“Yo! Ikut gue kuy!” aku terkejut bukan main ketika mendapati sesosok pemuda yang berteriak dan berusaha menghampiriku dari arah rumah kak Soonyoung. Aku mengernyitkan dahi, “Kok?”
Dia mengangguk, “Gue nginep semalem. Sekarang jadwalnya anak anak kumpul, mau ikut nggak?” jawabnya, lalu menawariku dengan tawaran yang harusnya ditujukan kepada kakakku. Dia menggeleng pelan setelah melihat reaksiku ketika aku menundukkan kepala. Aku tidak biasanya seperti ini kepadanya, dan dia heran sekarang.
“Oh! Yeonwoo, ikut kumpul kuy! Gak ada Wonu kok, sans elah,” Kak Soonyoung menghampiriku dan pemuda yang senantiasa tersenyum. Lagi, aku tersentak. Mereka itu teman dari kulkas berjalan itu, namun kenapa mereka justru mengajakku bukan kakakku?
Kak Soonyoung tertawa kecil, “Jangan heran. Wonu sendiri yang bilang kalo dia nggak bisa ikut kumpul. Ada urusan penting katanya,” paparnya diakhiri tepukan dari tangan besarnya di atas kepalaku.
“Wonu nggak ada juga. Ikut ya?” timpal pemuda di samping kak Soonyoung. Aku mengalihkan pandanganku dari pemuda itu dan mendapati kak Soonyoung yang tersenyum nanar ke arah belakang tubuhku.
“Kalian bisa membawa adikku pergi. Tapi ingat! Jangan berbuat macam macam jika kalian bersamanya. Ada kepentingan yang harus kuselesaikan, jadi aku percayakan Yeonwoo pada kalian,” ucap seseorang dibalik tubuhku, yang kuyakini seseorang itu adalah kakak—eh bukan, melainkan kulkas berjalan.
Ucapan kulkas berjalan itu membuat kedua pemuda yang merupakan temannya menganggukkan kepala, menyetujuinya. Aku bingung dengan situasi ini sehingga aku lebih memilih merapatkan tubuhku ke kak Soonyoung lalu berbisik, “Ada apa ini?” jujur. Aku tidak mengerti dengan mereka.
Kakak mulai melangkahkan kakinya dan segera menuju mobil, lantas ia meninggalkan kami bertiga dalam keheningan bersama mobil berwarna hitam kesukaannya.
“Huft..” helaan nafas keluar dari belahan bibir kak Soonyoung. Aku mengerutkan dahiku heran.
“Dia sudah pergi dan memberikan izin. Kalau begitu, kau ikutlah bersama kami,” ucap kak Seokmin kepadaku.
Sama sekali belum mengerti dengan situasi yang tadi tercipta, aku tetap saja mengikuti perkataan kak Seokmin. Kami bertiga berada di dalam mobil kepunyaan kak Soonyoung, sang pemilik berada di kursi pengemudi, kak Seokmin tepat di sebelahnya. Aku? Tentu saja seperti tuan putri yang pergi bersama pak supir dan penjaganya hehehe.
Selama mobil ini melaju di jalanan yang ramai namun tidak begitu padat, keheninganlah yang melingkupi kami. Tak ada yang berniat membuka obrolan atau hanya sekadar menyalakan musik. Aku sendiri tak begitu mempedulikannya, toh pikiranku juga penuh dengan berbagai spekulasi serta pertanyaan. Mataku melebar ketika manangkap sesuatu yang janggal di seberang sana.
Dia, pemuda berhoodie putih kesukaannya tengah bersama teman-temannya serta seorang pria dewasa yang mengenakan setelan jas formal. Pria itu, entah siapa. Namun mataku seakan telah mengenali postur tubuhnya, aku tak tahu pasti dia siapa. Aku berusaha mengingat siapapun lelaki yang familiar dengan postur tubuh itu. Aku hanyut dalam pemikiran tak penting ini.
“Kita sampai,” suara kak Soonyoung membuyarkan semua orang yang menjadi kandidat dari kecurigaanku. Kan? Aku hanyut hingga tak menyadari jika mobil ini memelankan laju kecepatannya dan berhenti di tempat parkir dengan benar.
Kak Seokmin tertawa karena melihatku yang terkejut lalu mengalihkan pandanganku ke arah kak Uyong yang masih setia duduk di kursinya, juga mengerjapkan netraku dengan cepat.
“Tak ada yang berniat keluar kah?” aku membuka pintu mobil dengan terburu-buru, mulai melangkahkan kakiu keluar dan menutup pintunya dengan sedikit kasar sehingga menimbulkan suara. Kakiku melangkah dengan tergessa menuju lantai dua bangunan ini, aku bertujuan ke ruangan luas serta tertutup tempat dimana para ‘kakak’ku biasa berkumpul untuk melepas rindu, bercanda ria, maupun bercerita tentang keseharian masing masing.
Tak terasa, aku berdiri tepat menghadap dua pintu berukuran sedang dengan bahan dasar kayu serta berwarna putih. Sebagai pelengkap, kalimat ‘Say The Name’ terpampang jelas dengan warna hitam dan kata private berada dibagian bawahnya menandakan bahwa ruangan itu merupakan ruangan yang tak dapat dimasuki oleh orang sembarangan. Masuk ke dalam merupakan hal yang dilarang untuk orang asing, perlu izin untuk memasukinya.
Aku mengetuknya perlahan, “Kenapa tidak langsung masuk ke dalam?” tanganku sontak berhenti. Iya, aku tahu apa pinnya. Aku kan bermaksud untuk memberikan kejutan...
Pergelangan tangan kananku dipegang sebuah tangan yang ukurannya lebih besar dariku lalu aku dapat merasakan bahwa tanganku mulai ditarik pelan oleh kak Soonyoung. Ruangan yang mulanya ramai karena banyaknya penghuni, kini berubah sunyi dalam sekejap. Mereka menolehkan kepala ke arahku yang mulai menarik kedua sudut bibirku.
“Welcome princess!” dari sekian banyaknya suara yang ditujukan bagiku, telingaku hanya memfokuskan pada suara pria dengan senyuman manis yang saat ini terbit di bibir tipis berwarna merah muda kepunyaannya. Aku menghampirinya lalu tersenyum tulus tepat di hadapannya, dia sendiri mengulurkan tangan besarnya ke pucuk kepalaku dan mulai mengusapnya lembut seperti biasa.
Double up?
Senin, 30 Maret 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak
Fanfictionft. Wonwoo "Gapapa. Gitu juga dia kakak lu, sabar aja." [Jarang update] Start publish: 11 Maret 2020 Finish : -