....
Kanna masih tidak habis pikir.
Setelah memberitahukan bahwa ada seseorang yang berusaha melukainya---sebagai seorang kekasih---bukannya khawatir atau melemparkan rasa peduli, Ryan malah mengomel dengan pembahasan yang berbeda.
Sialan.
Kanna jadi merasa tidak disayangi, dia jadi merasa benci dengan sikap tak acuh dari pria yang katanya mencintainya itu.
Cih!
Mencintai, katanya?
Mencintai apanya?
Bukannya memberikan nasehat-nasehat yang baik atau minimalnya rasa perhatian selayaknya seorang kekasih, Ryan malah mengoceh tentang kenapa ia pulang ke Jakarta. Nampaknya Ryan masih tidak terima tentang Kanna yang memutuskan menghabiskan waktu luangnya untuk berkumpul dengan keluarganya. Benar-benar sialan.
"Udah tau gue, udah," Kanna menghembuskan napas lelahnya sekali lagi. Kepalanya mendadak pening, hampir meledak saking pusingnya, dan gadis yang ada di hadapannya ini semakin membuatnya semakin penat.
"Kanna itu nggak boleh gitu lagi, tau. Lain kali kalo ada yang menyangkut hal-hal begini, biar pun Kanna berpikir bisa ngatasin sendiri, Kanna harus cerita-cerita ke Baby, oke?"
Kanna mengangguk kecil. "Hm,"
"Jadi, Kanna sama Ryan udah kandas, nih?"
"Hm."
Baby memanyunkan bibirnya beberapa senti. Gesture Baby jika sedang berpikir. Rambut hitam panjangnya bergerak selaras dengan kepalanya yang bergerak ke sana ke mari.
"Na, Baby boleh nanya, nggak?"
Kanna menekan-nekan keningnya yang sudah ditutup plester dengan pelan, rasa sakitnya masih ada meski tidak lagi berdenyut. Lalu menatap wajah gadis itu lempeng.
"Nanya tinggal nanya," ucapnya ketus dan membuat Baby--sahabatnya--tertawa.
"Kanna masih cinta sama Ryan?"
Tangannya yang tadinya menekan luka di dahinya dilepaskan, matanya menyorot Baby sendu. "Hm,"
"Kanna, ih! Hem-ham-hem-ham melulu. Apa susahnya sih ngeluarin vokal sendiri?" Baby mengomel dengan nada khas anak-anaknya.
Kanna dibuat tertawa jadinya. "Gue masih suka heran, deh. Si Gery kenapa masih betah aja, ya, pacaran sama lo?"
"Hus! Kanna nggak boleh ngomong gitu, ah! Kalo nanti ada yang denger terus dilapor sama Gery, gimana? Kanna mau tanggung jawab?" Baby memukul lengan Kanna keras sebagai bentuk protesnya, "lagian Kanna juga 'tuh ... kenapa Kanna tahan temenan sama Baby? Umur pertemanan kita bahkan lebih lama dari umur jadian Baby sama Gery. Hayo, kenapa coba?" Baby memelototi Kanna dengan tajam, yang bukannya menyeramkan, malah menggemaskan karena mata sipit yang melotot dan pipi bulat itu nampak begitu lucu saat memerah.
Kanna bersidekap sombong. "Masa lo nggak tau jawabannya, sih?"
"Memangnya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEUPHORIA
Romance[ THE SIBLING'S SERIES ] Malam itu semua bermula. Menjadi awal kebencian tak berujung juga tanpa asas, pun menjadi awal datangnya perasaan lain yang memuakkan serta tanggung jawab yang datang bersamaan di satu waktu, tanpa bisa diabaikan begitu saja...