Ruang Imaji

64 18 12
                                    

Sepulang sekolah hari itu April sangat terkejut atas apa yang ia lihat di depan matanya ia terus bergumam dalam hatinya 'mana mungkin pasti mimpi dan engga mungkin' April mengerejapkan matanya berkali kali ia sangat senang dan merasa tidak percaya.

Bahkan April tak menyangka jika harapan dan keinginan nya bisa terwujud yaitu bisa menemui pemain sepakbola apalagi anak timnas tepat nya bukan menemui tapi melihat ya karna itulah yang bisa membuat nya terkejut mana mungkin seorang Brylian Negeita Dwiki Aldama beserta keluarga nya bisa tersasar dirumah sederhana milik kedua orang tuanya.

Orang tua April yang sudah tau maksud kedatangan mereka kesini tepat nya orang orang yang mereka tidak kenali hanya mampu menyerahkan semua keputusan pada sang putri.

April yang mendengar alasan dan penuturan mereka sekeluarga datang ke kediaman nyapun terkejut dan merasa semua hanya khayalanya dan berharap bisa segera sadar karna ia rasa ini gila mana mungkin ia di jodohkan dengan seorang Brylian pemain timnas di usia yang masih sangat muda dan tak mengenal sosok Brylian dengan baik dan keluarganya, meski memang April mengagumi dan termasuk Fans nya tapi ia rasa ini tidaklah wajar dan normal, sampai ia memutuskan.

"Baiklah beri April waktu sampai besok untuk memikirkan hal ini, karna April rasa ini hanyalah sebuah lelucon konyol yang tak lucu sama sekali, hari ini April cape April ingin istirahat" April beranjak dari tempat duduk nya berpamitan kepada semua tamu dan pergi memasuki kamar nya dengan kaki yang terpincang-pincang.

"Baiklah ibu bapak kami tau ini semua sangatlah mendadak dan kalian juga pasti memikirkan hal yang tidak-tidak tentang kami karna sebelum nya kalian tidak mengenal kami dan untuk hal itu tolong maaf kan kami kemudian mengenai hal ini kami juga tidak terlalu terburu buru kami juga ingin lebih mengenal keluarga ibu bapak sebelum lamaran ini terjadi jika April menyetujuinya dan kami akan datang lagi untuk mempertanyakan keputusan April mengenai hal ini karna kami sangat berharap April mau menerimanya, kalau begitu kami pamit pak bu Assalamualaikum" Yusdianto beranjak dari tempat duduk nya dan menyalami kedua orang tua April.

"Walaikumsalam warahmatullah" ucap kedua nya.

"Pak bagaimana ini, kita bahkan tidak mengenal mereka bagaimana bisa putri kita menikah dengan putra mereka"

"Sudah lah lebih baik kita serahkan semua pada Allah dan kita berikan keputusan semua pada putri kita ini adalah hidup nya biarkan dia memilih"

"Tapi bagaimana dengan sekolah dan masa depan nyaa?"

"Justru itu karna bapak yakin putri kita itu sudah besar dan dewasa pasti dia tidak akan gegabah dalam mengabil keputusan ini"

Hari hari berlalu setelah hari itu Yusdianto tidak langsung datang ke esokan harinya untuk meminta jawaban dari April tapi selama satu minggu di Bandung Yusdianto dan kerluarganya yaitu kevin, Brylian dan keemas berusaha menjalin hubungan yang baik dengan keluarga April terlihat dalam enam hari ini Yusdianto sering berkunjung kerumah keluarga April, dan hari ini tepat 6 hari setelah hari itu dimana April akan mengemukakan keputusan nya hari ini karna April rasa cukup untuk membuat keputusan terbesar dalam hidup nya melihat juga usaha-usaha yang dilakukan keluarga Brylian untuk lebih dekat dengan nya dan keluarganya.

"Jadii bagaimana nak? Apa keputusanmu?" Tanya Yusdianto pada April.

April hanya diam tak menjawab lalu kemudian dia menaruh selembar kertas.

"Lebih baik baca surat itu terlebih dahulu" ucap April.

Yusdianto mulai membaca isi surat nya menyatakan bahwa April akan menerima perjodohan ini dengan syarat ia tetap bersekolah, ia ingin lulus di SMP PASHONE, menjamin pendidikan nya sampai jenjang tertinggi, tidak ada yang menghambat cita citanya, dan semua akan kebutuhan nya terpenuhi sama seperti seorang suami yang memberi nafkah/resiko pada sang istri.

Ruang ImajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang