[06] Hangover

81 9 5
                                    

* * *

Pukul 22.00

Acara hampir selesai, makanan juga sudah habis. Kini Fram dan Rajendra sudah berlalu ke ruangan kerja Rajendra untuk kembali membahas perkerjaan.

Sisanya, semua anak-anak dari kedua pria itu kini tengah berkumpul dan tertawa mendengarkan celotehan Sam yang nampak tangguh melawan ocehan Kashi.

Gava saja berulang kali menegur gadis itu agar jangan sampai membuat Sam menangis malam ini, karena akan sangat merepotkan. Tapi Kashi nampak tidak mau tahu, gadis itu sibuk mengoceh dan terus mengoceh untuk memancing emosi Sam yang nampaknya semakin datar saja, lempeng. Semakin hari semakin cuek.

Bukannya menangis, ketika merasa kesal, Sam akan memeluk Ayahnya dan menjukurkan lidahnya mengejek.

"Wah, songong! Mentang-mentang sama Dad berani melet-meletin Aunty kamu, ya, Sam?!" Rama tertawa mendengar omelan Kashi yang nampak jengkel pada putra sulungnya.

"Masih bocah, Shi, jangan digas, woi!" Raffa sebagai Uncle penuh energi itu menegur Kashi. Si tampan itu menghembuskan napasnya pelan.

"Tau nih, nggak bisa tidur tenang keknya kalo sehari nggak gangguin si Sam," Jonathan menatap Kashi jengah, mulutnya masih sibuk mencomot potongan buah yang ada di tangan adiknya.

"Berisik banget sih lo berdua. Suka-suka gue lah." Kashi beralih pada dua bersaudara yang duduk bersebelahan sambil menatapnya sinis. Bibirnya bergerak-gerak seakan mencibiri dua bersaudara itu.

"Ntar dia dendam sama lo, baru nyaho!" seru Jonathan.

"Noh! Dimusuhin ntar ... kelar lo." imbuh Raffa.

Lisa menyahut. "Enggak gitu juga kali, Jo, Raf." Wanita berbadan dua itu menatap dua adik iparnya hangat. Merasa tidak habis pikir dengan pemikiran kedua pemuda ganteng itu. Anak-anak, pada umumnya 'kan semua memaafkan. Mereka masih tidak tahu apa itu benci dan dendam.

"Sam kasian banget, ya, harus punya Aunty yang belum tamat SD," Gavin tergelak mengoloki Kashi.

"Bang Gav, air panas ada 'tuh di dapur." Kashi bersabda. Ah, bersarkas maksudnya. Dia balas menatap Gavin tidak senang.

"Gue punya nih," sahut Gavin mengangkat gelasnya berisi air hangat.

Kashi diam. Sepersekian sekon kemudian menyahut. "Bang Ipin, belain gue dong," rengeknya. Sok manja.

Gava menggeleng dengan tawanya yang selalu saja menawan. Kedua sudut bibir manisnya terangkat membentuk senyum lebar. Kantung matanya sedikit terangkat dan mengerut lucu di ujung mata, menambah kesan manis pada pria matang itu.

"Kamu duduk, jangan ganggu Sam lagi. Masalah selesai," Gava menyahut tenang.

"Tuh, dengerin Bang Ipin ngomong, Nta!" Ciara melemparkan popcorn milik Sam ke arah Kashi.

Merasa tersudut, gadis itu menjatuhkan bahunya lesu, lalu berjalan melangkah mendekati Andi yang hanya duduk diam memperhatikannya, kemudian menyandarkan kepala pada bahu lebar pria itu. Dia mengusap wajahnya semakin manja di sana.

"Sabar, ya, Shi," Andi mengusap kepala yang ada di bahunya lembut. Berniat menyalurkan sedikit saja semangat untuk gadis yang terkucilkan itu.

"Bang Andi doang, nih, temen gue."

Suara ponsel yang berdering menyita perhatian semua orang yang ada di ruangan itu. Kashi ikut menoleh ke arah ponsel hitam yang terletak di atas meja kecil di sebelah Andi, namun belum sempat melihat siapa yang menelepon, Andi sudah terlebih dahulu meraih dan menyembunyikan nama pemanggil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNEUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang