Tidak ada yang menyenangkan dihari pertama ini, kecuali seorang pemuda misterius yang duduk tepat dibangku belakang.
Mata bulat, hidung tinggi, rahang tegas, bibir tipis dengan warna merah jambu, rambut cokelat mengkilap, tubuh... Tunggu!
Apa barusan Euna mulai menilai seseorang dari keadaan fisiknya?
Abaikan saja.
Tapi, pemuda itu memang berhasil mencuri perhatiannya. Jika biasanya pangeran sekolah yang dielu-elukan banyak pasang mata mengejarnya untuk dijadikan kekasih hati maka berbeda untuk yang satu ini.
Anggap saja bahwa Euna sedikit menyombongkan diri meski ia sendiri tak yakin apa yang ia miliki dapat menarik lawan jenis untuk menyukainya.
Jeon Jeongguk namanya.
Ia tak mengenalkan dirinya langsung pada Euna.
Justru pemuda itu memberi reaksi lain, menunjukkan tidak ketertarikannya pada Euna dengan tak merespon apapun. Ia seperti tak nyaman dengan keberadaan Euna didalam ruang yang sama dengannya.
Teman satu bangku Euna yang memberitahukannya—siapa Jeongguk, bagaimana Jeongguk.
Dan menurut informasi yang Euna dapat dari teman sebangkuhya pemuda itu mendapat julukan pangeran es. Perihal sikapnya yang terlalu dingin juga pendiam.
Sang juara kelas, otomatis mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari banyak orang disekolah selain dari siswi-siwi, tentu saja.
Berwajah tampan berhati busuk? Untuk apa?, batin Euna.
"Siapa dia berani berlaku seperti itu? Haha, menyedihkan." Euna bermonolog sambil mengibas jemarinya ke arah wajahnya yang mendadak terasa hangat akibat cuaca yang begitu terik.
Dalam hitugan detik berikutnya, ia mendapat sodoran portable fan dari seorang pemuda yang baru saja ia komentari dengan kalimat tajam.
Euna menatap aneh ke arah Jeongguk. Mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba memastikan bahwa yang ia lihat itu nyata, bukan hanya hasil ilusi otaknya.
Melihat reaksi Euna yang lamban, Jeongguk sedikit kesal. "Ambil, tanganku pegal bodoh." Tegasnya, berhasil membawa Euna keluar dari lamunannya.
Pun tak langsung Euna ambil benda mungil itu yang masih terus berputar menyapu halus permukaan wajahnya yang memerah.
Tanpa membalas tatapan Jeongguk, Euna bersuara. "Untuk apa kau memberi ini?" membalasnya dengan pertanyaan, lalu setelahnya terdengar kekehan kecil dari pemuda yang ada didepannya itu.
Matanya menyipit, dengan beberapa kerutan yang tertarik kuat saat ia tersenyum, satu lagi, Euna baru mengetahui bahwa pemuda ini mirip seperti seekor kelinci dengan dua gigi yang membantunya semakin mirip dengan hewan pemakan wortel itu.
Manis sekali.
"Kenapa? Kau takut denganku?" Jongguk membalasnya lagi dengan pertanyaan, sembari menaikan sebelah alisnya.
Manis sekali, tapi sayangnya gila.
"Kau waras? Oh, aku baru ingat kalau kau itu anak 1% kan? Pasti otakmu terlalu lelah karena belajar terus menerus, makanya gila. Bisa ku mengerti, dan sekarang kau bisa pergi." Euna yang menunggu jemputan dihalte yang sepi dengan manusia itu kembali celingukan mencari keberadaan mobil yang akan membawanya kembali ke rumah.
"Kau tertarik denganku?" tanya Jeongguk lagi dengan percaya diri, nada lantang dan masih enggan menjauhkan portable fan itu dari wajah Euna yang kemerahannya sudah mulai mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Time | ✔
Short Story[Short Story 0;1] Bukan tentang siapa dan dimana. Bahagia bukan tentang itu. Ini perihal bagaimana, dan kapan. Cinta bercerita tentang itu. Menghancurkan dan memperbaiki hampir terlihat sama. Berusaha menjemput takdir yang datangnya tidak terduga. ...