memberinya perintah agar ia bersikap sopan pada gadis muda itu.

Gadis muda dengan rambut pendek di kucir satu itu menaikkan alisnya bingung. "Pacarnya, ya, Mas?"

Andi menunduk kecil kemudian melemparkan tatapan tanpa warna. "Bukan urusan kamu, kan?"

Gadis muda itu melotot tak percaya. Dua tahun ia bekerja di Salon, baru kali ini ia mendapatkan tatapan tajam dari seorang pengunjung; yang sialnya cowok itu kelewat tampan.

"Bisa kamu menyingkir dari jalan saya?" Andi kembali memberikan tatrum pada si gadis muda.

Oh, bagus. Perintah otaknya ternyata ia lawan sedemikian rupa.

Gadis itu mengangguk kaku lalu buru-buru meninggalkan Andi. Merasa lega karena gadis itu telah menjauh, Andi kembali menyapu pandang, mencari-cari di mana kiranya si bodoh Kanna berada. Ia bersumpah akan memberikan Kanna pelajaran karena telah berani mengambil waktunya tanpa bayaran sepeser pun. Ditambah kerugiannya yang harus berhadapan dengan gadis muda tadi.

"Andi?"

Andi berbalik. Oke, target ditemukan.

"Akhirnya kamu--"

Kanna menghentikan ucapannya dan segera mengikuti Andi yang sudah berjalan meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.

Setibanya diluar, tanpa berniat membukakan pintu seperti drama-drama di film, Andi langsung masuk ke dalam mobil mahalnya dan meninggalkan Kanna dengan bungkamnya.

Sial.

Baru saja Kanna ingin melemparkan protes pada si sialan Andi, suara klakson terdengar begitu keras hingga beberapa orang yang ada di sana dibuat terkejut dan melemparkan tatapan protes.

UNEUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang