***
Ciara dan Kashi saat ini sedang ikut ke Klinik. Katanya sih mau hirup udara segar, tapi orang-orang gila pun tahu jika Klinik akan sangat jauh dari yang namanya udara bersih. Dibanding kata 'segar' kenapa mereka tidak bilang saja ingin merusak paru-paru?
Klinik ini berada beberapa ratus meter dari jalan raya. Bukannya udara segar, mereka bahkan mendapati udara penuh polusi yang mampu merusak paru-paru, kan?
"Ya nggak gitu juga, lokasi Klinik ini 'kan lumayan jauh dari jalanan, Om." Kashi mencoba membela diri saat Evan mencibir tentang alasan mereka sering ke Klinik.
"Om, pala lo! Gue masih seumuran sama lo-lo pada, woi!"
Ciara menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Merasa geli dengan pengakuan lugas sang kawan dari Abangnya itu, yang pada dasarnya memang kelewat narsis. "Tolong kalo mau ngomong dipikir dulu, ya, Pak, biar nggak jatohin diri sendiri."
"Ni mulut emang sama aja sama Abangnya." Evan mencubit ujung hidung Ciara alih-alih mencubit bibir gadis itu. Alasannya, tentu saja, tidak mau diamuk Andi yang tingkat posesifnya melebihi emak-emak yang takut kalau anak perawannya disentuh orang. "sekalinya ngomong kagak pernah manis!"
"Bang Evan! Sakit!"
"Hus. Jangan berisik. Di dalem ada pasien." tegur Evan.
Ciara mendengus. "Lagian, udah tua masih aja godain anak gadis orang. Pamali, tau. Katanya kalo sering begitu bukannya jadi jodoh malah dijauhkan dari jodohnya." Sedikit meringis saat menyadari kalimatnya terdengar seperti anak yang sangat mempercayai 'apa kata orang dulu'.
"Lo kalo ngomong kenapa nggak jauh-jauh kek si Andi, sih? Sama aja lo berdua, sama-sama nyebelin," dumel Evan kesal. Namun, ia buru-buru tersadar sesuatu, "oh iya lupa, lo bedua 'kan dari bocah juga udah barengan, yak? Makanya kelakuannya sama-sama memprihatinkan gini."
"Gue bilangin Bang Andi, nih!" ancam Kashi sembari bangkit dari duduknya dan berniat masuk ke ruangan Andi.
Buru-buru Evan menahan tangan gadis itu agar tidak melakukan hal-hal aneh, mengingat di dalam sana ada orang yang aneh juga.
Evan pamit bekerja dan memperingati agar kedua adik dari Bosnya itu tidak membuat keributan. Kashi dan Ciara tentunya mengangguk saja dan membiarkan Evan bekerja.
Tepat saat pasien Andi, yang kata Evan berkelakuan aneh itu keluar, Ciara menghampiri Abangnya ke dalam ruangan.
"Masih lama, Bang?"
Andi mengangkat pandangannya dari tab berlogo apel digigit miliknya dan menatap gadis yang kini tengah melemparkan tubuhnya pada sofa panjang. "Ada satu pasien lagi. Kenapa? Bosan? Kok tumben?"
"Bukan," Ciara menggelengkan kepala. Bagaimana bisa dia bosan. Klinik ini adalah tempat favoritnya, selain tempatnya yang terbilang asri, Ciara sangat menyukai Klinik milik Abangnya ini karena ia merasa nyaman sebab ada banyak orang-orang baik di sini. Baik padanya. "Kak Lisa nelpon, katanya Sam nangis-nangis pengen ketemu Uncle Andinya,"
Andi terenyuh, senyuman halusnya terbit pelan-pelan. "Bagaimana, ya? Pasien Abang padahal mau datang sebentar lagi,"
Keduanya jadi saling memikirkan cara. Ciara menatap Abangnya bingung begitu pun Andi yang menatapnya penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEUPHORIA
Romance[ THE SIBLING'S SERIES ] Malam itu semua bermula. Menjadi awal kebencian tak berujung juga tanpa asas, pun menjadi awal datangnya perasaan lain yang memuakkan serta tanggung jawab yang datang bersamaan di satu waktu, tanpa bisa diabaikan begitu saja...